HIKMAH AL QUR'AN DITURUNKAN BERTAHAP

Mei 28, 2014 Add Comment
Sejarah singkat Al Qur’an 

Al Qur’an diturunkan sekaligus pada bulan Ramadhan pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr) ke Baitul ‘Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kemuliaan ummat Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam kepada penduduk langit. Kemudian al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam selama 23 tahun (13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah)

Hikmah diturunkannya Al Qur’an secara bertahap:

1.      Meneguhkan hati Rasulullah shalallohu ‘alayhi wa sallam.
Ayat-ayat Al Qur’an itu turun kepada Rasululloh secara berkesinambungan sebagai penghibur dan pendukung sehingga ia tidak dirundung kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa. Di dalam kisah para Nabi itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang menimpa orang-orang yang mendustakan terdapat hiburan baginya. Dan dalam janji akan memperoleh pertolongan Allah terdapat berita gembira baginya. Setiap kali ia mereasa sedih sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaannya, ayat-ayat penghibur pun dating berulang kali, sehingga hatinya mantap untuk melanjutkan dakwah, dan merasa tentram dengan pertolongan Alloh.
كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا (٣٢)
“Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-Furqan: 32)

2.      Tantangan dan Mukjizat.
Orang-orang musryik senantiasa dalam kesesatan. Mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabian Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam, mengajukan hal-hal yang batil dan tidak masuk akal, seperti menanyakan tentang Hari Kiamat (QS. Al-A’raf: 187), minta disegerakan adzab (QS. Al-Hajj: 47), Maka turunlah Al-Qur’an untuk menjelaskan kepada mereka suatu kebenaran dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka itu, misalnya firman Allah Ta’la:
وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (٣٣)
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (QS. Al-Furqan: 33)

Maksudnya, setiap kali mereka datang kepadamu dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh, Kami datangkan kepadamu jawaban yang benar dan lebih berbobot daripada pertanyaan-pertanyaan yang merupakan contoh daripada kebatilan.

Panduan Para Pekerja

Mei 28, 2014 Add Comment
Definisi Bekerja

Bekerja secara etimologi artinya adalah profesi atau pekerjaan dalam bentuk umum.
Secara terminologis sering digunakan untuk semua jenis pekerjaan manusia dan aktivitasnya, seperti dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ (١٠٥)
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…” (QS. Al-Taubah: 105)

Namun terkadang digunakan untuk arti khusus, yakni keterampilan, profesi atau mencari rizki, seperti dalam sabada Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam,
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطٌ خَيْرٌ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidak ada makanan yang dimakan seseorang yang labih baik dan makanan yang merupakan usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud makan dari hasil usaha tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)

Bekerja dalam Islam dibatasi dengan dua hal: Keikhlasan dan ittibaʽ atau mengikuti Rasulullah shalallohu ‘alayhi wa sallam. Yakni bahwa usahanya itu hendaknya dilakukan untuk mencari keridhaan Allah dan hendaknya usahanya itu sesuai dengan Sunnah Rasulullah shalallohu ‘alayhi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (١١٠)
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110)

Kebenaran suatu usaha tentu saja dilihat dari kesesuaian usaha itu dengan syariʽat. Sementara Allah tidak akan memberikan pahala pada suatu amalan kecuali jika bila bertujuan mengharapkan keridhaan-Nya.

Hukum Bekerja
PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI

Mei 26, 2014 Add Comment
PEDOMAN TRANSLITERASI
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi sebagai berikut:
b
t
th
j
kh
d
dh
r

=
=
=
=
=
=
=
=
=

ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
z
s
sh
gh

=
=
=
=
=
=
=
=
=
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
f
q
k
l
m
n
h
w
y

=
=
=
=
=
=
=
=
=
ف
ق
ك
ل
م
ن
هـ
و
ي
Pendek
Panjang
Dipthong
:
:
:
A=
=ا
Ay=ي ا;
; I=
; i>=ي
Aw=وا
;U=
; ū=و






Penulisan tashdīd dalam dalam translitasi ini dilambangkan dengan huruf, dengan menggandakan huruf yang bertashdīd. Akan tetapi hal ini tidak berlaku pada huruf yang menerima tashdīd jika terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf shamsiyah, contohnya kata  السعدي tidak ditulis assa'di akan tetapi al-sa'di, demikian seterusnya.

TAUBAT: Apakah Dosa-dosa Saya Akan Diampuni...??

Mei 24, 2014 Add Comment

Pertanyaan:

Pak Ustadz, saya seorang pemuda. Saya memiliki dosa yang sangat banyak. Apakah saya akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala jika saya bertaubat..??

Jawab:
Saudaraku… Semoga Allah memberi hidayah kepada kamu dan juga kepada saya. Ketahuilah bahwa Allah ‘Azza wa Jalla adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dia akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya meskipun dosa tersebut sepenuh bumi dengan syarat ia benar-benar bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah menghendaki hamba-hamba-Nya bertaubat kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)
“…Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. (QS. An-Nur: 31)

Saudaraku… fahamilah bahwa orang-orang yang bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosa adalah termasuk orang-orang yang beruntung. Yang dimaksud orang yang beruntung adalah orang mendapatkan apa yang diinginkan dan selamat daripada apa-apa yang ditakutinya. Jadi orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang akan mendapatkan apa yang dia idam-idamkan dan terhindar dari apa yang paling ditakutinya.

Allah berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (٣)
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud: 3)

Lihatlah, wahai saudaraku… Betapa Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Jika seorang hamba bertaubat dari perbuatan dosanya, maka Allah akan berikan kenikmatan yang baik terus menerus tiada terputus sampai waktu yang Allah tentukan dan akan diberikan balasan keutamaan atasnya.

Saudaraku… Jangankan seorang muslim yang melakukan dosa kemudian bertaubat, orang kafir pun jika

TIADA YANG MENGAJARIKU SHALAT MALAM KECUALI ANAKU SENDIRI

Mei 20, 2014 Add Comment
Salah seorang Salafush Shalih mengatakan “Tiada yang mengajariku shalat malam, kecuali anakku sendiri. Pada suatu hari ia membaca ayat:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١)قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (٢)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (QS. Al Muzammil: 1-2)

Lalu anaknya berkata, “Wahai ayah, apa arti “Bagun di malam hari?” Aku jawab, “Wahai anakku, artinya hendaknya seorang hamba shalat pada malam hari.” Ia bertanya, “Wahai ayah, mengapa aku lihat ayah tidak bangun malam?” Aku jawab, “Ayat ini adalah khusus untuk Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam”. Ketika anak itu membaca ayat:
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (١٧)
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.” (QS. Adz-Dzariyat: 17) Ia berkata, “Wahai ayah, siapakah mereka itu?” Hamba-hamba Alloh yang beriman. Jawabku. Ia bertanya lagi, “Mengapa aku lihat ayah tidak bangun malam?” Aku jawab, “Aku akan bangun malam semenjak malam ini, wahai anakku.”

Ia berkata, “Wahai ayah, bangunkan aku bila ayah bangun, agar aku bisa shalat bersama ayah.” Aku Jawab, “Nak, kamu masih kecil, kamu belum diwajibkan beribadah, tidur sajalah agar kamu bisa beristirahat.

Ia berkata, “Wahai ayah, bagaimana pendapat ayah bila aku dibangkitkan Alloh pada hari Kiamat dan Dia bertanya kepadaku, ‘Mengapa kamu tidak bangun malam?’ Aku akan menjawab bahwa Ayahku berkata, ‘Tidur sajalah.’

Laki-laki itu menangis lalu berkata, ‘Wahai anakku, bangun malamlah.”

Beginilah seharusnya kita mengajari anak-anak kita untuk bangun malam, hendaknya kita mendidik mereka untuk hal itu. Pada hari ini banyak di antara kita yang tidak bisa shalat subuh, sebab ia didik di rumah yang tidak didirikan shalat di dalamnya, atau seluruh anggota keluarga menunaikan shalat, tetapi ia tidak dibangunkan. Jikapun bangun, ia tidak menunaikannya di masjid.

Oleh karena itu, seyogyanya kita membiasakan istri dan anak-anak kita bangun malam untuk menunaikan shalat. Bahkan seharusnya Anda dan istri bergantian, sesekali Anda yang membangunkan dan di lain waktu istri yang membagungkan Anda. Anda berdua juga bisa saling menghukum bila salah satu tidak bangun.



Oleh: Anas Abdillah Al Cilacapi
Disalin dari buku “Powerful Ramadhan”





REMAJA: Mengisi Waktu Saat Jam Pelajaran Kosong

Mei 18, 2014 Add Comment
Pada jam-jam tertentu terkadang salah satu guru mata pelajaran di sekolah tidak dapat hadir untuk memberi materi pelajaran untuk siswa/i. Beragam sebab yang menjadikan jam pelajaran menjadi kosong. Bisa karena sang guru tersebut sakit atau karena guru kita menghadiri rapat penting yang tidak dapat diwakilkan. Ketika ini terjadi, banyak siswa/i yang menunjukkan sikap yang tidak seharusnya dikerjakan oleh seorang pelajar. Mereka menghabiskan jam kosong dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti ngerumpi, bercanda, menggoda teman kelasnya atau bahkan jalan-jalan dan makan-makan di kantin. Dan tidak jarang yang menghabiskan jam kosong dengan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma agama dan tata tertib sekolah, seperti meroko di belakang kelas, berpacaran di kelas, mengganggu kenyamanan siswa/i yang lain dan lain sebagainya.

          Sebagai seorang muslim, tidak selayaknya kita menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna apalagi hal-hal yang mebahayakan bagi diri dan orang lain. Rasululloh sholallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءَ تَرْكَهُ مَالَا يَعْنِيْهِ
“Di antara baiknya keislaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmdzi)

            Seorang siswa/i yang baik adalah yang senantiasa memanfaatkan jam kosongnya untuk kegiatan positif yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Di antara kegiatan-kegiatan positif yang dapat kita kerjakan selama jam kosong adalah sebagai berikut:

1.      Tilawah Al Qur’an.
Tilawah/membaca ayat al Qur’an untuk mengisi waktu kosong di sekolah dan di luar sekolah adalah kegiatan yang sangat menguntungkan. Orang yang mengerjakannya akan mendapat keuntungan yang besar dan pahala yang melimpah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (٢٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Fatir: 29)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa orang-orang yang selalu membaca Kitab Alloh termasuk ke dalam orang yang berniaga/berbisnis dengan bisnis yang tidak aka pernah merugi (selalu menguntungkan).
           
Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَن قَرَأَ حَرْفًا مِن كِتَبِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَة بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Alloh (al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi)

2.      Membaca Buku-buku Islami.
Membaca adalah pintu menuju wawasan yang sangat luas. Dari sana kita akan mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa, di samping menambah wawasan tentang apa yang kita baca, kita juga mendapatkan manfaat lain seperti bertambahnya kosakata baru yang belum pernah kita dapatkan. Terlebih lagi buku-buku yang bermuatan materi keislaman, kita akan mendapat ilmu baru yang dengan ilmu tersebut keimanan dan ketakwaan kita akan terus bertambah. Karena ilmu adalah sarana paling utama untuk mempertebal keimanan seseorang dan sarana untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Imam Syafi’i rahimahumulloh berkata,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الْأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barang siapa yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu, dan barang siapa yang menghendaki akhirat, hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akhirat), maka hendaknya dia berilmu.”