AMALAN YANG DIANJURKAN DI BULAN DZUL HIJJAH

September 26, 2014 Add Comment

Ada beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan di sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, diantaranya:

1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain:
Sabda Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam,
اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga.” [HR. Bukhori Muslim]

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: Rosululloh ditanya tentang amalan yang paling utama maka beliau bersabda:
إِيْمانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ، قِيْلَ: ثُمَّ ماذا؟ قالَ: جِهادٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ، قِيْلَ: ثُمَّ ماذا؟ قالَ: حَجٌّ مَبْرُوْرٌ
“Iman kepada Alloh dan Rasul-Nya.” Ditanyakan kepada beliau, “Kemudian amalan apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Alloh.” Kemudian beliau ditanya lagi, Beliau menjawab, “Haji yang mabrur.” (HR. Bukhori)

Dari Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh bersabda:
تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya meniadakan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran (karat) besi, emas dan perak, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur melainkan Surga.” [ Shahih: [Shahiihul Jaami’ (no. 2901)], Sunan at-Tirmidzi (II/153, no. 807), Sunan an-Nasa-i (V/115)]

2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Alloh untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi:
الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي
“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.” [HR. Bukhori Muslim]

Rosululloh shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْماً فِي سَبِيْلِ اللهِ ، إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفَ
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Alloh melainkan Alloh pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun.” [HR. Bukhori Muslim]

Mengenai puasa hari Arafah Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالَّتِي بَعْدَهُ
“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Alloh melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.” (HR. Muslim)

3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.
Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“.... dan supaya mereka menyebut nama Alloh pada hari-hari yang telah ditentukan ....” [QS. al-Hajj: 28]

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar ,
فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ
“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid.” [HR. Ahmad]

Imam Bukhori menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq meriwayatkan dari fuqaha' tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan:
Allohu Akbar, Allohu Akbar, Laa Ilaha Illalloh, wallohu Akbar, Allohu Akbar wa Lillahil Hamdu

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...”. [QS. al-Baqarah: 185]


Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri.

4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Karena maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Alloh, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Alloh kepadanya.

Nabi shollallahu ‘alayahi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يُغَارُ وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمَرْءُ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya Alloh itu cemburu, dan kecemburuan Alloh itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Alloh terhadapnya.” [HR. Bukhori Muslim]

5. Banyak Beramal Shalih.
Berupa ibadah sunat seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Alloh daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

7. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

8. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim , yakni ketika Alloh menebus putranya dengan sembelihan yang agung.
وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Diriwayatkan bahwa Nabi berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Alloh dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [HR. Bukhori Muslim]

 MIZAR

Hukum Kurban.... Wajib atau Sunnah...??

September 24, 2014 Add Comment
Mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya, apa sih hukum berkurban yang lebih tepat..? Sebagian kaum muslimin ada yang memahami bahwa kurban adalah hukumnya wajib bagi orang yang berkelapangan, dan sebagian yang lain mengatakan bahwa kurban tidak wajib. Untuk lebih jelasnya mari kita simak pembahasan berikut ini.

            Para ulama berselisih pendapat tentang hukum kurban dalam dua pendapat:
Pertama, kurban adalah wajib bagi orang yang berkelapangan. Ini adalah pendapat Rabi’ah, al-Auza’i, Abu Hanifah, al-Laits dan sebagian ulama Malikiyah. Dalil mereka adalah sebagai berikut, di antaranya:
1.      Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
            Para ulama dalam menakwilkan ayat tersebut ada lima pendapat, pendapat yang  paling jelas bahwa maksudnya adalah shalat dan berkurban karena Allah.

2.      Hadits Jundab bin Sufyan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabada:
Barang siapa yang menyembelih sebelum shalat, maka hendaklah ia menggantinya dengan yang lain, dan barang siapa yang belum menyembelih, hendaklah ia menyembelih.” (HR. Bukhari dan Muslim, shahih)
            Dijawab, maksudnya adalah menjelaskan sayarat syar’i berkurban. Ini sebagaimana sabda beliau kepada orang yang shalat dhuha secara rutin, misalnya, sebelum terbit matahari, “Jika matahari telah terbit, maka ulangilah shalatmu.” Sebagaimana disebutkan dalam al-Fath (X/6, 19)

3.      Hadits Al-Bara’, Abu Burdah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, aku menyembelih sebelum shalat, dan aku memiliki kambing jadz’ah yang lebih baik daripada musinnah, maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Jadikanlah itu sebagai penggantinya, dan ini tidak dibolehkan bagi seorang pun setelahmu.”  (HR. Bukhari, shahih)
            Al-Khathabi menjawab dalil yang dipakai sebagai argument tentang wajibnya berkurban. Ia berkata, “Hal ini tidak menunjukkan seperti yang mereka katakana, karena hukum-hukum pokok (ushul) memperhatikan pengganti-penggantinya, baik perkara wajib maupun sunnah. Itu hanyalah sebagai anjuran, sebagaimana hukum asalnya juga anjuran. Dan maknanya, sudah sah bagimu jika engkau bermaksud berkurban, dan berniat mendapatkan pahala di dalamnya.” (Al-Ma’alim, II/199)

4.      Hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Ada empat jenis yang tidak sah untuk berkurban: hewan yang jelas kebutaannya, dan…..”  (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nas’i, Ibnu Majah dan selain mereka)
            Mereka mengatakan, sabda Nabi, “Tidak sah,” adalah dalil wajibnya berkurban! Karena perkara tathawwu’ tidak dikatakan padanya, “Tidak sah.” Mereka mengatakan, terbebas dari cacat hanyalah dijaga berkenaan dengan perkara-perkara yang wajib. Adapun dalam perkara tathawwu’ boleh mendekatkan diri kepada Allah dengan hewan yang buta dan selainnya.
            Dijawab, kurban adalah ibadah yang disunnahkan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala menurut ketentuan yang disinyalir oleh syari’at. Ini adalah hukum yang ada ketentuan waktunya, dan tidak boleh menyimpang dari sunnah Nabi. Karena mustahil mendekatkan diri kepada-Nya dengan sesuatu yang dilarang lewat lisan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. (At-Tamhid, Ibnu Abdil Barr. XX/167)

5.      Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallalahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang memiliki kelapangan dan belum berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (Dhaif, diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, dan yang lainnya)
            Dan yang benar hadits ini adalah mauquf , sebagaimana dijelaskan para imam.

Kedua, berkurban adalah sunnah bukan wajib. Ini adalah madzhab jumhur: Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, al-Muzani, Ibnu Al-Mundzir, Dawud, Ibnu Hazm dan selainnya. Mereka berdalil dengan:

BAHAYA BID'AH

September 05, 2014 Add Comment
Bid’ah adalah semua aqidah, amal perbuatan atau peribadatan yang mengatasnamakan Islam tetapi tidak pernah disyari’atkan oleh Islam.

Semua bentuk ritual keagamaan yang dilakukan untuk mengharapkan pahala dari Alloh subhanahu wa ta’ala tetapi tidak ada dalam ajaran-ajaran Rosululloh shallallahu 'alayhi wa sallam,  adalah bid’ah.

Cara memahami dan menerapkan Islam yang berbeda dengan manhaj Rosululloh shallallahu 'alayhi wa sallam dan para sahabatnya adalah bid’ah.                 

Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan bid’ah yang harus diketahui:
   
1. Dari segi berat dan ringannya, bid’ah terbagi atas dua tingkatan, yaitu bid’ah mukaffiroh (bid’ah yang menjadikan pelakunya kafir) dan bid’ah  goir  mukaffiroh (bid’ah yang tidak menjadikan pelaku-nya kafir).
                                 
Pelaku bid’ah mukaffiroh, biasanya tidak disebut sebagai ahlul bid’ah, tetapi sudah termasuk kuffar (orang-orang kafir). Sedangkan bid’ah goir mukaffiroh, pelakunya masih di dalam lingkaran Islam.                                                           
Contoh bid’ah mukaffiroh; berdo’a dan memohon kepada makhluk tentang hal-hal yang semestinya hanya diminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja, seperti meminta keturunan kepada kuburan-kuburan dan lain-lain.

Contoh bid’ah goir mukaffiroh, seperti merayakan tahun baru Islam, merayakan isra mi’raj, merayakan maulid nabi, dan lain-lain.                                                                   

2. Bid’ah dari segi bentuknya, terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah haqiqiyah (bid’ah asli) atau murni, artinya bid’ah yang memang tidak ada asalnya sama sekali pada ajaran Islam (contohnya seperti merayakan tahun baru Islam) dan bid’ah idofiyah (bid’ah penambahan), yaitu bid’ah yang sebenarnya merupakan amal perbuatan yang asalnya syar’i tetapi ditambah-tambah, seperti berdzikir secara jama’ah.             

Bid’ah dalam istilah syar’i, hanya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan peribadatan dan aqidah serta agama pada umumnya, dan tidak mencakup selain itu.

Bid’ah bisa bercampur dengan sunnah dalam suatu amal peribadatan. Ketika hal ini terjadi, maka secara keseluruhan amal tersebut masuk dalam kategori bid’ah.    

Sebuah amal mempunyai beberapa unsur seperti: isi, waktu, cara, kadar dan lain-lainnya. Bid’ah mungkin bisa terjadi pada salah satu dari unsur-unsur tersebut atau semuanya.

Contohnya berdzikir bersama-sama (dengan berbarengan) dan dengan suara yang keras. Berdzikir itu sendiri adalah sunnah dan isinya pun bisa sunnah, seperti istigfar atau kalimat tauhid, tetapi bila dengan cara berbarengan adalah bid’ah. Secara keseluruhan amal ini adalah bid’ah.                                                                           

3. Bid’ah juga terbagi atas bid’ah aqidah dan bid’ah ‘amaliyah.
Karena aqidah lebih penting dari amal jasmani, maka bid’ah pada aqidah pun lebih buruk dari bid’ah ‘amaliyah, bahkan kebanyakan bid’ah ‘amaliyah didorong oleh bid’ah aqidah.   

“Semua bid’ah dalam agama (Islam) adalah buruk dan sesat, tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa bid’ah terbagi dua yaitu; bid’ah sayyiah (buruk) dan bid’ah hasanah (baik). Pembagian bid’ah seperti ini adalah batil, karena seluruh bid’ah dalam agama adalah kesesatan.”

B. Keburukan Bid’ah.
Dengan menyimak hadits-hadits Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam dan perka-taan para salafussolih di bawah ini, kita akan lebih menyadari keburukan dan bahaya bid’ah.

Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Berhati-hatilah kalian dari hal-hal yang baru, sesungguhnya setiap hal yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ                               
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak sejalan dengan ajaran kami, maka amalnya tertolak.” (HR. Muslim No. 1718)

“Barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam agama ini, yang bukan bagian darinya, maka hal tersebut tertolak.” (HR. Bukhori)       

Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh telah mencegah taubat bagi orang yang mengerjakan bid’ah, sehingga ia meninggalkan bid’ahnya.” (HR. Tobroni dengan sanad yang hasan)

Imam Baihaqi rahimahullah dalam Sunanulkubro meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata:                                            
“Sesungguhnya perkara yang paling dibenci Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah bid’ah, dan di antara bid’ah adalah i’tikaf di masjid-masjid yang ada di dalam rumah-rumah.” 

Hasan Basri rahimahullah berkata:
“Alloh tidak akan menerima puasa, solat, haji dan umroh dari ahli bid’ah hingga ia meninggalkan bid’ahnya.”                                       

Muhammad bin Aslam rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang menghormati ahlul bid’ah, maka sesungguhnya ia telah memberikan pertolongan untuk merobohkan Islam!”                

Abu Ma’sar rahimahullah berkata:
“Aku bertanya kepada Ibrahim tentang sesuatu yang menyangkut hawa nafsu ini (bid’ah), kemudian ia berkata: “Alloh tidak menjadikan sedikit kebaikan pun padanya. Bid’ah adalah suatu dorongan dari setan. Maka ikutilah agama yang murni!”       

Ayub Sikhtiyani rahimahullah berkata:
 “Tambah giat seorang ahlul bid’ah berbuat bid’ah, tambah jauh pula ia dari Alloh.”    

Sufyan Tsauri rahimahullah berkata:
“Bid’ah lebih disukai Iblis dari pada maksiat. Maksiat dapat diharapkan bertaubat orangnya, sedangkan bid’ah tidak diharapkan taubatnya.” 

Fudoil bin ‘Iyad rahimahullah  berkata:
“Apabila engkau melihat seorang ahlul bid’ah di jalan, tempuhlah olehmu jalan lain. Tidak ada suatu amal pun dari ahlul bid’ah yang sampai kepada Alloh. Barangsiapa yang membantu seorang pelaku bid’ah, maka berarti dia telah membantu merobohkan Islam!”


Klik Artikel terkait:

Share..!!

Khutbah Jum'at: PILAR KESELAMATAN

September 03, 2014 Add Comment


Bismillah, Alhamdulillah wash shalatu wa salamu ‘ala Rasulillah…
Bagi para khutaba, para da’i dan kaum Muslimin yang membutuhkan materi untuk khutbah atau untuk tausiyah, mungkin materi di bawah ini dapat dimanfaatkan. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan untuk dibagikan..

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ اَلَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد :

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah…

       Allah subhanahu wa ta’ala adalah Rabb seluruh alam semesta. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan alam semesta beserta isinya bukan untuk tujuan yang sia-sia. Begitu juga Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia bukan untuk main-main tiada tujuan. Kita semua sangat mengerti bahwa tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita (menciptakan manusia) adalah agar kita beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Tidak si kaya dan tidak pula si miskin, tidak yang tua dan tidak pula yang muda, tidak laki-laki dan tidak pula perempuan, tidak orang Arab dan tidak pula non Arab, tidak orang Eropa tidak pula orang Indonesia. Semua kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam hikmah penciptaan manusia itu, bukan berarti Allah subhanahu wa ta’ala membutuhkan peribadahan kita (membutuhkan peribadahan hamba-hamba-Nya), bukan sama sekali..!!, tapi kitalah yang sangat membutuhkan peribadahan-peribadahan tersebut. Karena meskipun seluruh manusia meninggalkan peribadahan  kepada Allah, tetaplah kekuasaan Allah Azza wa Jalla tidak akan berkurang sedikitpun, ke-Mahaperkasaan Allah tidak akan melemah sedikitpun, kekayaan Allah tidak akan terkurangi sedikitpun. Allah tetap Dzat Yang Maha Berkuasa, Maha Perkasa, Maha Kaya serta Maha segalanya. Dan sebaliknya, ketika kita meninggalkan ibadah kepada Allah, maka kecelakaan besar bagi manusia, bergumul dengan api Neraka Jahannam.. na’udzubillah min dzalik..

       Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ (١١٥)
“Maka Apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

       Bukan untuk sia-sia Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia, bukan untuk main-main Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita, tapi ada hikmah yang sangat agung dalam penciptaan tersebut, yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkan peribadahan kita tapi kitalah yang membutuhkan peribadahan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Allah Ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

       Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah..

       Setelah Allah menciptakan manusia, Allah juga yang memberi rizki kepada manusia, maka Allah subhanahu wa ta’ala pun tidak membiarkan hamba-hamba-Nya terlantar kebingungan, tapi Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Agama Islam dan mengutus para Rasul di dalamnya. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap ummat dari Rasul pertama sampai Nabi dan Rasul terakhir yaitu Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam mereka semua beragama Islam dan menda’wahkan Islam.

       Agama Islam yang kita anut dan kita yakini kebenarannya telah menunjukkan rambu-rambu keselamatan yang wajib dipatuhi oleh setiap pemeluknya. Pilar-pilar keselamatan inilah yang telah Allah subhanahu wa ta’ala amanahkan kepada para Nabi dan Rasul dan kepada seluruh manusia untuk ditanamkan pada tiap-tiap individu sebagai pedoman dalam perjalanannya menuju Allah subhanahu wa ta’ala. Siapa saja yang berpegang teguh dengan pilar-pilar tersebut, maka ia pasti selamat dan sapapun yang menyimpang dari rambu-rambu tersebut, maka ia akan tersesat dan kesesatannya akan mengantarkan pada api Neraka Jahannam..

       Jama’ah shalat jum’at yang berbahagia..

       Di antara rambu-rambu atau pilar-pilar keselamatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tauhidullah (mentauhidkan Allah)
Yaitu mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekususan bagi Allah subhanahu wa ta’ala baik dalam hal perbuatan Allah, seperti menciptakan, mengatur alam semesta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, menurunkan hujan dll, dan mengesakan Allah dalam peribadahan kepada-Nya dengan meninggalkan segala peribadahan kepada selain-Nya, serta mengesakan Allah dalam Nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yaitu hanya Allah subhanahu wa ta’ala sajalah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang Maha Indah dan Maha Sempurna.

Tauhid adalah perkara yang paling agung. Siapa saja yang memurnikan tauhidnya, maka ia pasti masuk surga. Dan sebaliknya siapa saja yang tidak bertauhid maka ia pasti masuk Neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)


2.      Pilar keselamatan yang ke dua adalah “Ittiba’”
Yang dimaksud dengan ittiba’ adalah mengikuti atau meneladani Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam memahami Islam dan menerapkannya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam hanya mengikuti wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala maka pada hakikatnya ittiba’ adalah mengikuti wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Wujud dari ittiba kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah beribadah kepada Allah dengan mencontoh apa yang Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para shahabatnya kerjakan. Dan meninggalkan segala peribadahan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
Setiap peribadahan yang tidak ada contoh perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka ia tertolak dan orang yang mengerjakannya berdosa karena telah menyelisihi Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
 مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak sejalan dengan ajaran kami, maka amalnya tertolak.” (HR. Muslim No. 1718)

Ittiba’ akan mengantarkan pelakunya ke dalam surga. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى، قِيلَ يا رسولَ الله، ومن يأبى؟ قال: من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أبى
“Seluruh ummatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Ditanyakan ‘Wahai Rasulullah, Siapakah orang yang enggan itu’. Beliau menjawab ‘Siapa yang mentaatiku, ia masuk surga dan siapa yang bermaksiat kepadaku, sungguh ia telah enggan” (HR. Bukhari)

3.      Pilar keselamatan yang ke tiga adalah “Sumber yang benar dalam hukum dan pemahaman”
Salah satu rambu keselamatan yang sangat penting adalah menimba pemahaman dan hidayah Islam dari sumber yang benar. Satu-satunya sumber yang mutlak benar adalah wahyu dari Allah yang berbentuk al Qur’an dan al-Hadits (as-Sunnah)

Rasullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَاتَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan sesat kalian selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu: Kitabullah (al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وِلَكُمْ

Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Jama’ah shalat Jumu’ah rahimakumullah…

4.      Pilar keselamatan yang ke empat adalah “Metode pemahaman yang benar”
Metode memahami Islam yang benar, sebagaimana Ahlussunnah wal Jama’ah memahami Islam adalah pemahaman para Shahabat radhiyallahu ‘anhum. Karena para shahabat adalah generasi terbaik yang bertanya langsung kepada Rasulullah atas segala problematika yang mereka alami. Para shahabat juga kurun terbaik yang mendapat pujian dari Allah dan Rasul-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengacam kepada orang-orang yang menyelisihi mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (١١٥)
“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)

Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah…
       Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi petunjuk hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita mampu meniti jalan kesealamatan Shiratulmustaqim dengan pilar-pilar yang telah disebutkan di atas..
bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@
اللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَات وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
$uZ­/u öÏÿøî$# $uZs9 $oYt/qçRèŒ $oYsù#uŽó Î)ur þÎû $tR̍øBr& ôMÎm6rOur $oYtB#yø%r& $tRöÝÁR$#ur n?tã ÏQöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»x6ø9$#
$oY­/u Ÿw ùøÌè? $oYt/qè=è% y÷èt/ øŒÎ) $oYoK÷ƒyyd ó=ydur $uZs9 `ÏB y7Rà$©! ºpyJômu 4 y7¨RÎ) |MRr& Ü>$¨duqø9$#
š!$oY­/u !$oY¯RÎ) $¨YtB#uä öÏÿøî$$sù $uZs9 $oYt/qçRèŒ $uZÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
!$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
عِبَادَ اللهِ:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وِالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِذِي الْقُرْبَي ، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ


Daftar Materi Khutbah Jum'at lainnya: