Khutbah Jum'at "Kita Harus Berdakwah"

Mei 06, 2015 Add Comment


Jama’ah shalat Jum’at rahimakumulloh…

Waktu begitu cepat berlalu. Serasa baru kemarin kita melaksanakan shalat Jum’at, tapi hari ini, detik ini kita kembali bersimpuh di tempat yang mulia ini dalam rangka tunduk dan patuh kepada perintah Allohu Rabbul ‘alamiin. Tentunya kita bersyukur kepada Alloh subhanahu wa ta’ala atas nikmat ini, nikmat iman dan Islam yang melekat kuat dalam jiwa-jiwa kita serta nikmat kesempatan menjadi da’i-da’i yang menyeru kepada jalan kebenaran, yaitu jalan Islam.

Jangan remehkan nikmat yang agung ini, jangan kecilkan nikmat yang besar ini, karena nikmat ini tidak didapatkan oleh orang-orang selain kita, tidak didapatkan oleh orang-orang yang tidak berdakwah, lalai dari kewajibannya. Nikmat terpilih menjadi seorang da’i takkan tergantikan oleh kenikmatan dunia seluruhnya. Maka pertahankan ia, lakasana seorang prajurit yang mempertahankan wilayahnya dari serangan para penjajah.

Hadirin, sidang shalat Jum’at rahimakumulloh…
Tidaklah Alloh menciptakan kita, melainkan untuk beribadah kepada-Nya. Mungkinkah manusia mampu beribadah kepada Alloh dengan benar, jika tak ada seorang pun yang mengajarkan bagaimana cara beribadah kepada-Nya..? Mungkinkah manusia akan selamat dari jurang siksa Jahannam, jika tak ada da’i yang menyeru kepada jalan kebenaran dan Surga..? Begitulah kebutuhan ummat manusia terhadap dakwah. Mereka sangat membutuhkan agama yang hak, ajaran yang benar serta petunjuk kepada cahaya dan jalan yang lurus, sebuah kehidupan yang damai dan tentram. Mereka sangat membutuhkannya, melebihi kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman. Bahkan lebih penting dari kebutuhan mereka terhadap udara yang mereka hirup.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahulloh berkata, “Sesungguhnya menjadi kebutuhan bahkan sesuatu yang mendesak pada hari ini untuk bekerjasama, berkongsi dan saling mendukung untuk urusan yang besar ini (yaitu dakwah), lebih dari masa-masa sebelumnya. Karena musuh Alloh bersatu dan saling bahu-membahu dengan segala cara untuk memalingkan orang-orang dari jalan Alloh dan membuat keraguan dalam masalah agama.

Gambaran Ma'had Huda Islami

Mei 03, 2015 Add Comment
PROFILE MA’HAD HUDA ISLAMI
Ma'had Huda Islami (MHI) adalah lembaga pendidikan Islam bermanhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah yang bercita-cita mencetak para da'i sunnah dan mengorbitkannya di medan dakwah. 
Program Pendidikan Da'i Nusantara (PPDN) adalah program utama Ma’had ini. Program ini merupakan program beasiswa full S-1 Pendidikan Agama Islam.

Ma’had Huda Islami berdiri di atas lahan seluas  +_ 5000 meter² di desa Sukamantri Kec. Tamansari, Bogor, Jawa Barat. Secara struktural Ma’had Huda Islami berada di bawah naungan Yayasan Islam Al Huda Bogor Indonesia yang didirikan pertama kali pada tahun 2002/2003.




Visi dan Misi MHI 

Visi MHI:
Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam mencetak para pendidik Islami yang profesional, berprestasi dan berakhlak mulia.

Misi MHI:
Membentuk sosok da'i yang berpemahaman benar, berilmu tinggi dan gigih berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta'ala dalam membentuk masyarakat Islami di Indonesia.

Alamat MHI:
Jl. Raya Kapten Yusuf, RT O1 / RW 03, Ds Sukamantri, Kec. Taman Sari, Kab. Bogor. (Dekat Komplek Yayasan Islam Al Huda Bogor atau Fajri 99,3 fm.)

Tlp: (0251) 838-869-6

Hp  : 0812-2806-3865



Lapangan Futsal dan Gedung Kantor Ma'had Huda Islami

Khaitsamah dan Anaknya Berlomba Mencari Syahid

Mei 03, 2015 Add Comment
KALAU BUKAN KARENA SURGA

Perang Badar masih berkecamuk. Peperangan begitu dahsyat dan begitu haus darah para syuhada di atas lembah pasir yg suci itu.

Rosululloh SAW memanggil siapa saja yg mampu berperang utk terjun di gelanggang fiisabilillah. Tentu saja, kesempatan ini tdk disia-siakan begitu saja oleh segenap kaum Muslimin saat itu. Ini adalah kesempatan emas utk menjemput kemuliaan di sisi Ar Rahman.

Al kisah, seorang lelaki tua bernama Khaitsamah berkata kpd anaknya, Saad, "Wahai anakku, aku akan keluar utk berperang dan kau tinggal saja di rumah menjaga wanita dan anak2."
Sang anak berkilah, "Jangan begitu ayah. Aku juga ingin memerangi mereka, bahkan keinginanku lebih besar daripada keinginan ayah. Tinggallah engkau di rumah dan izinkan aku keluar, ayah.!"

Khoitsamah pun marah.
"Kau membangkang dan tidak mentaati perintahku," katanya.

Alloh mewajibkan aku berjihad dan Rosululloh SAW memanggilku utk berangkat berperang, sedangkan engkau meminta sesuatu yg tdk mampu aku lakukan. Apakah engkau rela melihat aku taat kepadamu, tetapi aku menentang Alloh dan Rosul-Nya.?" Jawab sang anak diplomatis.

Khaitsamah pun berkata menimpali, "Anakku, apabila ada di antara kita yg harus berangkat, maka tolong dahulukan aku."

Saad menjawab, "Demi Alloh ayah, kalau bukan masalah surga, aku akan mendahulukanmu."


Setelah cukup lama berembug, mereka akhirnya memutuskan utk mengadakan undian. Agaknya itulah yang terbaik bagi mereka, seorang ayah dan anak. Akhirnya hasil undian menjukkan bahwa Saadlah yang harus turun ke medan perang. Dia pun menuju gelanggang badar dan gugur sebagai syuhada.

Usai peristiwa itu, Khaitsamah datang kpd Rosululloh dg penuh harap. Ia memohon utk turut serta dlm pertempuran kali ini. Tetapi Rosululloh tdk mengizinkannya.
Khaitsamah pun menangis, "Wahai Rosululloh, aku ingin sekali terjun