ALLOH MENJAGANYA DI MASA TUA

Desember 30, 2014 Add Comment
SIAPA YANG MENJAGA ALLOH DI KALA MUDA, MAKA ALLOH MENJAGA MEREKA DI MASA TUA

Begitulah Alloh menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga-Nya. Mereka akan mendapat penjagaan dari Alloh swt di masa tuanya, sehingga masa tuanya tidak menjadi lemah. Alloh akan memberinya karunia berupa pendengaran, penglihatan, tenaga yang kuat dan akal yang tetap cemerlang.

Terdapat riwayat yang shahih dari Nabi saw, bahwasanya beliau berkata kepada Ibnu ‘Abbas ra2 ;
يَا غُلَامُ، إِنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ...
“Wahai anak muda, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat: jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu..” (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Ibnu Rajab rh berkata, “Sebagian ulama mengatakan, “Setelah menghayati hadits ini, aku menjadi gemetar dan hampir kehilangan akal. Sungguh sangat sayang sekali jika tidak mengerti dan tidak faham makna hadits ini.”[1] Kemudian Ibnu Rajab menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Makna jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, ialah: jagalah batasan-batasan Allah, hak-hak-Nya, serta segala perintah dan larangan-Nya. Menjaga perkara-perkara tersebut dengan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan dan batasan-batasan-Nya, tidak melampaui apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang diperbolehkan-Nya sehingga terjerumus ke dalam larangan-Nya...”[2]

          Ibnu Rajab rh juga mengatakan, “Barangsiapa yang menjaga Allah di saat masih kuat dan masih muda, Allah akan menjaganya pada masa tuanya, dan pada saat tenaganya lemah. Allah swt akan memberikan kepadanya nikmat pandengaran, penglihatan, tenaga yang kuat, dan akal (yang jernih).”

          Dulu di antara ulama’ ada yang umurnya lebih dari seratus tahun, akan tetapi tenaga dan akalnya masih kuat. Suatu hari ia lari dengan kencang, kemudian ada orang yang menegurnya, ia menjawab, “Anggota tubuh ini di waktu muda kami jaga dari perbuatan maksiat, maka Allah swt menjaganya di masa tua untuk kami...”

PADA HARI ITU MULUT KITA TERKUNCI

Desember 28, 2014 Add Comment


ANGGOTA BADANLAH YANG MEMBERIKAN KESAKSIAN

Setiap manusia akan melalui proses perhitungan amal pada hari Kiamat kelak. Amal-amal kita akan menjadi penentu keselamatan atau kecelakaan kita. Pada hari itu mulut-mulut manusia terkunci, tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Dan yang memeberikan kesaksian adalah anggota badan kita.

Allah swt berfirman:

“Pada hari ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (QS. Yasin: 65)

            Ibnu Katsir rh berkata dalam tafsirnya, “Ini adalah keadaan orang-orang kafir dan munafik pada hari Kiamat ketika mereka mengingkari kesalahan yang telah mereka perbuat, dan mereka bersumpah atas apa yang telah mereka kerjakan di dunia. Lantas Allah menutup mulut-mulut mereka dan menjadikan anggota badan mereka berbicara tentang perbuatan mereka.

            Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata, “Suatu kali kami besama Nabi saw , beliau tertawa hingga gerahamnya terlihat, kemudian beliau bersabda:
“Tahukah kalian mengapa aku tertawa? Aku tertawa karena ada perdebatan antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Hamba ini berkata, ‘Wahai Rabb-ku! Bukankah Engkau telah memberikan rasa aman bahwa Engkau tidak akan menzhalimi aku?’ Allah menjawab, ‘Benar’ Hamba itu berkata lagi, ‘Aku tidak akan menerima kesaksian atas diriku, terkecuali dari diri sendiri.’ Allah berfirman, ‘Cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghisab atas amal perbuatanmu. Cukuplah Malaikat Kiraam al Kaatibin (Malaikat yang mulia, pencatat amal-amal manusia) yang menjadi saksi atas dirimu.’ Maka dikuncilah mulutnya dan dikatakan kepada anggota tubuhnya, ‘Berbicaralah kamu!’ Maka satu persatu anggota tubuhnya berbicara tentang amal perbuatannya (yang memberatkan dirinya). Kemudian Allah tidak mengacuhkan perkataan anggota-anggota tubuhnya. Allah berfiman, ‘Jauh sekali amal kalian ini (anggota tubuh yang sedang berbicara) dari keridhaanku. Tadinya Aku ingin membela (dosa-dosa) kalian.’” Hadits ini diriwayatkan juga oleh Muslim dan an-Nasa’i.
           
            Ibnu Jarir meriwyatkan dari Abu Musa al-Asy'ari ra, ia barkata, “Seorang mukmin dipanggil untuk dihisab pada hari Kiamat, lalu Rabb menghamparkan amal perbuatan yang berkaitan dengan dirinya dan Rabb-nya. Ia mengakui perbuatannya seraya berkata, ‘Benar wahai Rabb, aku mengerjakannya, aku mengerjakannya, aku mengerjakannya.’ Maka Rabb-nya mengampuni dosa-dosanya dan menutupi dirinya dari dosa-dosa itu, sehingga tidak ada satu makhluk pun di muka bumi yang melihat dosa-dosa itu, serta tampaklah segala kebaikannya, dan Dia menghendaki agar semua manusia melihat kebaikan itu.”
           

Padang Mahsyar dan Potret Hari Kebangkitan

Desember 27, 2014 Add Comment


Manusia pada Hari Kebangkitan digiring dalam keadaan telanjang tanpa dikhitan serta tak beralas kaki menuju padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan. Suatu tanah lapang yang putih, sangat datar, dan tidak ada sedikitpun tempat yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dari yang engkau lihat.

Allah swt berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thaha: 105-107)

Allah swt juga berfirman:
“(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ibrahim: 48)

Ibnu Abbas ra2 berkata, “Tidak ditambah atau dikurangi di dalamnya. Pohon-pohon, gunung-gunung, lembah-lembah, dan apa saja yang berada di dalamnya dilenyapkan. Bumi dibentangkan seperti kulit yang disamak. Bumi berwarna sangat putih seperti perak. Tidak ada setetes darahpun yang tertumpah di atasnya dan tak ada satu kesalahan pun yang dilakukan di atasnya. Sementara langit telah melenyapkan matahari, bulan, dan bintang-bintangnya.”

Rasulullah saw bersabda;
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَي الْأَرْضِ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ لَيْسَ فيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ 
“Pada hari Kiamat manusia dikumpulkan di atas bumi yang sangat putih berbentuk bulat pipih dan gundul tidak ada satu bangunan pun di atasnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sabda beliau, “’Afra’” maksudnya, dikumpulkan di atas bumi yang sangat putih dan tida murni. Sbada beliau, “Kaqurshin Naqiy” maksudnya, berbentuk bulat pipih. Sementara “Al-Ma’lam” artinya, bangunan atau dataran tinggi.

Tentang potret kebangkitan manusia dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda:
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam tiga kategori: 1) Orang-orang yang dalam kesenangan bercampur keharuan, 2) Orang-orang yang naik kendaraan; ada dua orang menunggang seekor hewan, ada tiga orang menunggang seekor hewan, ada empat orang menunggang seekor hewan, dan ada sepuluh orang menunggang sesekor hewan, 3) Orang-orang yang selain mereka di atas, mereka dikepung oleh api. Api tersebut selalu mengepung mereka pada malam, pagi, siang dan sore hari.” (HR. Al Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i)

Diceritakan dari Qatadah, dari Anas ra , bahwa seseorang berkata, “Wahai Nabi Allah, bagaimana orang kafir dikumpulkan dengan cara diseret atas muka mereka?” Beliau menjawab, “Bukankah Zat yang membuatnya berjalan dengan kedua kakinya di dunia  mempu membuatnya berjalan dengan wajahnya pada hari Kiamat?” Qatadah berkata, “Ya, demi kemuliaan Rabb kami.” Hal itu sebagaimana disinyalir dalam firman Allah swt:
 “Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (QS. Al-Isra: 97)

Alangkah jauhnya perbedaan dua golongan ini. Dua golongan berada di antara dua jalan. Satu golongan digiring dengan kendaraan ke surga-surga yang penuh kenikmatan dan rahmat Zat Yang Maha Pengasih. Sementara golongan lain digiring ke neraka Jahim dan siksanya yang pedih dan kekal.

“(Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam: 85-86)

Ibnu Abbas ra berkata, “Wafdan artinya dalam keadaan berkendaraan.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Demi Allah, mereka tidak dikumpulkan dengan kaki mereka, akan tetapi dengan unta yang bekalnya ialah emasa dan inti pelananya ialah permata. Jika mereka ingin berjalan dengannya, maka ia akan berjalan. Dan jika mereka ingin terbang dengannya, maka ia akan terbang.”

Untaian Para Ulama Tentang Istighfar

Desember 21, 2014 Add Comment
Setiap manusia pasti memiliki dosa dan kesalahan. Sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat kepada Allah. Istighfar merupakan salah satu bentuk taubat kita kepada Allah SWT melalui lisan. Istighfar memiliki kedudukan dan fadhilah yang sangat besar bagi pemilikinya. Sehingga para ulama pun sangat memperhatikan kalimat ini. Di antara para ulama, mereka mengatakan sesuatu tentang istighfar sebagai berikut:

Sahl ditanya tentang istighfar yang menghapus dosa, dia menjawab, “Permulaan istighfar adalah istijabah (menjawab panggilan Allah), kemudian inabah (kembali kepada Allah), dan terakhir taubat. Istijabah adalah amalan anggota tubuh, inabah adalah amalan hati, dan taubat adalah seseorang kembali kepada Allah dengan meninggalkan makhluk, kemudian memohon ampun kepada Allah dari kelalaian yang telah ia perbuat.” (At-Taubah Ilallah, karya Al-Ghazali)

Ibnul Jauzi berkata, “Iblis berkata, ‘Aku membinasakan anak cucu Adam dengan dosa dan mereka membinasakanku dengan istighfar dan laa ilaaha illallah. Manakala aku melihat hal itu pada mereka, aku tanamkan hawa nafsu pada mereka, dimana mereka berbuat dosa tapi tidak beristighfar, karena mereka mengira diri mereka berbuat baik’.” (Miftah Dar As-Sa’adah, oleh Ibnul Qayyim)

Qatadah rahimahullah berkata, “Al Qur’an menunjuki kalian penyakit dan obat penyembuh kalian. Penyakit kalian adalah dosa dan obat penyembuh kalian adalah istighfar.”

Ali radhiyallahu 'anhu berkata, “Yang aneh adalah orang yang binasa padahal keselamatan ada bersamanya,” beliau ditanya, “Apa keselamatan tersebut?” Ali menjawab, “Istighfar.”

Di riwayatkan dari Luqman 'alayhissalam, bahwa dia berwasiat kepada putranya, “Wahai anakku, Allah memiliki beberapa waktu, tidak ditolak orang yang meminta pada waktu itu. Maka perbanyaklah istighfar.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, “Thuba (thuba adalah nama surga, dan menurut pendapat lain adalah nama pohon di surga.) bagi yang mendapat banyak istighfar dalam buku catatan amalnya.”

Abu Al-Minhal berkata, “Tidaklah seorang hamba didampingi di dalam kuburnya oleh pendamping yang lebih dicintainya daripada istighfar.”