ARTI IFTIROQ (PERPECAHAN), SEBAB-SEBAB PENYIMPANGAN DAN SEJARAH AWAL PERPECAHAN

Januari 31, 2014 2 Comments
A. Arti Iftiroq (perpecahan).

Arti dari iftiroq atau perpecahan dalam konteks ini adalah meninggalkan garis lurus sirotulmustaqim dan mengikuti garis-garis sesat yang banyak dan bercabang-cabang.               
Dengan kata lain, iftiroq berarti memilih jalan-jalan lain (alternatif) dalam memahami dan menerapkan Islam, selain dari jalan Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam  dan para sahabatnya. Mereka “menolak”, baik sengaja ataupun tidak manhaj ittiba’, yaitu jalan pengikutan kepada Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam.   

                B. Sebab-Sebab Penyimpangan.

Sebab utama dari perpecahan tersebut adalah karena hawa nafsu dan kejahilan (kebodohan) Pengikutan kepada hawa nafsu (terutama hawa nafsu berpendapat) dan kejahilan, telah menimbulkan sebab-sebab perpecahan lainnya yang banyak sekali.

C. Sejarah Awal Perpecahan.

Firoq dollah berarti golongan-golongan yang sesat, dalam arti salah memilih jalan dalam menempuh Islam. Kesesatan bisa berarti bid’ah dan juga bisa berarti kekafiran.
Tetapi dalam konteks ini, yang dimaksud dengan kesesatan adalah bid’ah, yaitu salah memilih jalan dalam meniti Islam. Yang seharusnya mereka memilih jalan yang telah ditempuh oleh Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam  dan para sahabatnya, yaitu jalan Sunnah, tetapi mereka malah memilih jalan lainnya yang tercampur padanya hal-hal yang bukan berasal dari Sunnah Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam. Adapun mereka yang sudah keluar dari Islam, maka walaupun mereka adalah golongan-golongan sesat pada umumnya, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang dimaksud dalam pembahasan ini. Seperti yang dikabarkan oleh Rosululloh   dalam hadits-hadits yang lalu, bahwa firqoh dollah tersebut akan bermunculan sampai bilangannya mencapai 72 (tujuh puluh dua) golongan.       

Begitulah yang mulai terjadi pada masa-masa terakhir khulafa’urrosyidin (empat kholifah yang mendapat petunjuk). Walaupun bibit-bibit furqoh (perpecahan) dan firoq (kelompok-kelompok) sudah mulai bersemi sebelum kekhilafahan ‘Ali bin Abi Tolib rodhiyallohu ‘anhu,  akan tetapi munculnya golongan sesat pertama

TERPECAH.. YANG BENAR HANYALAH SATU

Januari 29, 2014 Add Comment
Alloh subhanahu wa ta’ala  adalah satu-satunya Robb (Tuhan) yang benar, dan Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Tetapi pada zaman kita sekarang ini, kita dapati “banyak Islam”. Berdasarkan prinsip asasi bahwa Islam yang benar hanyalah satu, maka di antara yang banyak itu, hanya satu Islam yang benar-benar Islam dan murni.      

Alloh   telah menegaskan bahwa jalan-Nya hanyalah satu sirot, dan bukan subul (banyak jalan).                
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٥٣)
 “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah sirotulmustaqim (jalan-Ku yang lurus), maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalannya. Demikianlah wasiat Alloh kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS. al-An’am [6]: 153)           

Selain Islam yang benar lagi murni, maka tidak akan dapat menyampaikan kepada keridoan Alloh subhanahu wa ta’al . Semakin bertambah kekurangmurnian Islam pada diri seseorang, maka semakin bertambah terancam pula tujuannya dalam mendapatkan keridoan Alloh subhanahu wa ta’ala  yang mutlak. Semakin bertambah ketidakmurnian keislaman seseorang, maka semakin bertambah pula kejauhannya dari Alloh subhanahu wa ta’al . Ini semua terjadi ketika kekurangmurnian keislaman seseorang masih dalam lingkaran umum Islam. Tetapi ketika ketidakmurnian terus melebar, hal ini bisa mengantarkan seseorang kepada kekafiran.

Umat ini akan terpecah menjadi banyak golongan. Dan memang sudah terpecah! Namun hanya satu yang benar, dan yang lain salah! Hanya satu yang akan selamat dari api neraka, sedangkan yang lain akan memasuki neraka terlebih dahulu!  
Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
(( لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ الله،ِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: اَلجَمَاعَةُ ))
“Sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 golongan. Satu golongan di dalam surga dan 72 golongan di dalam neraka. Ditanyakan kepada beliau: ‘Siapakah mereka (yang satu golongan) itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘al-Jama’ah.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi ‘Ashim dan al Lalika’i)

Dalam riwayat yang lain beliau shalallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:   
(( وَإِنَّ بَنِىْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلىَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي ))
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah-belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapakah satu kelompok itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, Hakim dan al Lalika’i)           

Dari penjelasan tersebut di atas, gugurlah teori Pluralisme di dasar Jahannam yang paling dalam!             
Yang benar hanya satu! Yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah (Islam yang murni yang tidak tersusupi oleh banyak bid’ah dan kesyirikan)

Maka sangat wajiblah bagi kita untuk mempelajari yang satu tersebut dan menghindar dari yang lainnya!

YANG BENAR HANYA ISLAM

Januari 27, 2014 Add Comment
Untuk beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan untuk mencapai keridoan-Nya, Alloh subhanahu wa ta’ala hanya menurunkan satu agama kepada hamba-hamba-Nya, sejak awal penciptaan manusia hingga hari kiamat kelak, yaitu agama Islam. Seluruh nabi, dari Nabi Adam ‘alayhis salam sampai Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam, hanya membawa dan mendakwahkan agama Islam. Itulah sirotulmustaqim.          
﴿ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ ﴾
“Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Alloh hanyalah Islam.”  (QS. ali ‘Imron [3]: 19)

Inti agama Islam adalah “berserah diri secara total kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya dengan mengikuti wahyu dan syariat-Nya”. Hakikat sesuatu yang diajarkan oleh Islam tidak akan pernah berubah, sejak Nabi Adam ‘alayhis salam sampai Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam dan hingga hari kiamat. Adapun syariat yang diturunkan Alloh subhanahu wa ta’ala, yaitu cara beribadah, tempat dan kadar peribadatan serta peraturan kemasyarakatan, bahkan hukum halal dan haram, masih bisa berbeda antara satu rosul dengan yang lainnya. Oleh karena itu, walaupun berbeda dalam syariat di beberapa bagian detail atau rinciannya (mayoritas syari’at global sama saja), namun aqidah para nabi dan ajaran mereka adalah sama, yaitu Islam.               

Nabi Musa ‘alayhis salam adalah nabi Islam, beragama Islam dan mendakwahkan Islam serta para pengikutnya adalah orang-orang Islam, bukan orang-orang Yahudi.
Sedangkan agama Yahudi adalah agama batil yang dianut oleh orang-orang yang menyelisihi ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alayhis salam.      
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ
“Musa Berkata: ‘Wahai kaum, jika kalian beriman kepada Alloh, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang-orang Islam (muslimin).” (QS. Yunus [10]: 84)
               
Demikian pula halnya dengan Nabi Isa ‘alayhis salam dan para pengikutnya yang setia, mereka adalah kaum muslimin sedangkan para penyelisihnya yang dinamakan umat Kristiani dengan agama mereka (Kristen), mereka adalah kaum musyrikin.          
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُون
“Mka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail), ia berkata: ‘Siapakah yang siap menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Alloh?’, para hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Alloh, kami beriman kepada Alloh; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam.” (QS. ali ‘Imron [3]: 52)  
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُون
“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: ‘Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada rosul-Ku’. Mereka menjawab: ‘Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rosul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam (muslimun).” (QS. al-Ma’idah [5]: 111)  

Pada waktu yang sama, Alloh subhanahu wa ta’ala  menolak semua agama selain Islam, walaupun bertujuan atau ditujukan untuk mendapatkan keridoan-Nya.        
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِين
“Barangsiapa menganut agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. ali-‘Imron [3]: 85)             
 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku ridoi Islam itu jadi agama kalian….” (QS. al-Ma’idah [5]: 3)

PILAR-PILAR KESELAMATAN

Januari 24, 2014 Add Comment
       
Allah subhanahu wa ta’ala adalah Rabb seluruh alam semesta. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan alam semesta beserta isinya bukan untuk tujuan yang sia-sia. Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia bukan untuk main-main tiada tujuan. Kita semua sangat mengerti bahwa tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita (menciptakan manusia) adalah agar kita beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Tidak si kaya dan tidak pula si miskin, tidak yang tua dan tidak pula yang muda, tidak laki-laki dan tidak pula perempuan, tidak orang Arab dan tidak pula non Arab, tidak orang Eropa tidak pula orang Indonesia. Semua kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam hikmah penciptaan manusia itu, bukan berarti Allah subhanahu wa ta’ala membutuhkan peribadahan kita (membutuhkan peribadahan hamba-hamba-Nya), bukan sama sekali..!!, tapi kitalah yang sangat membutuhkan peribadahan-peribadahan tersebut. Karena meskipun seluruh manusia meninggalkan peribadahan  kepada Allah, tetaplah kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan berkurang sedikitpun, ke-Mahaperkasaan Allah tidak akan melemah sedikitpun, kekayaan Allah tidak akan terkurangi sedikitpun. Allah tetap Dzat Yang Maha Berkuasa, Maha Perkasa, Maha Kaya serta Maha segalanya. Dan sebaliknya, ketika kita meninggalkan ibadah kepada Allah, maka kecelakaan besar bagi manusia, bergumul dengan api Neraka Jahannam.. na’udzubillah min dzalik..
       Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ (١١٥)
“Maka Apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

       Bukan untuk sia-sia Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia, bukan untuk main-main Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita, tapi ada hikmah yang sangat agung dalam penciptaan tersebut, yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkan peribadahan kita tapi kitalah yang membutuhkan peribadahan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

       Setelah Allah menciptakan manusia, Allah juga yang memberi rizki kepada manusia, maka Allah subhanahu wa ta’ala pun tidak membiarkan hamba-hamba-Nya terlantar kebingungan, tapi Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Agama Islam dan mengutus para Rasul di dalamnya. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap ummat dari Rasul pertama sampai Nabi dan Rasul terakhir yaitu Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam mereka semua beragama Islam dan menda’wahkan Islam.

       Agama Islam yang kita anut dan kita yakini kebenarannya telah menunjukkan rambu-rambu keselamatan yang wajib dipatuhi oleh setiap pemeluknya. Pilar-pilar keselamatan inilah yang telah Allah subhanahu wa ta’ala amanahkan kepada para Nabi dan Rasul dan kepada seluruh manusia untuk ditanamkan pada tiap-tiap individu sebagai pedoman dalam perjalanannya menuju Allah subhanahu wa ta’ala. Siapa saja yang berpegang teguh dengan pilar-pilar tersebut, maka ia pasti selamat dan sapapun yang menyimpang dari rambu-rambu tersebut, maka ia akan tersesat dan kesesatannya akan mengantarkan pada api Neraka Jahannam..

       Di antara rambu-rambu atau pilar-pilar keselamatan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Tauhidullah (mentauhidkan Allah)
Yaitu mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekususan bagi Allah subhanahu wa ta’ala baik dalam hal perbuatan Allah, seperti menciptakan, mengatur alam semesta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, menurunkan hujan dll, dan mengesakan Allah dalam peribadahan kepada-Nya dengan meninggalkan segala peribadahan kepada selain-Nya, serta mengesakan Allah dalam Nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yaitu hanya Allah subhanahu wa ta’ala sajalah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang Maha Indah dan Maha Sempurna.
Tauhid adalah perkara yang paling agung. Siapa saja yang memurnikan tauhidnya, maka ia pasti masuk surga. Dan sebaliknya siapa saja yang tidak bertauhid maka ia pasti masuk Neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)


2.      Pilar keselamatan yang ke dua adalah “Ittiba’”
Yang dimaksud dengan ittiba’ adalah mengikuti atau

Fajri FM Radio Kesayangan Kita..

Januari 24, 2014 1 Comment

Saya adalah salah satu orang yang mendapat manfaat besar dari mendengar radio fajri. Sekitar tahun 2008 saya mendapat informasi gelombang radio fajri dari seorang teman di tangerang. Sejak saat itu saya selalu mendengarkannya sampai sekarang. Alhamdulillah, saya dapat merasakan perubahan yang luar biasa.
Anda pun dapat mengambil manfaat dari siaran-siaran radio fajri 99,3 fm dengan senatiasa mendengarkannya. Berikut saya cantumkan jadwal acara kajian fajri fm:


KAJIAN PAGI  ( Setiap hari, mulai pukul 05.30 sampai 06.30 WIB )

1. Ahad, Tarbiyatul Aulad ( Pendidikan anak ), Pemateri: Ust. M.Priatna, Tarbiayatul Aulad Syaikh Al-Ulwan
2. Senin, Akhlaq Pemateri: Fatih Haidar, S.Pd.I, dari berbagai sumber
3. Selasa,Tafsir ayat hukum, Pemateri: Ust. Hawari Lc, dari berbagai sumber
4. Rabu, Materi tematik , Pemateri: Ust Ibrohim Bafadhol M.Pd.I , Dari Berbagai sumber
5. Kamis, Hadits  Pemateri: Ust. Muslim S.Pd.I , Riyadhus sholihin Imam Nawawi
6. Jumat, Keluarga Sakinah, Pemateri:Ust Arifin, S.H.I, Dari berbagai sumber
7. Sabtu, Motivasi  Islami, Pemateri: Ust Ade Abdul Qohhar S.Pd.I , dari berbagai sumber


KAJIAN DHUHA ( Setiap hari, mulai pukul 09.00 sampai 10.00 WIB )

1. Ahad, Kajian siaran ulang ( recording ), Pemateri: Narasumber fajri,  dari berbagai sumber
2. Senin,Talkshow lembaga dan Produk Islami, Pemateri : Ketua Lembaga dan produsen Produk Islami
3. Selasa, Talkshow lembaga dan Produk Islami, Pemateri : Ketua Lembaga dan produsen Produk Islami
4. Rabu, Materi tematik , Pemateri: Ust Ibrohim Bafadhol M.Pd.I , Dari Berbagai sumber
5. Kamis, Pustaka Islam ( Bedah buku ), Pemateri : Berbagai Narasumber, Buku islam terbaru dari penerbit
6. Jumat, Talkshow lembaga dan Produk Islami, Pemateri : Ketua Lembaga dan produsen Produk Islami
7. Sabtu, Menjawab SMS pertanyaan, Pemateri : Ust Ibrohim M.Pd.I, sumber : SMS yang tak terjawab


KAJIAN SORE ( Setiap hari, mulai pukul 04.00 sampai 05.00 Sore WIB )

1. Ahad, Talk Show kesehatan dan Fajri mendengar ( Setiap 2 pekan ), Pemateri: Dokter & manajemen Fajri,
2. Senin, Fiqh Sholat, Pemateri: Ust. Ibrohim Bafadhol M.Pd.I, dari berbagai sumber
3. Selasa, Tafsir Tematik, Pemateri: Ust. Habibulloh Lc, dari berbagai sumber
4. Rabu, Tazkiyatunnufus ( penyucian jiwa ) , Pemateri: Ust.Umar Muhsin Lc, dari berbagai sumber
5. Kamis, Pemuda Islam, Pemateri: Ust Fachri F M.E.I , Riyadhussholihin Imam Nawawi
6. Jumat, Aqidah Dasar, Pemateri: Ust. Ali Maulida M.Pd.I, dari berbagai sumber
7. Sabtu, Faidah Hadis, Pemateri: Ust. Azzam Rumba Triana M.Pd.I ,dari berbagai sumber


KAJIAN MALAM ( Setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 09.30 Malam WIB )

1. Ahad, Kisah dalam Al-Qur’an, Pemateri: Ust.Herman Saptaji S.Th.I., Al-mustafad min qoshosil Qur’an
2. Senin, Da’wah , Pemateri: Ust.Abu Jundi, dari berbagai sumber
3. Selasa, Tsaqofah Islamiyah, Pemateri: Ust Rahendra Maya, M.Pd.I , dari berbagai sumber
4. Rabu, Fiqhul Islamy, Pemateri: Ust. Dr.M.Sarbini , dari berbagai sumber
5. Kamis, Ghozwul Fikry, Pemateri: Ust. Hudan Dimyati Ahmad, dari berbagai sumber
6. Jumat, Keluarga Islamy, Pemateri: Ust. Solahuddin Lc, dari berbagai sumber
7. Sabtu, Tafsir, Pemateri: Ust Abdul Wahid Lc, Tafsir Berurut




KEMUDAHAN MENDENGARKAN RADIO FAJRI

Kini Radio Fajri – Suara Kebangkitan Islam dapat Anda dengarkan melalui :

1. Melalui radio tunner
- Radio Fajri Bogor di gelombang FM 99.3 Mhz
- Radio Fajri Bandung di gelombang AM 1458 Khz
2. Melalui Flexi Radio (khusus pengguna CDMA Flexi Telkom)

Dengan cara telepon ke nomor *55*230993 tarif Rp.6/menit

Himbauan:
Dapatakan pahala berlimpah dengan membagikan informasi ini kepada saudara-saudara Anda.

KISAH-KISAH AL-QUR’AN (QASHASH AL-QUR’AN)

Januari 21, 2014 Add Comment
BAB II
PEMBAHASAN


     A.    Pengertian Kisah (Qoshosh)

       Kisah berasal dari kata al-qoshshu berarti mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan “qashashtu atsarahu”artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya.” Kata al-qashash adalah bentuk masdar. Seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا (٦٤)
“Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (QS. Al-Kahfi: 64)

       Maksunya, kedua orang dalam ayat itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang. Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa alayhis salam,
وَقَالَتْ لأخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (١١)
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia"…” (QS. Al-Qashash: 11). Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.

       Qashash berarti berita yang berurutan. Firman Allah:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ (٦٢)
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar…” (QS. Ali-Imran: 62)
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ (١١١)
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal…” (QS. Yusuf: 111). Sedang al-qishash berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.

       Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap ummat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.


B.     Jenis-jenis Kisah Dalam Al-Qur’an

       Kisah-kisah dalam al-Qur’an terbagi atas beberapa jenis, di antara jenis tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap-sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka oleh masyarakat yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
2.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, penghuni gua, Zulkarnain, orang-orang yang menangkap ikan pada hari Sabtu, Maryam, Ashabul Ukhdud, Ashabul Fil (pasukan gajah) dan lain-lain.
3.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah ‘Ali ‘Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah At-Taubah, perang Ahzab dalam surat Al-Ahzab, hijrah, Isra-Mi’raj, dan lain-lain.


C.    Faidah Kisah-kisah Al-Qur’an

Masih Berani Mengolok-olok Agama...?? Baca Dulu Ini...!!

Januari 20, 2014 Add Comment

Hendaknya seorang muslim berhati-hati terhadap virus ini. Sering kita dapati sebagian kaum “muslimin” baik dengan ucapan maupun perbuatannya mereka mengolok-olok, mencela, menertawakan ajaran Agama. Terlebih lagi dalam sajian acara televisi di rubrik-rubrik lawakan di bulan Ramadhan dan yang lainnya. Banyak sekali perkataan dan perbuatan yang mempermainkan ajaran Agama. Bahkan cara berpakaian dengan pakaian Isalmi tapi memerankan adegan yang tidak layak untuk ditonton, seperti joged-joged, teriak-teriak, berpelukan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, dan lain sebagainya. Semua itu berbahaya bagi kelangsungan keislaman kita, karena  mengolok-olok Agama hukumnya adalah murtad dan keluar dari Agama secara keseluruhan.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (٦٥)لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ (٦٦)
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS. At-Taubah: 65-66)

Ayat ini menunjukkan bahwa mengolok-olok Alloh subhanahu wa ta’ala adalah kekufuran, mengolok-olok Rasul adalah kekufuran, dan mengolok-olok ayat Alloh subhanahu wa ta’ala juga kekufuran. Karena itu barang siapa mengolok-olok salah satu dari perkara tersebut, berarti ia telah mengolok-olok semuanya. Apa yang terjadi pada orang-orang munafik (yang diisyaratkan dapa ayat di atas) adalah kerena mereka mengolok-olok Rasul dan para shahabat beliau, lalu turunlah ayat ini.

Mengolok-olok ada dua macam: “Secara Terus Terang dan Secara Tidak Terus Terang”
Pertama, Mengolok-olok secara nyata (terus terang), seperti

Yang Ini Boleh Dilakukan dalam Sholat Lho..!!

Januari 18, 2014 Add Comment
Apa Saja yang Boleh Dilakukan Ketika Shalat...?

       Banyak kaum muslimin/at yang tidak mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dalam sholat terlebih jika itu memang diperlukan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menganggap bahwa itu tidak boleh dilakukan dalam sholat atau aggapan bahwa jika hal itu dilakukan dalam sholat maka sholatnya menjadi batal dan berdosa. Maka tidak heran jika ketika kita sholat berjama’ah, kemudian terdengar suara hand phone berdering dari saku teman jama’ah sholat kita yang dibiarkan terus berdering sampai nada itu selesai, tidak jarang hal ini terulang sampai berkali-kali deringan.

       Jika ketidak tahuan akan hal ini terus dibiarkan, tentu akan sangat mengganggu para jama’ah yang lain. Maka kita perlu mengetahui apa sajakah yang jika dikerjakan dalam sholat tidak menjadikan sholat kita batal.
·        
Perbuatan dan gerakan yang boleh dilakukan dalam shalat,

1.      Menggendong bayi ketika shalat
Abu Qatadah radhiyallohu ‘anhu meriwayatkan, “Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab binti Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam. Apabila hendak sujud, beliau meletakkannya (di lantai) dan ketika hendak berdiri, beliau menggendongnya lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.      Berjalan sedikit karena ada keperluan
‘Aisyah radhiyallohu ‘anha menyatakan, “Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam shalat di dalam rumah, sedangkan pintu tertutup. Aku datang dan mengetuk pintu, maka beliau berjalan sedikit dan membukankan pintu lalu kembali ke tempat shalatnya.” ‘Aisyah menjelaskan bahwa pintu terletak di arah kiblat. (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Nasa’I al-Albani menyatakan hadits ini hasan)

3.      Gerakan untuk menyelamatkan anak kecil atau lainnya dari bahaya yang mengancamnya
Al-Azraq bin Qois menuturkan, “Saat itu kami berada di Ahwaz untuk menyerang pasukan gerakan Al-Hururiyah. Ketika sedang berdiri di tepi sungai, aku melihat seorang lelaki (Abu Bazrah Al-Azlami) sedang shalat. Anehnya, ia memegang tali kekang hewan tunggangannya yang tampak tidak tenang dan terus memberontak ingin lepas, maka ia berjalan mengikuti gerakannya.. setelah itu, lalaki tersebut berkata, ‘Aku telah mengikuti enam, tujuh atau delapan pertempuran bersama Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam dan selama itu aku menyaksikan beliau memberi banyak kemudahan. Bagiku, mengikuti kemauan hewan tungganganku lebih memudahkan daripada melepaskannya dan membiarkan dia kembali ke tempat yang disukainya, karena itu akan menyusahkanku.” (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan dalam kitab Fath al-Bari vol. 3 halm 82, “Dari konteks hadits tersebut, jelaslah bahwa Abu Barzah tidak membatalkan shalatnya. Hal ini diperkuat dengan fakta lain yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Marzuq, ‘Dia mengambil hewan tunggangannya itu dan kembali ke tempatnya degan berjalan mundur.’ Seandainya dia membatalkan shalatnya, maka tidak masalah jika berjalan membelakangi kiblat sekalipun. Caranya yang kembali dengan mundur menunjukkan bahwa dia melangkah cukup banyak untuk menangkap hewannya itu.”

Keterangan Tambahan
Masih terkait dengan masalah ini, apabila telapon di rumah kita berdering, misalnya, maka kita boleh mengangkat gagangnya agar orang yang menelepon kita tahu bahwa kita sedang mengerjakan shalat.

4.      Mencegah orang yang lewat di depan kita ketika shalat
Masalah ini telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, berdasarkan hadits Abu Sa’id radhiyallohu ‘anhu yang menyuruh mencegah orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat.
Jika telah membuat pembatas, maka jangan biarkan siapapun lewat di depan kita selama sedang mengerjakan shalat. Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَلَا يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّبَيْنَ يَدَيْهِ، وَلْيَدْرَأْهُ مَااسْتَطَاعَ، فَإِنْ أَبَي فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
“Jika seorang di antara kalian sedang shalat, maka jangan biarkan seorang pun lewat di depannya. Dia harus mencegahnya sedapat mungkin, tapi jika tetap memaksa, maka lawanlah dia, karena dia adalah setan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5.      Membunuh

Beberapa Perkara yang Dianjurkan untuk Berwudhu

Januari 18, 2014 Add Comment


Ada beberapa perkara yang dianjurkan untuk berwudhu sebelum kita mengerjakan perkara itu (jika itu suatu amalan) dan setelah kita mengalaminya (jika itu adalah sebab). Anjuran di sini berarti tidak wajib, hanya saja lebih utama jika dikerjakan. Berikut ini beberapa perkara yang dianjurkan untuk berwudhu:

  1.     Ketika berdzikir kepada Alloh subhanahu wa ta’ala
Termasuk di dalam semua bentuk dzikir, seperti membaca al-Qur’an, thawaf dan selainnya.

Dianjurkan berwudhu untuk perkara di atas. Dasarnya adalah hadits al-Muhajir bin Qanfadz, ia memberi salam kepada Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam ketika beliau sedang berwudhu, dan beliau tidak menjawab salamnya hingga selesai berwudhu. Kemudian beliau menjawabnya seraya mengatakan:
إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرُدَّ عَلَيْكَ إِلَّاأَنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللهَ إِلَّا عَلَي طَهَارَةٍ
“Tidak ada yang mencegahku untuk menjawab (salam)mu, namun aku tidak suka menyebut nama Alloh kecuali dalam keadaan suci.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad. Hadits ini shahih)

Walau hal itu bukan suatu keharusan, karena Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam selalu mengingat Alloh dalam segala keadaan.[1]

2.     Ketika hendak tidur

Diriwayatka dari al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata, Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا أَتَيْتُ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَي شِقِّكَ الأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ: اللهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ
“Jika engkau mendatangi pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat. Kemudian berbaringlah pada bagian tubuhmu yang sebelah kanan, lalu bacalah, ‘Yaa Alloh, aku berserah diri kepada-Mu.’” (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya)

3.     Bagi orang yang junub ketika hendak makan, minum, tidur atau kembali berjima’

Cara Mendapatkan Hidayah

Januari 16, 2014 Add Comment
     
 Begitu penting hidayah bagi seorang muslim, ia lebih berharga daripada dunia dan isinya. Hidayah yang dimiliki seorang muslim akan menuntunnya kepada kehidupan yang baik dan menuntunnya menuju kehidupan akhirat yang penuh dengan kenikmatan yaitu Surga nan abadi. Hidayah yang diharapkan terkadang tidak datang secara cuma-cuma, tapi harus ditempuh dan bahkan diminta oleh seseorang kepada Pemilik hidayah mutlak yaitu Alloh Azza wa Jalla.

       Berikut ini adalah cara mendapatkan hidayah yang harus ditempuh oleh setiap muslim:
1.     Memohon hidayah (hidayah ilmu maupun hidayah taufik) kepada yang memilikinya secara mutlak, yaitu Alloh subhanahu wa ta’ala.

Kita harus senantiasa memohon hidayah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, baik dalam sholat maupun di luar sholat, karena hanya Dia-lah yang sanggup memberikannya kepada kita dalam bentuk yang sempurna dan berguna.
Alloh berfirman:
وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٢١٣)
“Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)

Dalam hadits qudsi, Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَاعِبَادِي، كُلُّكُمْ ضَالٌ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهٌ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang talah Aku beri hidayah (petunjuk), maka hendaklah kalian meminta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim)

2.     Belajar dan beramal.

Setiap orang yang bermujahadah (bersungguh-sungguh) diri untuk