Apa Hukum Bersumpah Dalam Jual Beli…??

Februari 16, 2014 Add Comment
Pembaca yang budiman. Anda pasti pernah membeli suatu barang di pasar atau di tempat jual beli lainnya. Dalam moment seperti itu kita sering mendapati banyak pedagan yang mengumbar sumpahnya supaya dagangannya laris manis. Kalau sumpah tersebut bohong, maka hukumnya jelas haram. Bagaimana dengan sumpah yang benar. Apa hukum sumpah seperti ini dalam pandangan Islam. Mari kita renungkan jawaban dari pertanyaan berikut oleh beberapa ulama besar in:

Pertanyaan:
Apakah boleh bersumpah dalam jual beli jika pelakunya seorang yang jujur..??

Jawaban:
Sumpah dalam jual beli itu secara mutlak hukumnya makruh, baik pelakunya seorang pendusta maupun orang yang jujur. Jika pelakunya seorang yang suka berdusta dalam sumpahnya, sumpahnya menjadi makruh yang mengarah kepada haram. Dosanya lebih besar dan adzabnya sangat pedih, dan itulah yang disebut dengan sumpah dusta. Sumpah itu, jika menjadi satu sarana melariskan dagangan, maka ia akan menghilangkan berkah jual beli dan juga keuntungan. Hal tersebut ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الحَلِفُ مَنْفَقَةٌ لِلسِّلْعَةِ، مَمْحَقَةٌ لِلبَرَكَةِ
“Sumpah itu dapat melariskan dagangan dan menghilangkan berkah.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih milik keduanya. Dan lafazh di atas milik al-Bukhari. Silahkan lihat kitab Fat-hul Baari, jilid IV, hal. 315. Juga didasarkan pada apa yang diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَايُكَلِّمُهُمً اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَايَنْظُرُ إِلَيْهِمْ، وَلَايُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat kelak Dia tidak  melihat mereka, dan Dia juga tidak akan menyucikan mereka, serta bagi mereka adzab yang pedih.”

Dia mengatakan: “Hal itu dibacakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam sebanyak tiga kali.” Abu Dzarr mengatakan: “Mereka benar-benar gagal dan merugi. Siapakah orang-

Saya Gak Merayakan Valentine..!!

Februari 11, 2014 Add Comment
Di antara kerusakan merayakan Valentine’s Day adalah ber-tasyabbuh terhadap orang kafir. Valentine’s Day adalah hari raya milik orang kafir sejak masa Romawi Kuno sebagai bentuk penyembahan kepada Dewi Cinta. Ketika agama Katolik menjadi agama resmi di Roma, maka upacara tersebut dijadikan sebagai Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day sebagai bentuk penghormatan terhadap St. Valentine yang kebetulan mati pada tanggal 14 Februari.[1] Jadi hari valentine adalah hari raya orang kafir. Maka kaum muslimin sangat dilarang ikut serta merayakan hari valentine tersebut. Untuk lebih jelas lagi mengenai larangan tasyabbuh, maka kita lihat penjelasan berikut ini:

Pengertian Tasyabbuh

        Tasyabbuh secara etimologis adalah bentuk mashdar dari tasyabbaha - yatasyabbahu yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Sedangkan secara terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah dalam hal aqidah, ibadah, perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri dan akhlak yang merupakan ciri khas bagi mereka.

       Agama Islam tidak hanya membedakan orang-orang Islam secara batin saja, tapi juga dalam penampilan lahiriah secara umum, baik individu maupun masyarakat Islam secara umum. Oleh karena itu larangan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir merupakan salah satu kewajiban rabbani dalam akidah ini. Al-Qur’an dan As-Sunnah penuh dengan dalil-dalil yang berkaitan dengan perkara ini.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (٨٩)
“AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui". (QS. Yunus: 89)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
…. وَلا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (١٤٢)
“Janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan". (QS. Al A’raf: 142)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (١٨)إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (١٩)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 18-19)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rh dalam menafsirkan ayat ini barkata: “Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam di atas sebuah syari’at agama, Allah-lah yang

Keutamaan Shalat

Februari 08, 2014 Add Comment
Definisi Shalat.

            Secara etimologi (bahasa), shalat artinya do’a. secara syar’i, dinakaman “shalat” karena shalat berisikan berbagai do’a. Demikian pendapat mayoritas ahli bahasa Arab dan para analis lainnya.

            Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ (١٠٣)
“Dan berdo’alah untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Sholli alaihim, artinya ud’u lahum (berdo’a untuk mereka)

            Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِذَادُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ
“Jika salah seorang kamu diundang (makan), maka hendaklah ia memenuhi undangan tersebut. Jika ia sedang berpuasa, maka berdo’alah.” (HR. Muslim shahih) Yakni berdo’a untuk orang yang mengundang.

            Sedangkan menurut istilah (terminology), shalat adalah beribadah kepada Alloh dengan ucapan dan perbuatan yang sudah dikenal, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, disertai niat dengan syarat-syarat yang khusus.

Kedudukan shalat dalam Agama Islam

1.      Shalat adalah kewajiban yang paling ditekankan dan paling utama setelah dua kalimat syahadat, serta salah satu dari rukun Islam.
بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَي خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ
“Islam dibangun di atas lima perkara: barsaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melaksanakan haji.” (Bukhari dan Muslim)

2.      Syari’ (Peletak Syari’at) sangat menginkari orang yang meninggalkan shalat. Bahkan

Larangan-larangan Shalat

Februari 07, 2014 Add Comment
Larangan-larangan shalat adalah perkara-perkara yang ditetapkan haram atau makruh dikerjakan ketika shalat oleh nash (Al-Qur’an atau Al-Hadits), tapi tidak membatalkan shalat melainkan hanya mengurangi pahala orang yang mengerjakannya. Larang-larangan tersebut adalah:

1.      Meletakkan tangan di pinggang
Ketika shalat, tidak boleh meletakkan tangan di pinggang. Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu menyatakan bahwa Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam melarang meletakkan tangan di pinggang ketika shalat.” (HR. Bukhari  dan Muslim)
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa ‘Aisyah tidak suka bila orang yang mengerjakan shalat meletakkan tangan dipinggangnya. Ia berkata, “Sesungguhnya, orang Yahudi melakukannya.” (HR. Bukhari)

Ziyad bin Shabih menyatakan, “Aku pernah shalat di sebelah Ibnu Umar dan aku meletakkan tangan di atas pinggang. Seusai shalat, Ibnu Umar berkata, “Itu merupakan penyaliban dalam shalat. Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam melarangnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’I dan Ahmad.)

2.      Memandang ke langit (atas)
Dalil yang melarang memandang ke atas ketika shalat adalah sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam,
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ رَفْعِ أَبْصَارِهِمْ عِنْدَ دُعَاءِ فِي الصَّلَاةِ إِلَي السَّمَاءِ أَوْلَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ
“Hendaklah orang-orang yang suka melihat ke atas ketika berdo’a dalam shalat menghentikan perbuatannya itu. Atau jika tidak, pendangan mereka akan dirampas (buta).” (HR. Muslim)

3.      Melihat sesuatu yang mengganggu kekhusyuan shalat
--Taruna ummaT--

--Taruna ummaT--

Februari 07, 2014 Add Comment

(Karya Syaikh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Katsiri untuk Taruna-taruna Hasmi)

Kalau kau tahu taruna..
Kalau kau tahu Tugasmu yang sejati..
Pasti kau rasa apa yang kurasa..
Kalau kau tahu bahaya apa yang mengancam..
Ouh.. Kalau saja kau tahu derita umat ini..
Pasti kau rasa apa yang ku rasa..!!

Hatiku tercekam…  Jiwaku berguncang…
Kudukku berdiri.. Jantungku berdebar!
Darahku tersendat di arus bergejolak..!!
Apakah gerangan yang terjadi..?!?
Jika kau… Ya, kau Wahai taruna..!, Kau..!
Gagal di medan bakti..
Lautan manusia kan terjatuh ke jurang derita..!
Matahari huda kan padam meredup..
Siangpun kan gelap bagaikan malam..!

Jangan menyerah wahai taruna..
Ouh… Jangan..!
Kaulah jundi Ilahi meruak rimba kenistaan..
Kaulah obor Ilahi pemancar cahaya,
Penawar kegelapan malam kedustaan nan pekat gulita..

Aku tahu kau lelah sekali..
Aku tahu kau terluka parah..
Wajahmu pucat.., Tubuhmu lemah..
Rumahmu tertinggal.., Istrimu mengeluh..
Anakmu meratap.., Tapi kaulah.., Kaulah pertolongan Ilahi.. Untuk umat yang terluka ini..


Siapa lagi kalau bukan kau taruna..
Siapa lagi..!!?!
Jangan menoleh ke dunia!
Jangan berhenti!!
Jangan!
Jangaaaan!!

Ingin Tahu Asal Usul Nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah..?? Yuukk baca..

Februari 04, 2014 Add Comment
Munculnya kedua kalimat Sunnah dan Jama’ah dalam hadits-hadits Rosululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam  tentang keselamatan, dipahami oleh para sahabat bahwa keduanya (Sunnah dan Jama’ah) adalah pilar-pilar keselamatan.           

Di antara hadits-hadits tersebut misalnya:
 (( عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِي ))
“Ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaurrosyidin sepeninggalku....” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)
(( فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي ))
“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku!” (HR. Bukhori)     
(( تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ ))
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara, dengan keduanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitabulloh dan sunnahku....” (HR. Hakim)           
(( مَنْ فَارَقَ اْلجَمَاعَةَ وَخَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ فَمَاتَ فَمِيْتَتُهُ جَاهِلِيَّةٌ ))
“Barangsiapa yang meninggalkan jama’ah dan memberontak dari ketaatan lalu mati, maka cara matinya adalah mati jahilliyah.” (HR. Muslim)               
(( وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى اْلجَمَاعَةِ ))
“Berpegang teguhlah kalian kepada jama’ah, karena sesungguhnya tangan Alloh di atas jama’ah.” (HR. Tirmidzi)              
(( وَإِنَّ هَذِهِ اْلِملَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي اْلجَنَّةِ، وَهِيَ اْلجَمَاعَةُ  ))
“Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam neraka dan satu golongan di dalam surga, yaitu al-Jama’ah.” (HR. Ahmad dan lainnya. al-Hafiz menggolongkannya sebagai hadits hasan)           
(( عَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ اْلوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ اثْنَيْنِ أَبْعَدُ ))
“Ikutilah jama’ah dan jangan berpecah-belah! Sesungguhnya setan bersama yang sendirian dan dia lebih jauh dari yang berdua!” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)        

Ketika terjadi perpecahan pada awal perjalanan umat ini, terlihat jelas bahwa pembelotan terjadi karena para pembelot melepaskan tali “sunnah” dan “jama’ah”.            

Karena para pembelot “belum bisa” dikeluarkan dari nama Islam atau muslimun, maka salafussoleh telah

AL QUR’AN SEBAIK-BAIK KESIBUKKAN

Februari 03, 2014 Add Comment
Di dalam keterasingan inilah kita harus banyak bergaul dan menyibukkan diri dengan Al-Qur’an. Karena sungguh berinteraksi dengan al Qur’an dan mempelajarinya adalah sebaik-baik kesibukan. Alloh subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits Qudsi :
مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ عَنْ ذِكْرِي وَمَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ ، وَفَضْلُ كَلاَمِ اللهِ عَلَى سَائِرِ الكَلاَمِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ
“Barangsiapa yang disibukkan dengan Al-Qur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan kalam Alloh daripada seluruh kalam selain-Nya seperti keutamaan Alloh atas makhluk-Nya.” (HR.Tirmidzi)

Membaca al Qur`an dengan khusyu' dan berusaha memahaminya adalah diantara sebab yang bisa mendatangkan kecintaan Alloh kepada seorang hamba. Sehingga tidak mengherankan, apabila kedekatan seseorang dengan al Qur`an merupakan perwujudan ibadah yang bisa mendatangkan cinta Alloh.

Para salafush-shalih, ketika membaca al Qur`an, mereka sangat menghayati makna ini. Sehingga ketika membaca al Qur`an, seolah-olah seperti seorang perantau yang sedang membaca sebuah surat dari kekasihnya.

Al Hasan al Basri berkata, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap al Qur`an adalah surat-surat dari Rabb mereka. Pada malam hari, mereka selalu merenunginya, dan akan berusaha mencarinya pada siang hari." [ At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an, Imam an Nawawi, halaman 28.]


AL QUR’AN KEMULIAAN UNTUK MANUSIA

Seandainya kita berfikir, sungguh ini merupakan keistimewaan yang luar biasa. Alloh Yang Maha Besar, Maha Tinggi, Raja Diraja, mengkhususkan khitab (pembicaraan) dan kalam-Nya untuk para manusia yang penuh dengan kelemahan ini. Alloh memberikan kepada mereka kemuliaan untuk berbicara, berkomunikasi dengan-Nya melalui ayat-ayat al Qur’an ini. Ibnu Shalah dalam salah satu fatwanya berkata,
قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ كَرَامَةٌ أَكْرَمَ اللهُ بِهَا الْبَشَرَ فَقَدْ وَرَدَ أَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَمْ يُعْطُوْا ذَلِكَ وَأَنَّهَا حَرِيْصَةُ لِذَلِكَ عَلَى اسْتِمَاعِهِ مِنَ الْإِنْسِ.
"Membaca al Qur`an merupakan sebuah kemuliaan yang Alloh berikan kepada hambaNya. Dan terdapat dalam riwayat, bahwa para malaikat tidak mendapat kemuliaan ini, tetapi mereka sangat antusias untuk mendengarkannya dari manusia." [ Al Itqan fi Ulumil Qur`an, 1/291, karya Imam as Suyuthi.]

Kemuliaan ini akan lebih sempurna apabila disertai keikhlasan. Karena ikhlas -sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi- merupakan kewajiban utama bagi pembaca al Qur`an. Dan seharusnya ia menyadari, bahwa dirinya sedang bermunajat kepada Alloh. [ At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur`an, Imam an Nawawi, halaman 38]

NABI DIRUNDUNG KESEDIHAN "WAHYU MENGALAMI MASA VAKUM"

Februari 01, 2014 Add Comment
            Mengenai masa vakum (terputusnya wahyu untuk sementara) ini, menurut riwayat Ibnu Sa’d dari Ibnu Abbas terdapat informasi bahwa ia hanya berlangsung selama beberapa hari. Pendapat inilah yang kuat bahkan dapat dipastikan, setelah mengadakan penelitian dari segala aspeknya. Adapun riwayat yang masyhur bahwa hal ini berlangsung selama tiga tahun atau 2 tahun setengah tidaklah benar sama sekali, namun di sini bukan momen yang tepat untuk membantahnya secara terperinci.

            Pada masa vakum tersebut, Rasululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam dirundung kesedihan yang mendalam dan diselimuti oleh kebingungan dan kepanikan.

            Dalam kitab “At-Ta’bir”, Imam Al-Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut:
       “Berdasarkan informasi yang disampaikan kepada kami, wahyupun mengalami masa vakum sehingga membuat Nabi sholallohu ‘alayhi wa sallam sedih dan berulang kali berlari kencang agar dapat terjerembab dari puncak-puncak gunung, namun setiap kali beliau mencapai puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, Malaikat Jibril menampkkan wujudnya, seraya berkata “Wahai Muhammad! Sesungguhnya engkau benar-benar utusan Alloh!” sepirit ini dapat menenangkan dan menstabilkan kembali jiwa beliau, lalu beliau pulang. Namun mana kala masa vakum itu masih terus berlanjut beliaupun mengulangi tindakan sebagaimana sebelumnya; dan ketika dia mencapai puncak gunung, Malaikat Jibril kembali menampakkan wujudnya dan berkata kepada beliau sholallohu 'alayhi wa sallam seperti sebelumnya.

JIBRIL ‘ALAYHIS SALAM  TURUN KEMBALI MEMBAWA WAHYU

            Ibnu Hajar berkata, “Adanya masa vakum ini bertujuan untuk menghilangkan ketakutan yang dialami oleh Rasululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam dan membuatnya penasaran untuk mengalaminya kembali.” Ketika hal itu benar-benar terjadi pada beliau, beliau mulai menanti-nanti datangnya wahyu,

Golongan Yang Selamat

Februari 01, 2014 Add Comment
                

 A. Firqotunnajiyah.

Arti dari firqotunnajiyah adalah golongan yang selamat. Maksudnya adalah golongan yang tidak memasuki neraka sebelum memasuki surga. Hal ini telah dikabarkan oleh Rosululloh   dalam hadits-haditsnya (hadits perpecahan ummat). Dalam hadits-hadits tersebut telah dijelaskan sifat-sifat global dari golongan tersebut, di antaranya:     
“Mereka yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.”
Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah “mereka yang mengikuti ajaran-ajaranku dan para sahabatku dalam memahami dan melaksanakan Islam (dengan kata lain mengikuti Sunnah)”.               

                B. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah nama dari firqotunnajiyah (golongan selamat). Karena itu arti nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun sama dengan definisi firqotunnajiyah, yaitu mereka yang mengikuti jejak dan ajaran-ajaran Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam serta para sahabatnya dalam memahami Islam dan menerapkannya.
Mereka juga sangat berpegang pada manhaj para imam dari tiga generasi setelah Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam  yang mana ilmu dan pengarahan-pengarahan mereka sebagai generasi terbaik dalam sejarah dunia, sangat dibutuhkan dalam meniti jejak Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam  dan para sahabatnya.            

                Sedangkan ahlul bid’ah adalah mereka yang berpegang kepada satu atau lebih dari prinsip-prinsip bid’ah, baik dalam sumber agama atau metode pemahamannya atau pemahamannya itu sendiri, atau orang-orang yang berlumuran bid’ah dalam kehidupan keagamaan sehari-harinya, walau tidak mengerti sedikitpun tentang prisip-prinsip bid’ah.         

Dari sini kita dapat memahami bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah seluruh kaum muslimin yang bukan ahlul bid’ah, walaupun kejahilannya cukup berat.      

Ahlus Sunnah adalah golongan inti (utama) dan mayoritas dari kaum muslimin, dan bukanlah suatu organisasi tertentu.

                Jadi pemahaman bahwa NU (Nahdhatul Ulama) adalah Ahlus Sunnah sedangkan Muhammadiyah, atau Persis, atau lainnya bukan Ahlus Sunnah, adalah pemahaman yang salah lagi keliru. Setiap organisasi harus diukur berdasarkan manhajnya, apakah manhaj ittiba’ atau bukan? Demikian juga personal-personalnya, masing-masing diukur berdasarkan manhaj keagamaannya.               

Kalau ada organisasi yang ternyata menganut manhaj bid’ah, seperti mentabanni (mengadopsi/menerima) tarekat-tarekat bid’ah, maka belum tentu seluruh personalnya sebagai ahlul bid’ah. Walaupun organisasi tersebut dikategorikan sebagai organisasi bid’ah sekalipun, tetapi