HIKMAH DIWAJIBKANNYA BERPUASA RAMADHAN

HIKMAH DIWAJIBKANNYA BERPUASA RAMADHAN

Juli 22, 2013 Add Comment
Allah berfirman:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

 Tafsir Ibnu Katsir:

Ketakwaan dapat dicapai karena puasa dapat menyucikan badan dan mempersempit jalan syaithan *ketika Rasulullah sedang beri’tikaf kemudian beliau keluar menemui istrinya, ada shahabat yang melihatnya dan dia buru-buru pergi, kemudian Rasulullah memanggil shahabat itu ‘Tunggu dulu, fainnahaa shafiyyah (dia adalah shafiyyah) fa innasyaithan yajri majraddam (sesungguhnya syaithan mengalir di aliran darah manusia).

Sesuai dengan hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Rasululloh bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang sudah mampu untuk menikah, maka hendaklah menikah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena baginya puasa itu merupakan penekan (nafsu syahwat)”

 Taqwa yang merupakan wasiat Allah dan Rasul-Nya, taqwa yang mendatangkan kemaslahatan (dengan berbagai kebaikan) bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat, taqwa yang merupakan sebaik-baik pakaian dan sebaik-baik bekal, dan taqwa yang merupakan tolak ukur kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah , akan tumbuh, akan lahir dari jiwa-jiwa orang yang menjalankan puasa.

 Pertanyaannya adalah “Benarkah puasa yang kita laksanakan telah menuntun jiwa-jiwa kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, sudahkah sifat taqwa melekat pada diri-diri kita..? Maka dari sinilah kita harus mengetahui sifat-sifat orang yang berataqwa kepada Allah . Apa sajakah itu..?

 الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤)أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥)

 “Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. *Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. *Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 1-5)

1.Mereka beriman kepada yang ghaib.

Di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa adalah mereka beriman kepada apa yang telah diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya , berupa perkara-perkara yang ghaib dengan keimanan yang kuat, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Perkara yang ghaib adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan indra kita, yaitu apa-apa yang telah diberikan kepada kita oleh Allah tentang keberadaan-Nya. Misalnya, beriman kepada Allah , Malaikat-malaikat-Nya, hari Akhir, Surga dan Neraka. Ini adalah sifat yang paling kusus di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa. Karena sifat inilah yang dapat mengajak dan mendorong kita untuk melakukan amal shalih. Sebab jika kita yakin dengan adanya hari Akhir, Surga, Neraka, dan kedahsyatan hari Kiamat, maka pasti kita akan mempersiapkan diri kita untk menghadapi hari itu. Tidak ada yang bermanfaat pada hari itu selain amal shalih. Beriman kepada yang ghaib merupakan sifat orang yang bertaqwa yang pertama kali disebutkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.

Allah berfirman,
 الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) “Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)

2.Bahwasanya mereka mendirikan shalat.

Allah berfirman, وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ
“Dan mereka yang mendirikan shalat” (QS. Al-Baqarah: 3)
 Allah tidak berfirman dengan kalimat mengerjakan shalat atau melakukan shalat, akan tetapi Allah mensifati orang yang bertaqwa dengan mendirikan shalat. Mendirikan shalat secara zhahir berarti dengan menyempurnakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, serta syarat-syaratnya. Sedangkan mendirikan shalat secara batin, yaitu mendirikan ruhnya (khusyu’), dan menghadirkan hati (konsentrasi) dan inilah yang berkaitan dengan pahalanya. Jadi sifat orang yang bertaqwa adalah mendirikan shalat. Tidak mungkin orang yang bertaqwa tidak mendirikan shalat, sementara shalat adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya dia telah meruntuhkan agamnya.
Rasululloh bersabda:
 رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya dalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Alloh.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Shalat adalah pembeda antara orang kafir (musyrik) dengan seorang muslim, siapa yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Perbedaan antara seorang (Muslim) dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim, Abu Daud, An-Nas’I dan yang lainnya)

 الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, barang siapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nas’i)

3.Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah .

Allah berfirman,
 وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 3) Termasuk dalam hal ini adalah nafkah yang bersifat wajib; seperti zakat dan nafkah kepada istri dan kereabat serta nafkah-nafkah yang sunnah hukumnya.

4.Mereka beriman kepada kitab-kitab dan para Rasul.

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ (٤)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu” (QS. Al Baqarah: 4) maksudnya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah. 

Beriman kepada kitab-kitab Alloh. Yaitu, meyakini bahwa semua itu adalah kalamullah (firman Alloh) yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya agar dengan wahyu itu mereka menyampaikan ajaran (syari’at) dan agama-Nya. Di antara Kitab-Kitab suci yang paling agung itu ada empat, yaitu: al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad , Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud , dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa . Dan beriman bahwasanya al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang teragung di antara kitab-kitab yang lainnya, sebagai batu ujian bagi kitab-kitab yang lain itu dan menghapus semua ajaran dan hukum yang ada di dalamnya.

5.Yakin terhadap adanya hari Akhir.
Allah berfirman:
 وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
“Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)

Akhirat adalah sebuah nama untuk kehidupan yang terjadi setelah mati, dan hal itu disebutkan secara khusus setelah disebutkan secara umum. Karena iman kepada hari Akhir adalah salah satu rukun iman, dan karena ia merupakan pembangkit dan pendorong terbesar untuk beramal. Sedangkan ‘yakin’ adalah ilmu (pengetahuan) yang sempurna yang di dalamnya tidak ada keraguan sedikitpun, dan mengharuskan orang untuk berbuat dan beramal.

6.Mereka berada di atas hidayah yang agung.

 أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ (٥)

“Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,” (QS. Al Baqarah: 5)

Orang-orang yang bertaqwa senantiasa berada di atas sirotul mustaqim, ahlussunnah wal jama’ah Islam yang murni, yaitu Islam yang dibawa oleh Rasulullah dan yang kerjakan oleh para shahabatnya . Mereka berhak mendapat kebahagiaan dan keberuntungan karena sifat-sifat keimanan dan ketakwaan mereka yang telah disebutkan di dalam ayat tersebut وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥) “Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 5)

7.Mereka bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan memohon ampun kepada Rabbnya atas dosa-dosa mereka. Mereka bertawasul kepada-Nya dengan keimanan mereka karena mencari keselamatan dari api Neraka.

Allah berfirman:
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (١٥)الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٦)الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (١٧)
“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. *(yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka," *(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 15-17)


Ikuti artikel  penting terkait:

1. Keagungan Ibadah Puasa Ramadhan
2. Persiapkan Diri Anda Sebelum Ramadhan Tiba
3. Lailatul Qadar
4. Dua Kegembiraan Bagi Orang Yang Berpuasa
5. Pentingnya Mempelajari Tatacara Puasa
6. Perkara-perkara Yang Membatalkan Puasa
7. Kumpulan Hadits Dhaif Seputar Puasa
8. Ramadhan Sebentar Lagi Berlalu "Bagaimana Melepas Ramadhan"
9. Hikmah Diwajibkannya Puasa
10. Safari Dakwah Ramadhan HASMI Depok


Khutbah Jum'at seputar Ramadhan

Khutbah Jum'at seputar Ramadhan

Juli 12, 2013 Add Comment
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللَّهُ تَعَالي فِي كِتَبِهِ الْكَرِيْم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧١)
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍn ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.

أما بعد :


Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…

Betapa indah dan menyenangkan suasana di bulan Ramadhan ini. Di siang hari bulan Ramadhan,  setiap detik dan setiap waktu yang bergulir adalah merupakan ibadah kepada Allah l. Ibadah yang tak terputus oleh detik-detik waktu mulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahri, itulah ibadah puasa. Puasa dengan meninggalkan makan, minum dan berhubungan suami istri serta hal-hal yang dapat membatalkannya, telah diwajibkan oleh Allah l kepada hamba-hambanya yang beriman. Allah l berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).

            Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…

Setelah Allah l mengajak berdialog kepada kepada orang yang beriman dari ummat Nabi Muhammad n, Dia kemudian mendorong hamba-Nya untuk melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana Allah l mewajibkan kepada orang-orang yang beriman dari ummat ini, Dia pun telah mewajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sehingga diharapkan ibadah puasa kita lebih baik daripada mereka, karena sebelumnya sudah ada tauladan dalam hal ini. Jika kita merasa berat dalam menjalankan ibadah puasa ini, maka ingatlah bahwa orang-orang terdahulupun telah melaksanakan kewajiban ini.

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…

Allah l menawarkan banyak keutamaan dan bonus-bonus di dalam bulan Ramadhan ini. Sungguh keutamaan bulan Ramadhan dengan ibadah di dalamnya adalah sangat agung, hal ini terbukti oleh sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau menuturkan: “Ada dua orang laki-laki dari Negeri Qudha’ah masuk Islam dihadapan Nabi saw. Yang pertama mati syahid, sedang yang kedua wafat setahun sesudahnya. Thalhah bin ubaidillah berkata; “Aku bermimpi melihat surga, aku melihat orang yang mati syahid didahului oleh temannya ketika masuk surga, aku heran karenanya.” Keesokan harinya aku sampaikan hal itu kepada Rasululloh saw, beliau bersabda: “Apakah yang kalian herani dari mimpi tersebut? Bukankah ia telah berpuasa Ramadhan setelah kematian temannya, iapun telah shalat enam ribu raka’at atau sekian-sekian raka’at shalat sunnah?” Para shahabat menjawab; “Benar”, Rasululloh saw bersabda: “Perbedaan kondisi antara keduanya lebih jauh dari pada jarak antara langit dan bumi’” (HR. Ahmad, 2/333. dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani)

Jam’ah shalat jum’at rahimakumullah…

Keutamaan yang lain adalah Allah janjikan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa. Rasulullah   bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim). Saudaraku kaum muslimin.. Ramadhan datang untuk mencuci dosa kita, dia datang untuk mengangkat derajat pecintanya yang jujur. Kita sangat yakin sekali, bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa, dan hanya Allah-lah yang mampu mengampuni dosa-dosa hamba-Nya wa man yaghfirudzdzunuuba illallahh “Siapalagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain daripada Allah?”

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…

Keutamaan yang selanjutnya adalah, ada hal yang istimewa di dalam ibadah puasa. Rasululloh n bersbada:
قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
 “Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, “Semua amal anak Adam adalah baginya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (Muttafaq ‘alaih). Al Imam An Nawawi menerangkan firman Alloh Ta’ala, “dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”: Ini menjelaskan betapa besar keutamaannya dan amat banyak pahalanya.

            Hadirin jama’ah shalat jum’at yang berbahagia..

Ibnu Rajab v mengatakan: Puasa adalah meninggalkan syahwat yang biasanya manusia condong kepadanya, juga meninggalkan hak-hak diri. Semua itu dilakukan karena Alloh l. Hal ini tidak terdapat dalam ibadah yang lain selain puasa. *misal ihram: meskipun tidak boleh hubungan suami istri tapi masih boleh makan dan minum, I’tikaf juga sama seperti ibadah ihram, Shalat: meskipun tidak boleh makan, minum, hubungan suami istri, tapi waktunya tidaklah lama. Dan puasa adalah merupakan rahasia antara hamba dengan Rabbnya, tidak ada yang mengetahui selain Dia. Puasa adalah meninggalkan hak-hak diri yang bisa saja terpenuhi ketika dalam keadaan sendiri.

Hadirin jama’ah shalat jum’at yang berbahagia..

Tentunya masih banyak lagi keutamaan-keuataman ibadah di dalam bulan Ramadhan yang tidak dapat kami sampaikan pada siang hari ini. Namun ada yang perlu diingat, bahwa ibadah puasa yang dijanjikan dengan begitu banyak keutamaan adalah puasa yang memenuhi beberapa kriteria setelah syarat dan rukunnya. Jangan sampai ibadah puasa yang kita kerjakan saat ini dan yang akan datang hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Rasulullah n bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)
          
  Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah..

            Agar ibadah puasa yang kita kerjakan tidak hanya sekedar lapar dan dahaga, maka perlu diiringi beberapa hal berikut ini:

·         Ibadah puasa kita harus ikhlas karena Allah l. Ikhlas adalah merupakan syarat diterimanya amal ibadah yang kita kerjakan sesuai dengan tuntunan Rasululloh n. Tanpa ikhlas peribadatan kita hanya bagaikan debu yang berterbangan, tidak bernilai apa-apa di hadapan Alloh l. Alloh l memerintahkan kepada kita untuk memurnikan peribadahan hanya kepada-Nya saja.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Sudah sepantasnya sebagai seorang Muslim, kita memperhatikan keikhlasan dalam beramal. Janganlah kita melelahkan diri-diri kita dengan memperbanyak amal, namun tiada guna dan tiada arti. Sebab, boleh jadi kita memperbanyak amal ketaatan, namun hanya akan memperoleh kelelahan di dunia dan juga mendapat adzab di akhirat.

Hardirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah..

Cukuplah sebuah gambaran yang dikisahkan oleh Rasululloh n menjadi pelajaran yang sangat mengerikan bagi diri-diri kita. Rasululloh n bersabda tentang tiga kelompok yang dihadapkan kepada Allah pada hari kiamat, yang pertama adalah orang yang mati syahid namun mereka tidak ikhlas dalam jihadnya dan ingin dikatakan sebagai pemberani, maka mereka diseret di atas mukanya dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan yang ke dua adalah orang yang menuntut ilmu, mengajarkan ilmu dan membaca al Qur’an, namun mereka semua tidak ikhlas karena Allah dan ingin dikatakan sebagai seorang yang alim atau sebagai Qori’, maka mereka diseret di atas mukanya kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Dan yang ketiga adalah orang yang kaya raya yang diberi banyak harta dan bersodaqah di jalan Allah, namun tidak ikhlas karena Allah dan ingin dikatakan sebagai seorang yang dermawan, maka diapun diseret di atas mukanya dan dilemparkan ke dalam neraka.

·         Jauhilah perkataan dusta. Inilah perkataan yang bisa membuat puasa seorang muslim menjadi sia-sia tiada guna. Rasulullah n bersabda:
·       مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan (Allah tidak butuh dengan puasa kita).” (HR. Bukhari no. 1903)

·        *  Jauhilah perkataan yang sia-sia dan perkataan perkataan yang jorok/porno
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim.)

·         Jauhilah perbuatan maksiat.
Ibnu Rojab Al Hambali v  berkata:
“Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat yang mubah ketika di luar puasa (seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Jabir bin ‘Abdillah v mengatakan:
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وِلَكُمْ




Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah..

Jadikanlah ibadah puasa ramadhan ini seolah-olah puasa Ramadhan yang terakhir, seolah-olah ramadhan tahun depan yang akan datang kita tidak berjumpa lagi dengannya.  Karena orang yang akan berpisah dengan sesuatu yang sangat dicintainya dan membawa banyak manfaat di dalamnya pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan di dalam perjumpaannya. Dia akan memberikan yang terbaik sebelum dia berpamitan untuk meninggalkannya. Ingatlah Rasulullah n bersabda:
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ، فَيُصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ
“Jika anda berdiri untuk shalat maka shalatlah seperti orang yang berpamitan (hendak meninggalkan dunia)” (HR. Ahmad, Ibnu Majah. Dihasankan oleh Al-Albani)

            Hadirin yang berbahagia… kita bisa bayangkan shalatnya orang yang akan meninggalkan dunia ini pasti adalah shalat yang terbaik di hadapan Allah l. Begitu juga ibadah puasa kita, khawatir ramadhan yang akan datang kita tidak bisa lagi berjumpa dengannya, maka jadikan ramadhan ini sebagai ramadhan perpisahan dengan kita, sehingga kita akan mampu memberikan yang terbaik untuk Allah l.

اللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَات وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

عِبَادَ اللهِ:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وِالْإِحْسَانِ وَإِتَاءِذِي الْقُرْبَي ، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ