Hadits Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam Tentang Ujian dan Cobaan.

Hadits Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam Tentang Ujian dan Cobaan.

Desember 31, 2013 Add Comment

Inilah beberapa hadits Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam tentang ujian dan cobaan. Setiap manusia memiliki masa-masa sulit dalam hidupnya. Sikap sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan menjadi penentu keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya. Berikut ini beberapa hadits Nabi terkait ujian dan cobaan sebagai pengingat dan penguat untuk kita semua:
  1. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)
  2. Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari)
  3. Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi Saw menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari)
  4. Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari).
  5. Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani)6. Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi)
  6. Apabila Aku menguji hambaKu dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. (HR. Ahmad)
  7. Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
  8. Seorang mukmin meskipun dia masuk ke dalam lobang biawak, Allah akan menentukan baginya orang yang mengganggunya. (HR. Al Bazzaar)
  9. Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, "Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Melibatkan diri dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
  10. Bukanlah dari (golongan) kami orang yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan doa-doa jahiliyah. (HR. Bukhari)Penjelasan:Dilakukan pada saat kematian anggota keluarga pada jaman jahiliyah.
  11. Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani)
  12. Salah seorang dari mereka lebih senang mengalami ujian dan cobaan daripada seorang dari kamu (senang) menerima pemberian. (HR. Abu Ya'la)
  13. Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah. (HR. Ahmad)
  14. Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya. (HR. Ath-Thabrani)
  15. Bencana yang paling payah ialah bila kamu membutuhkan apa yang ada di tangan orang lain dan kamu ditolak (pemberiannya). (HR. Ad-Dailami)
  16. Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi)


Akibat Dari Ucapan

Desember 31, 2013 Add Comment
Hendaknya setiap muslim memperhatikan cara berbicaranya, sebab setiap ucapan yang keluar dari lisan-lisan kita mempunyai konsekuensi tersendiri. Setiap ucapan baik akan berkonsekuensi baik dan setiap ucapan yang buruk akan berkonsekuensi buruk pula. Ucapan yang baik yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhai adalah salah satu amal yang dapat meninggikan derajat pelakunya dalam surg. Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya ada seorang hamba berkata-kata dengan kalimat yang diridhai Allah, meskipun orang tersebut tidak memberi perhatian padanya (karena dianggap sederhana), namun karenanya Allah mengangkat derajatnya. Dan ada seorang hamba berkata-kata dengan kalimat yang dimurkai Allah dan orang tersebut tidak ambil peduli padanya, padahal karenanya Allah melemparkan ia ke dalam neraka jahannam. "            

Ketika menjelaskan hadits ini, menukil perkataan segolongan ulama, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Bahwa kalimat yang bisa menyebabkan pengucapnya dilemparkan dalam neraka, adalah kalimat yang ia ucapkan di hadapan penguasa zhalim berupa tuduhan gila atau fasik terhadap muslim yang lain, memandang enteng hak nubuwwah (untuk dimuliakan) dan syariat sekalipun ia tidak beri'tikad demikian. Adapun kalimat yang membuat derajat pelakunya terangkat serta dicatat baginya keridhaan adalah kalimat yang mampu membela seorang muslim yang terzhalimi, atau melapangkan kesulitannya atau dengannya ia dapat menolong orang yang terzhalimi... "        

Kalimat apa saja yang kita ucapkan akan dicacat, dan bakal dimintai pertanggungjawaban, sama saja apakah kalimat itu baik atau buruk. Allah Ta'ala berfirman, 
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (١٨)
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaaf: 18)           

Terkadang, kalimat yang diucapkan itu sangat besar bahayanya. Sebagaimana ia merupakan sebab seseorang masuk Islam, ia dapat pula menjadi petaka hingga pelakunya keluar dari Islam. Seperti orang yang bercanda, atau bersenda gurau dengan sesuatu yang ada hubungannya dengan perkara-perkara agama, malaikat, para Nabi dan Rasul dan sebagainya, atau mengucapkan kalimat yang dapat membatalkan amal-amal shalehnya sendiri.

Oleh karena itu, maka barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau kalau tidak bisa maka lebih baik diam saja.

Imam Asy-Syafi'i berkata, "Seyogyanya setiap orang berfikir dahulu terhadap segala apa yang hendak ia ucapkan dan merenungkan akibat dari ucapannya tersebut. Jika ternyata tampak baginya kebaikan dan tidak menimbulkan kerusakan serta tidak menariknya pada perkara yang dilarang, maka boleh ia ucapkan. Kalau tidak, maka hendaklah ia diam menahan diri."

Ketika Alqamah AI-Muzani mendengar hadits yang diriwayatkan oleh Bilal bin Harits Al-Muzani dari Rasulullah saw., "Sesungguhnya seorang berkata-kata dengan kalimat yang diridhai Allah Ta'ala, sementara ia tidak menyangka besarnya balasan yang ia dapatkan. Allah Ta'ala menuliskan (balasan) baginya lantaran kalimat tersebut berupa keridhaan-Nya hingga hari pertemuan dengan-Nya. Dan sesungguhnya seorang berkata-kata dengan kalimat yang dimurkai Allah, sementara ia tidak menduga apa yang bakal ia dapatkan, Allah Ta'ala mencatat baginya lantaran kalimat tersebut berupa kern urkaanNya hingga hari pertemuan dengan-Nya. "

Mendengar hadits ini, Alqamah berkata, "Alangkah banyak perkataan yang ingin aku ucapkan, akan tetapi terhalangi oleh hadits Bilal bin Al-Harits ini."

Apakah Anda juga mengucapkan seperti perkataan beliau di atas? Syaikh Adi bin Hatim meriwayatkan, Rasulullah bersabda, "Takutlah kalian akan neraka walau hanya dengan bershadaqah sebutir kurma, jika kalian tidak mendapatkan hal itu maka dengan mengucapkan kata-kata yang baik. "

Wahai saudaraku, biasakan lidahmu mengucapkan kata-kata yang baik. Sambutlah seruan Allah yang termaktub dalam firman-Nya:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (٥٣)
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Al Isra': 53)



DZIKIR ~ Bikin Hidup Lebih Hidup ~

Desember 30, 2013 Add Comment
   

       Keutamaan Dzikir dan Pelakunya

      Mengingat Allah  merupakan ciri orang yang mencintai dan dicintai-Nya. rasulullah  bersabda bahwa Allah  berfirman:
أَنَا مَعَ عَبْدِي مَاذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku beserta hamba yang selalu menyebut-Ku dan kedua bibirnya selalu bergerak (berdzikir)” (HR. Ahmad, 2/540 dan Ibnu Majah, 3792)

      Orang yang selalu berdzikir akan selalu disebut Allah dengan pujian, dicintai dan dijanjikan akan diampuni dan mendapat pahala yang besar. Allah  berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ (١٥٢)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu…” (QS. Al Baqarah: 152)

Dan firman-Nya:
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٣٥)
“….Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 33)

       Ibnul Qayyim  menjelaskan kedudukan orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah, “Ia akan mendapatkan cinta Allah  sesuai dengan (banyaknya ia) berdzikir.”

Allah  tidak hanya menyuruh berdzikir, bahkan Allah  menyuruh suapaya banyak berdzikir. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (٤١)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)

       Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah  , “Wahai Rasulullah, sungguh syari’at Islam sangat banyak. Adakah hal yang apabila kami mengamalkannya dapat mencakup seluruhnya?” Rasulullah  bersabda:
لَايَزَالُ لِسَانَكَ رَطْبًامِنْ ذِكْرِ اللهِ
“Ada (yaitu) lisan Anda basah dengan mengingat Allah.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Abu Darda  berkata: “Seseorang yang lisannya basah karena mengingat Allah  akan masuk surga sambil tertawa.” (HR. Ahmad dalam Az-Zuhd)

Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati. Rasulullah  bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يَذْكُرُرُبَّهُ وَالَّذِيْ لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati..” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat muslim disebutkan: “Perumpamaan rumah yang penghuninya berdzikir kepada Allah dengan rumah yang penghuninya tidak berdzikir kepada Allah seperti perumpamaan antara orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Muslim I/539)

Berdzikir kepada Allah derajatnya lebih baik daripada menginfakkan emas dan perak, dan bahkan berjihad melawan musuh. Rasulullah  bersabda:
“Maukah kalian kuberitahukan tentang amal perbuatan kalian yang terbaik dan paling suci di sisi Allah Yang Maha Memiliki kalian serta paling tinggi derajatnya, bahkan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, lebih baik bagi kalian daripada mengikuti perang melawan musuh yang beresiko membunuh dan dibunuh?”
Para shahabat menjawab, “Tentu saja kami mau wahai Rasulullah.”
Beliau menjawab, “Berdzikir kepada Allah Ta’ala.” (HR. Tirmidzi V/459, dan Ibnu Majah II/1245)


RAGAM DZIKIR

Ada beberapa jenis dzikir, antara lain:
1)      Membaca al Qur’an. Ini dzikir yang paling utama.
2)      Bertasbih, tahmid, tahlil, takbir dan membaca istighfar.

       Kesimpulannya adalah barang siapa yang banyak mengingat Allah karena mencintai-Nya, maka Allah akan mencintainya lebih banyak lagi. Cinta Allah itu lebih besar. Semua yang mendatangkan cinta Allah, akan membuat seorang hamba dicintai manusia. Para Malaikatpun akan mencintainya sebagai bentuk pendekatan mereka kepada Allah dan ketaatan kepada perintah-Nya. Rasulullah  bersabda:
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil malaikat Jibril, bahwa Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia. Jibrilpun mencintainya. Jibril menyeru penghuni langit bahwa Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia. Penghuni langit pun mencintainya, kemudian ia akan diterima di bumi.”


MEMPERBANYAK SHALAWAT KEPADA NABI  

       Shalawat merupaka salah satu bentuk kecintaan seorang Muslim terhadap Nabinya, sekaligus bentuk kesiapan untuk mentaati dan mengikuti sunnahnya. Dan juga merupakan wujud pelaksanaan perintah Allah  untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi  di muka bumi. Allah  berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab: 56)
        Seorang Muslim yang bershalawat kepada Nabi akan mendapat pahala yang berlipat dari Allah

Rasulullah  bersabda:

“Barang siapa membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberi pahala shalawat sebanyak sepuluh kali. Dan sepuluh macam kesalahan akan dihapus serta akan diangkat derajatnya sepuluh kali tingkatan.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)


       Seorang Muslim yang senang membaca shalawat, maka kedekatannya dengan Nabi Muhammad  semakin bertambah. Beliau bersabda: “Orang yang paling dekat denganku di Hari Kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)

Meniup Terompet Adalah Tradisi Yahudi

Desember 30, 2013 1 Comment

Perhitungan penanggalan Masehi tahun 2015 telah sampai pada titik akhir, ini menandakan akan datangnya tahun baru Masehi 2016. Mayoritas perhatian manusia tertuju pada perayaan pergantian tahun baru tersebut. Sebagian dari mereka telah mempersiapkan berbagai pertunjukkan untuk merayakannya. Mulai dari panggung hiburan sampai dengan pertandingan dan perlombaan. Itu semua dalam rangka memeriahkan pesta yang ditunggu-tunggu setahun sekali. Mereka yang beragama non Islam, maupun mereka yang beragama Islam mulai larut dalam persiapan menyambut gegap gempitanya perayaan tahun baru Masehi ini.

10 Kriteria Sesat Menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat.

Desember 29, 2013 Add Comment
Banyak kaum muslimin yang tidak sadar akan keadaan dirinya sementara predikat sesat menempel ketat dalam dirinya. Ketidak sadaran hal ini akan mengantarkan mereka dalam kecelakaan besar terancam adzab yang pedih.

Agar kaum muslimin tidak tersesat dalam beragama, maka penting untuk memperhatikan Fatwa MUI Pusat terkait hal ini untuk kita hindari sejauh mungkin. Di antara 10 kriteria sesat menurut MUI tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6 yakni beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhirat, kepada Qadha dan Qadar dan rukun Isalm yang 5 yakni mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, menunaikan Ibadah haji.

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i (Al-Qur'an dan Assunnah).

3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur'a.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Qur'an.

5. Melakukan penafsiran al-Qur'an yang tidak berdasarkan pada kaidah-kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul.

8. Mengikari Nabi Muhammad shalallahu 'alayhi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari'ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardhu tidak 5 waktu.

10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

         Demikian 10 kriteria sesat yang difatwakan oleh MUI pusat. Saya mendapat lembaran fatwa ini langsung dari kantor MUI di bagian sekretaris ketika kami berkunjung ke kantor pusat MUI dalam rangka mengapresiasi terbitnya buku panduan MUI tentang sesatnya Agama Syi'ah.

~ Anas Abdillah Al Cilacapi ~

KENALI SIAPA SHAHABATMU

Desember 29, 2013 Add Comment
KEAGUNGAN BERSAHABAT DENGAN AL QUR’AN

       Al Qur’an mempunyai persahabatan. Barang siapa yang memperbagus persahabatannya  dengan al Qur’an, maka ia akan mendapat kemuliaan yang besar. Al Qur’an akan menyertai sahabatnya dan akan membimbingnya masuk surga dan mendapat derajat yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآنِ: اِقْرَأْ وَارْقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلْ فِي الدُّنْيَاز فَإِنَّ مَنْزِلَتُكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةِ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada sahabat al Qur’an, ‘Bacalah dan naiklah pelan-pelan seperti engkau membacanya pelan-pelan di dunia. Karena sesungguhnya kedudukanmu hingga akhir bacaanmu.” (HR. Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

       Rasulullah n bersabda yang diriwayatkan oleh Buraidah rh:

“Sesungguhnya al Qur’an akan meneui sahabatnya pada Hari Kiamat saat kuburnya terbelah kemudian ia keluar dalam keadaan pucat. Al Qur’an berkata, “Apakah engkau mengenalku?” Ia berkata, “Saya tidak mengenalmu.” Al Qur’an berkata, “Saya adalah al Qur’an sahabatmu, yang telah membuatmu kehausan di siang hari dan membuatmu tidak tidur di malam hari. Setiap pedagang berada di belakang dagangannya. Dan saya bagimu pada hari ini adalah bagaikan orang yang berada di belakang dagangannya. Maka didatangkanlah kerajaan di samping kanan orang itu, dan keabadian di samping kirinya. Lalu, diletakkan di atas kepalanya mahkota kebesaran. Kepada kedua orang tuanya dikenakan perhiasan yang belum pernah mereka pakai selama di dunia. Keduanya berkata, “Apa sebabnya kami memakai perhiasan ini?” Maka dijawab, “Disebabkan oleh persahabatan anak kalian berdua dengan al Qur’an.” Kemudian dikatakan pula, “Bacalah dan naiklah menuju surga dan kamar-kamarnya. Maka iapun naik dengan bacaan al Qur’annya, baik yang dibaca cepat atau pelan-pelan.” (HR. Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Ad-Darimi)

       Sebelum di akhirat, para Ahli Al Qur’an pun mendapat kemuliaan di dunia. Rasulullah n bersabda:
إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللهِ تَعَالى إِكْرَامُ ذِيْ الشَّيْبَةِ المُسْلِمِ، وَحَمِلِ القُرْآنَ غَيْرَ الغَالِي فِيْهِ وَالجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامُ ذِي السُّلْطَانِ المُقْسِطِ
“Di antara penghargaan Allah Ta’ala adalah memuliakan seorang muslim yang beruban (sudah tua), memuliakan pembawa al Qur’an yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya dan tidak berpaling darinya, dan memuliakan penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud, No. 4843 dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)

       Allah swt berfirman:
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ (١٠)
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. Al-Anbiya: 10)

       Allah swt berfirman:
وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ (٤٤)
“Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.” (QS. Zukhruf: 44)

       Rasulullah saw mengabarkan tentang diangkatnya derajat Ahlul Qur’an oleh al Qur’an. Beliau bersabda:
إِنَّ اللهُ يَرْفَعُ بِهَذَا القُرْآنَ أَقْوَامًا وَيَضَعُ آخَرِيْنَ
“Sesungguhnya dengan al Qur’an ini, Allah mengangkat derajat berbagai kaum dan merendahkan sebagian lainnya.” (HR. Muslim dalam shahihnya)



Oleh Anas Abdillah Al Cilacapi

Mencintai al Qur’an cara untuk mengetahui yang Allah SWT Cintai.

Desember 29, 2013 Add Comment

       Salah satu sebab yang mendatangkan kecintaan Allah SWT adalah membaca al Qur’an dengan khusyu, memperhatikan dan memahaminya. Inilah cara terbesar untuk meraih cinta Allah SWT. Allah SWT menghendaki agar pesan dan firman-Nya yang sampai pada kita berupa sesuatu yang dapat disaksikan. Maka kita melihat perkataan-Nya tertulis, bacaannya dapat kita dengar, lafazh dan maknanya dapat berulang-ulang menyentuh hati.

       Para salafushshalih memperoleh perasaan itu dengan cara membaca al Qur’an, hingga mereka seakan merasakan kerinduan untuk membaca surat dari sang kekasih. Hasan bin Ali rh berkata, “Sesungguhnya pendahulu kalian menganggap al Qur’an sebagai surat dari Rabb mereka. Mereka merenunginya pada malam hari dan mengulanginya pada siang hari.”[1]

       Membaca al Qur’an adalah sebuah kemuliaan bagi manusia. Ibnu shalah rh berkata,
قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ كَرَامَةٌ أَكْرَمَ اللهُ بِهَا الْبَشَرَ فَقَدْ وَرَدَ أَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَمْ يُعْطُوْا ذَلِكَ وَأَنَّهَا حَرِيْصَةُ لِذَلِكَ عَلَى اسْتِمَاعِهِ مِنَ الْإِنْسِ.
“Membaca al Qur’an merupakan kemuliaan, dimana Allah SWT memuliakan manusia dengannya. Diriwayatkan, para malaikat tidak diberi kemuliaan seperti itu. Sesungguhnya para malaikat sangat ingin mendengar bacaan Al-Qur’an dari manusia.[2]

       Dengan al Qur’an, Allah SWT telah memberi rahasia cinta-Nya. Al-Qur’an adalah bukti kecintaan-Nya, karena al Qur’an merupakan petunjuk kepada Allah dan kepada kecintaan-Nya. Melalui Al-Qur’an, kita mengenal sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya, apa yang layak bagi-Nya, apa yang disucikan dari-Nya, apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang dilarang-Nya, berupa syari’at-syari’at terperinci untuk memperoleh cinta dan ridha-Nya.

       Orang yang mencintai al Qur’an, pasti mencintai Allah, karena sifat-sifat Allah diterangkan di dalamnya. Ia pun pasti mencintai Rasulullah saw  karena al Qur’an diwahyukan kepada beliau. Abdullah bin Mas’ud ra berkata, “Barangsiapa mencintai Al Qur’an ia pasti mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari no. 7375 dan Muslim no. 831)

Oleh Anas Abdillah





[1] At-Tibyan fi Adab Hamalah al Qur’an, Imam Muhyidin An-Nawawi, hlm. 28
[2] Al-Itqan fi ‘Ulum al Qur’an, Al-Hafizh Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi, 1/291, Daar At-Turats, Kairo.