TERNYATA, PERAYAAN TAHUN BARU PADA ZAMAN DAHULU ADALAH PERAYAAN SYIRIK

TERNYATA, PERAYAAN TAHUN BARU PADA ZAMAN DAHULU ADALAH PERAYAAN SYIRIK

Desember 30, 2015 Add Comment

Perayaan tahun baru dibeberapa Negara sangat terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka. Misalnya:
-          Di Brazil. Pada tengah malam, orang-orang Brazil berbondong-bondong ke pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menabur bunga di laut, mengubur mangga, semangka dan papaya di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang Dewa Lemanja (Dewa laut yang terkenal dalam legenda Brazil)
-          Di Romawi. Mereka memiliki tradisi saling memberi kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan.
-          Di Jerman. Orang Jerman memiliki kepercayaan, jika memakan sisa hidangan pesta perayaan New Year Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. 
-         Di Yunani. Buah delima yang menurut orang Yunani merupakan symbol kesuburan dan kesuksesan ditaburkan di pintu-pintu rumah, kantor dan toko-toko sebagai do’a untuk mendapatkan kemakmuran sepanjang tahun.
-          Di Spanyol. Masyarakat Spanyol tepat pada malam pergantian tahun memakan anggur sebanyak 12  biji, jumlah tersebut melambangkan harapan selama 12 bulan ke depan.
-          Di Italia. Di salah satu kotanya yang bernama Naples pada pukul 00:00 tepat pada malam pergantian tahun, mereka membuang barang-barang yang sudah usang yang tidak terpakai di jalanan.
-          Di Amerika Serikat. Di sana kebanyakan perayaan di lakukan pada malam sebelum tahun baru pada tanggal 31 Desember, dimana orang-orang pergi ke kota atau menonton program tv di jantung kota New York. Pada saat lonceng berbunyi, sirine dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Syne. Di Negara-negara lain, termasuk Indonesia adalah sama saja.!!


Itulah asal mula bentuk-bentuk perayaan tahun baru Masehi. Semua itu adalah perayaan syirik yang tidak layak seorang muslim untuk latah mengikuti perayaan mereka. Barangsiapa yang mengikuti mereka, maka ia termasuk golongan mereka. 

Riyadhush-Sholihin BAB 1 "IKHLAS"

Desember 30, 2015 Add Comment

  بَابُ اْلإِخْلاَصِ وَإِحْضَارِ النِّيَّةِ فِيْ جَمِيْعِ اْلأَعْمَالِ وَاْلأَقْوَالِ الْبَارِزَةِ وَالْخَفِيَّةِ
IKHLAS DAN MENGHADIRKAN NIAT DALAM SEMUA PERBUATAN DAN UCAPAN; BAIK YANG TERANG-TERANGAN MAUPUN YANG SEMBUNYI-SEMBUNYI
قَالَ اللهُ تَعَالَى: { وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ }
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.  (QS. al-Bayyinah [89]: 5)

Faidah-faidah ayat:
1.   Al-Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Banyak imam-imam, seperti Az zuhriy dan Asy Syafi’iy, menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwasanya amal perbuatan termasuk bagian dari iman.”
2.   Sesungguhnya ibadah disyaratkan dengan ikhkas karena Alloh Ta’ala, demikian pula disyaratkan dalam ibadah dengan mengikuti Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.”
3.     Keterangan bahwa agama-agama yang telah mendahului Islam dan yang sezaman dengannya telah menyimpang bercampur antara haq dan batil, baik Yahudi, Nashroni mapun Majusi.”
4.       Salah satu yang diwajibkan atas orang-orang Yahudi dan Nashroni di dalam kitab-kitab mereka bahwasanya mereka diperintahkan untuk beribadah kepada Alloh semata, dan kufur (mengingkari) kesyirikan, berpaling dari seluruh agama menuju agama Islam, dan menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, namun mereka tidak mempedulikannya. Tatkala Islam datang kepada mereka dengan perintah yang sama mereka mengingkarinya dan memusuhinya.”
5.       Penjelasan bahwasanya millah yang lurus, agama yang menyelamatka dari azab, yang mewujudkan kebahagiaan dan kesempurnaan adalah agama yang berdiri tegak di atas dasar peribadatan kepada Alloh semata dan menegakkan sholat, mengeluarkan zakat serta berpaling dari seluruh agama menuju agama Islam.”

Hadits:
وعن أمير المؤمِنين أبي حَفْصٍ عمرَ بنِ الخطابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قالَ: سَمِعتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ ، يقُولُ: (( إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتِهِ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصيبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْه )). مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ.( البخاري (1)، ومسلم (1907).
Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya balasan yang akan diperoleh seseorang dari amalnya juga sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih keridhaan Alloh dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapat keridhaan Alloh dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang ingin diperistrinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya.” (HR. Muslim)

Faidah-faidah hadits:
1.      Niat merupakan keharusan dalam suatu perbuatan
2.      Niat tempatnya ada di hati bukan di lisan dan tidak perlu di lafadzkan, ini merupakan kesepakatan para ulama
3.      Amal-amal shalih harus di sertai niyat yang yang baik
4.      Niat yang baik tidak bisa mengubah yang munkar menjadi ma’ruf
5.      Niat yang baik tidak bisa mengubah yang bid’ah menjadi sunnah
6.      Ikhlas karena Alloh adalah salah satu sarat di terimanya amal, karena Alloh tidak menerima amal kecuali di dasari atas keikhlasan kepada Alloh dan pengikutan terhadap Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam.

Inilah Jawaban Kenapa Ucapan Natal Digandengkan Dengan Tahun Baru

Desember 25, 2015 Add Comment
Marilah kita tengok sejenak tentang sejarah Natal dan tahun baru Masehi. Natal berasal dari bahasa Portugis yang berarti “Kelahiran” adalah hari raya ummat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh ummat kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus. Peringatan ini dirayakan pada kebaktian malam 24 Desember dan kebaktian pagi 25 Desember.
Peringatan Natal mulai muncul antara tahun 325-354 M oleh Paus Liberius yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember sekaligus menjadi moment penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April dan 18 Mei. Oleh kaisar Konstantin pada tanggal 25 Desember tersebut akhirnya di sahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Adapun terkait dengan tahun baru Masehi, maka kita perlu merenungi penjelasan berikut. Tahun Masehi sangat berhubungan dengan keyakinan agama Kristen, Masehi adalah nama lain dari Isa Al Masih. Orang yang pertama kali membuat penanggalan kalender Masehi adalah seorang kaisar Romawi bernama Gasius Julius Caesar pada tahun 45 SM. Kemudian seorang pendeta Kristen bernama Donisius memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk diadopsi (diangkat) sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus.

Di zaman Romawi, pesta perayaan ulang tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua). Perayaan ini terus dilesatarikan dan menyebar ke Eropa pada awal abad Masehi. Seiring berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh pemimpin Negara sebagai perayaan “suci” satu paket dengan hari Natal. Inilah sebabnya ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year). 

Islam Telah Mewajibkan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Desember 22, 2015 Add Comment
   
Salah satu kewajiban seorang anak kepada orang tuanya adalah berbakti kepada keduanya. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu ibadah yang agung di dalam Islam. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan ajaran Agama Islam yang sangat tinggi dan mulia. Dia juga merupakan bentuk syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala sekaligus kepada manusia.

Kisah Generas Awal Islam Yang Mendapat Intimidasi Dari Kaum Musyrikin

Desember 18, 2015 Add Comment

Orang-orang musyrik pada saat itu sangat geram terhadap orang-orang yang telah memeluk Islam. Mereka melakukan berbagai metode untuk menjeggal berkembangnya Islam dan kaum Muslimin di tengah-tengah mereka. Akan tetapi, manakala mereka melihat bahwa metode-metode yang ditempuh tidak menuai hasil sama sekali dalam upaya mengagalkan dakwah Islamiyyah; mereka mengadakan pertemuan sekali lagi untuk memusyawarahkan hal tersebut antar sesama mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melakukan penyiksaan terhadap kaum Muslimin dan menguji din mereka. Tindakan yang diambil pertama kali adalah bergeraknya masing-masing kepala suku untuk menginterogasi siapa saja yang masuk Islam dari kabilah mereka, kemudian ditindaklanjuti oleh bawahan dan kroco-kroco mereka. Maka mulailah mereka mendera kaum Muslimin dengan berbagai siksaan yang membuat bulu kuduk merinding dan hati tersayat-sayat mendengarnya.
          Adalah Abu Jahal, bila mendengar seorang lelaki masuk Islam, dari kalangan bangsawan serta memiliki kekuatan, maka dia mencaci, menghina serta mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan membuatnya mengalami kerugian materi dan psikologis. Sedangkan bila orang tersebut lemah maka dia menggebuk dan menghasutnya.
          Utsman bin Affan digulung oleh pamannya dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari bawahnya

Maqosid Syari'ah, 5 Pokok Tujuan Ditegakkannya Syari'ah

Desember 17, 2015 Add Comment
A.   Syari'at diturunkan oleh Allah l untuk mewujudkan kemaslahatan
       hamba-hambaNya didunia dan akhirat.
Sesungguhnya tujuan diturunkannya syari'at Islam oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah untuk mewujudkan kemaslahatan bagi hamba-hambaNya dan menghindarkan mudhorot dari mereka. Kemaslahatan yang akan diwujudkan oleh syariat itu meliputi seluruh kemaslahatan dunia dan akhirat, demikian juga mudhorot atau mafsadah yang akan dihindarkan dari mereka itu meliputi seluruh mudhorot dunia dan akhirat. Dengan melaksanakan syariat Islam akan terwujudlah bagi mereka kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat. Hal ini telah ditegaskan oleh para peneliti (muhaqqiqun) dari kalangan ulama  Islam. Berikut ini beberapa kutipan dari perkataan mereka :
Al 'Izz bin Abdus Salam rohimahulloh berkata :
(( إن الشريعة كلها مصالح, إما درؤ مفاسد أو جلب مصالح ))
"Sesungguhnya syariat itu seluruhnya adalah maslahat, bisa berupa menolak mafsadah (mudhorot) atau mendatangkan maslahat."
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahulloh berkata :
إن الشريعة الإسلامية جاءت بتحصيل المصالح و تكميلها وتعطيل المفاسد وتقليلها
"Sesungguhnya syariat Islam datang untuk mewujudkan kemaslahatan-kemaslahatan dan semakin menyempurnakannya serta untuk meniadakan mafsadah dan semakin meminimalkannya."
Demikian juga murid beliau , Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata ;
الشريعة مبناها و أساسها على الحكم ومصالح العباد في المعاش والمعاد, وهي عدل كلها و رحمة ومصالح كلها, وحكمة كلها.
"Syariat itu landasan dan asasnya adalah hikmah-hikmah dan kemaslahatan-kemaslahatan untuk manusia di dunia dan akhirat. Syariat itu seluruhnya adalah keadilan, rahmat, kemaslahatan-kemaslahatan dan hikmah."
Imam Asy Syatibi rohimahulloh berkata:
إنها – أي الشريعة –وضعت لمصالح العباد
"Sesungguhnya ia –yakni Syari'at- diturunkan untuk kemaslahatan hamba-hambaNya".
Realita membuktikan bahwa apa yang telah dinyatakan oleh para ulama Islam tersebut adalah haq dan tidak diragukan sedikitpun dan perkataan mereka itu didukung oleh dalil-dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah.

Beberapa dalil yang mendukung hal tersebut,  antara lain:
-1
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21:107)

Harta Terpendam " Kisah Pemuda Kahfi "

Desember 16, 2015 Add Comment

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”  (Al Kahfi: 13)

Orang-orang kafir Quraisy berkumpul di Baitullah Al-Haram. Ketika itu, sang Rasul pembawa hidayah telah diutus. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Apa pendapat kalian tentang orang yang menyangka bahwa dirinya Nabi ini?”

An-Nadhr bin Al-Harits berkomentar, “Sebaiknya kita pergi ke orang-orang Yahudi di Madinah, lalu kita minta dari mereka beberapa pertanyaan yang nanti akan kita hadapkan di hadapan orang itu. Jika ia benar, kita akan mengikuti dia. Tapi jika ia berdusta, kita akan usir dia.”

Orang-orang kafir Quraisy pun berkata kepada An-Nadhr, “Pergilah beserta Uqbah bin Abu Mu’ayyath!”

Lalu kedua orang pendosa, lalim, zhalim, dan yang mendustai Nabi ini berangkat menuju rahib-rahib Yahudi di Madinah. Mereka pun menceritakan kepada rahib-rahib itu berita kenabian Sang Nabi pilihan, Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam. Mereka berkata, “Terangkan kepada kami suatu hal yang terdapat dalam kitab-kitab kalian, sehingga kita bisa bertanya tentang orang itu. Jika ia benar, kami akan mengikutinya. Namun jika ia berdusta, maka kami akan mengusirnya.”

Rahib-rahib Yahudi berkata, “Ketika kalian kembali menemuinya di Makkah, tanyakan kepadanya tiga hal:

1. Tanyakan kepadanya beberapa orang pemuda yang ditelan masa dan beberapa anak muda di zaman dahulu yang melarikan diri, ke mana mereka pergi dan di mana meraka bersembunyi?
2. Tanyakan kepadanya tentang salah seorang raja yang mengusai dunia dari timur sampai barat.
3. Tanyakan kepadanya tentang ruh.”

Mereka pun pulang dan berkumpul di depan Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam. Lalu mereka berkata, “Kami bertanya kepadamu tiga hal.” Nabi berkata, “Tanyalah segala yang yang terlintas dalam benak kalian!”

Mereka lalu bertanya kepadanya tentang para pemuda, sang raja, dan ruh. Nabi menjawab, “Nantikan jawabanku sampai besok! Besok akan kuberitahukan kalian.” Nabi tidak mengucapkan insya Alloh.” Kalaulah diucapkan “Insya Alloh”, tentu jibril besoknya turun membawa wahyu dari langit. Keesokan harinya orang-orang kafir Quraisy itu berkumpul dan memanggilnya. Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam datang dengan rasa segan, malu, sedih, dan berduka. Sebab, wahyu belum datang kepadanya dikarenakan beliau belum mengucapkan “Insya Alloh.”

Lalu Nabi berkata, “Nantikanlah jawabanku!” Orang-orang kafir Quraisy  itu pun mengolok-olok Nabi selama lima belas hari.

Setelah lima belas hari, Jibril turun dari langit membawa firman Alloh. Marilah kita dengarkan bersama ketika Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan kepada kita dan menjawab tiga pertanyaan tadi.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (AL-Kahfi: 9-12)

Tentang makna raqim, sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing, dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat (prasasti). Ibnu Katsir mengomentari hal ini, “Ini merupakan ringkasan ceritanya. Penjelasan akan ada.”

Sesungguhnya mereka adalah beberapa orang pemuda yang pernah hidup pada suatu masa zaman seorang raja yang atheis dan zalim. Lalu ketika ada semacam festival, pemuda-pemuda ini keluar, bersujud kepada berhala-berhala, dan bertaqarub kepada batu-batu yang tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya apa pun.

Alloh ingin menghidupkan hati pemuda-pemuda ini. Lalu, seorang pemuda di antara mereka yang usianya sekitar usia baligh datang seraya berkata, “Perbuatan seperti ini adalah bohong dan dusta belaka; mengada-ada terhadap Alloh kalau kita menyembah patung-patung ini. Karena, siapa yang meninggikan langit? Siapa yang membentangkan bumi? Siapa yang menjadikan planet-planet bercahaya? Siapa yang menciptakan bintang-bintang kalau bukan Alloh?”

Lalu pemuda tersebut bersembunyi di bawah naungan sebuah pohon. Kemudian temannya datang menemuinya. Alloh telah menebarkan keimanan di hati temannya itu sama seperti ketika Alloh menebarkan keimanan di hati kawan kita ini. Datang pula yang ketiga, keempat, sampai jumlah mereka jadi tujuh.

Maka, mereka sependapat mengatakan bahwa perbuatan ini adalah sesat. Mereka berkata,”Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh?.” (Al-Kahfi: 15)

Lantas, ketika mengasingkan diri dari kaumnya dan yang disembah kaumnya selain Alloh itu, Alloh memberikan mereka “kemenangan yang nyata.”

Alloh berfirman, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Alloh, Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (Al-Kahfi: 16)

Sungguh mengagumkan! Gua menjadi terasa lebih luas daripada istana, labih luas dari rumah mewah, taman, lapangan, serta arena manapun. Sebab, dalam istana dan rumah mewah tidak terdapat keimanan, sehingga istana-istana itu terasa gelap dan kosong. Mereka pun pergi dan masuk ke dalam gua. Lalu anjing sang raja mengikuti mereka.

Anjing, apabila bersama orang-orang yang baik, maka ia akan menjadi terhormat. Sedangkan orang terhormat, apabila bersama orang-orang yang buruk, maka ia akan menjadi anjing. Anjing itu pun masuk dan hanya duduk di samping pintu gua, menjaga mereka. Sebab malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing. Sementara pemuda-pemuda itu telah diteguhkan Alloh hati mereka setelah meninggalkan keluarga dan orang-orang yang dicintai.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (Al-Kahfi: 14)

Kemudian pemuda-pemuda itu berbicara tentang tauhid seolah-olah mereka sedang berada dalam satu pengajian ilmiah. Lantas mereka berkata,”Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh?.” (Al-Kahfi: 15). Artinya, tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang menjadikan Ilah selain Alloh untuk disembah.

Lalu mereka selesai untuk berbincang-bincang, Alloh menebarkan rasa ingin tidur kepada meraka. Lantas mereka pun tidur.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,”Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur” (Al- Kahfi: 18). Mata mereka terbuka tiga ratus sembilan tahun. SubhanAlloh!

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi: 18). Agar tidak dimakan tanah, dan jasad mereka tidak rusak. “Sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua.” (Al-Kahfi: 18)

Perhatikanlah peristiwa tersebut, betapa indahnya deskripsi yang ditampilkan.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (Al-Kahfi: 18), Karena begitu hebatnya pemandangan itu.

Di antara kemahabijaksanaan Alloh subhanahu wa ta’ala, ia menyembunyikan para pemuda itu dari siapa saja yang ingin mencari mereka, baik itu keluarga, saudara-saudara, maupun sanak famili mereka.

Tinggalkan Kata "Nanti-nanti", Segera Kerjakan..!!

Desember 15, 2015 Add Comment

Yang bisa membunuh kita salah satunya adalah perbuatan menunda-nunda. Orang-orang bijak berkata, “ Barangsiapa menanam benih ‘nanti’ akan tumbuh sebuah tanaman yang bernama ‘mudah-mudahan’, yang memiliki buah namanya ‘seAndainya’, 
yang rasanya adalah ‘kegagalan dan penyesalan’”.
Jadi, apabila Anda melihat seorang pemuda yang mengatakan, “Nanti, nanti,” maka cucilah kedua tangan Anda dari dirinya. Ketahuilah bahwa ia nanti berganti-ganti tempat.
          Saya kenal beberapa pemuda sejak empat lima tahun yang lalu. Setiap kali saya katakan kepada meraka, “Tidakkah kamu menghafal Al-Qur’an?” Ia katakan, “ akan saya hafalkan nanti, insya Alloh. “Kalaulah perang dunia ketiga berlangsung pasti Al-Qur’an masih belum dihafalnya juga.
Ia katakan di waktu- waktu sekolah, “Ini waktu sekolah. Saya tidak bisa menghafal Al-Qur’an, karena saya sibuk dengan sekolah.” Lalu ketika tiba masa liburan musim panas ia katakan, “Sekarang saya mulai piknik dan ingin menengangkan hati. Bukankah sesungguhnya ada hak yang mesti kamu penuhi untuk jiwamu?”
Ketika selesai liburan dan tiba lagi liburan musim semi ia katakan, “Liburan ini ke Makkah untuk umrah.” Ketika liburan selesai dan tiba waktu sekolah menjelang ujian, ia katakan, “Sekarang ini untuk mengulang dan persiapan pelajaran.”
          Coba analogikan hal itu!
Disebutkan oleh Ibnu Mubarok dalam kitab Az-Zuhd bahwa ada sebagian ulama tabi’in yang mengatakan, “Ketika sakaratul maut datang, kata-kata ‘nanti’ pasti akan membuat kalian menyesal.”
          Alloh SWT mengungkapkan aib  musuh-musuh-Nya di dalam Al-Qur’an. Firman-Nya:
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr: 3)

Umar Bin Abdul Aziz rohimahulloh

Desember 13, 2015 Add Comment

Kilas-Kilas Peristiwa Menakjubkan Dalam Hidupnya
“Dikalangan para ulama, Umar Bin Abdul Aziz rohimahulloh dianggap termasuk golongan para ulama yang mengamalkan ilmunya, bahkan tergolong salah seorang dari Al-Khulafaa Ar-Rasyiduun…” ~ (Adz-Dzahabi) ~
Kisah tentang khalifah yang ahli ibadah, zuhud, dan khalifah rasyidah yang kelima lebih harum dari aroma misik dan lebih asri dari indahnya taman bunga. Perilakunya yang mengagumkan laksana taman yang harum semerbak, dimanapun engkau singgah di dalamnya yang ada hanyalah sejuknya suasana, bunga-bunga yang elok dipAndang mata, buah-buah masak yang lezat rasanya.
Kalaupun kami tidak sanggup untuk memaparkan seluruh perjalanan hidup yang tercatat dalam sejarah hal itu tidak menghalangi kami untuk memetik setangkai bunga di dalam tamannya, atau mengambil sebagian cahayanya sebagai lentera. Karena ma laa yudraku kulluhu laa yutraku ba’dhuhu, apa yang tidak bisa diambil seluruhnya, janganlah ditinggalkan sebagian yang dapat diambil.
Akan saya ajak Anda untuk berbagi cerita tentang Umar Bin Abdul Aziz dalam tiga peristiwa.

Penjelasan Hadits Tawassul Yang Sering Disalahartikan

Desember 12, 2015 Add Comment

    Sebagian kaum Muslimin menganggap bahwa para wali atau orang-orang sholih yang telah meninggal dunia dapat menyampaikan permohonan orang yang masih hidup kepada Alloh subhanahu wa ta’ala sehingga mereka banyak berbondong-bondong berziarah ke kuburan-kuburan orang-orang yang mereka anggap sebagai wali Alloh untuk menyampaikan do’a permohonannya. Orang-orang itu merasa dirinya adalah orang yang kotor, banyak dosa, sedangkan para wali yang sudah meninggal adalah orang-orang sholih yang sangat dekat dengan Alloh yang mungkin saja dapat menyampaikan do’a mereka kepada Alloh sehingga terkabul. Mereka sering terkecoh oleh perumpamaan sesat bahwa, “Ibarat mau menghadap presiden, maka orang biasa tidak bisa langsung ketemu presiden, harus melalui ajudannya. Pun begitu juga jika orang-orang awam seperti kita ingin berdo’a kepada Alloh, maka harus melalui orang-orang sholih sehingga do’a kita dapat sampai kepada-Nya. Ketahuilah, sungguh perumpamaan ini adalah perumpamaan yang batil, karena Alloh sendiri berfirman,ادْعٌونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu).
    Untuk penjelasan lebih detail mengenai hal ini, mari kita simak jawaban dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahulloh terhadap pertanyaan berikut ini:
    Pertanyaan:
    Apakah hadits ini kualitasnya shohih dan menunjukkan bolehnya bertawassul dengan jah (kehormatan) para wali? Hadits dimaksud adalah: Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِّبِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَاسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِيْنَ. قَالَ: فَيُسْقَوْنَ
“Bahwasanya Umar bin Al-Khoththob radhiyallohu ‘anhu, bila kaum Muslimin ditimpa kekeringan, dia memohon turunnnya hujan melalui perantara Al-Abbas bin Abdul Muththolib sembari berkata, ‘Ya Alloh, sesungguhnya kami pernah bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau turunkan hujan untuk kami, dan sesungguhnya kami (sekarang) bertawassul kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami’.” Lalu dia (Anas rodhiyallohu ‘anhu) berkata, “Mereka pun akhirnya diberi curah hujan tersebut.”
    Jawaban:
     Hadits yang dinyatakan oleh si penanya kualitasnya adalah shohih, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori, akan tetapi siapa saja yang mencermatinya, dia akan mendapatkan bahwa justru (hadits tersebut) merupakan dalil atas tidak dibenarkannya bertawassul melalui jah (kehormatan) Nabi shollallohu ‘alayhi wa salam atau melalui orang selain beliau. Hal ini dikarenakan makna tawassul itu sendiri adalah إِتِّخَاذُ وَسِيْلَةٍ (menjadikan suatu sarana). Dan kata الوَسِيْلَةُ (sarana) maknanya ‘sesuatu yang menyampaikan kepada apa yang dimaksud’. Wasilah yang dimaksud di dalam hadits tersebut adalah kalimat dalam ucapan Umar di atas, “…Sesungguhnya kami (sekarang) bertawassul kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan bagi kami.” Maksudnya di sini adalah bertawassul kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dengan do’a yang dilakukan oleh Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam sebagaimana yang dikatakan oleh seorang laki-laki,
يَا رَسُولَ اللهِ، هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللهَ يُغِيْثُنَا
“Wahai Rosulullah, harta kami telah musnah dan semua jalan pun telah terputus (tidak ada cara lain yang dapat diupayakan, pent), maka berdo’alah kepada Alloh agar menyelamatkan kami (dengan menurunkan hujan).”

TAFSIR SURAH AL-ANFAL AYAT 9-10 (Kehadiran Malaikat Pada Perang Badar)

Desember 11, 2015 3 Comments

Alloh Ta'ala berfirman:

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ ٩ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ وَلِتَطۡمَئِنَّ بِهِۦ قُلُوبُكُمۡۚ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ١٠
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut". Dan Alloh tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal: 9-10)
PERMOHONAN KAUM MUSLIMIN AKAN PERTOLONGAN ALLOH SWT DAN ALLOH SWT MEMPERKENANKANNYA DENGAN MENURUNKAN PARA MALAIKAT
            Imam al-Bukhori berkata dalam shohih-nya pada pembahasan Kitaabul Maghaazii, baabu Qaulillahi Ta’aalaa,
Kemudian setelah penulisan judul tersebut beliau mencantumkan sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Aku menyaksikan persaksian al-Miqdad bin al-Aswad tentang kehadiran dirinya dalam suatu peperangan, ‘Sungguh kehadiranku pada peperangan tersebut lebih aku cintai dari pada apapun yang diberikan kesenangan dunia sebagai gantinya.’ Bahwasannya dirinya mendatangi Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam yang saat itu sedang mendo’akan keburukan bagi kaum musyrikin. Al-Miqdad berkata: ‘Kami tidak akan berkata kepadamu seperti perkataan kaum Nabi Musa: ‘Pergilah Kamu dan Rabb-mu untuk berperang.’ Akan tetapi kami berperang menyertaimu di sebelah kanan, kiri, depan dan belakangmu.’ (Al-Miqdad melanjutkan) ‘Aku melihat wajah beliau menjadi bercahaya (cerah) dan perkataanku menjadikan beliau senang.’”
            Al-Bukhari juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, ia berkata bahwasanya Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa sallam berdo’a ketika perang badar:
اللهُمَّ أَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ، اللهُمَّ! إِنْ شِئْتَ لَمْ تُعْبَدْ
“Ya Alloh, Aku memohon kepada-Mu penuhilah janji-Mu (untuk menghancurkan orang-orang kafir serta menolong Nabi-Nya). Ya Alloh, jika engkau menghendaki, maka Engkau tidak diibadahi lagi.”
(Melihat Rosulullah shollallohu ‘alayhi wa sallam berdo’a dengan berlebihan) kemudian Abu bakar rodhiyallohu ‘anhu mengambil tangan Beliau sambil berkata: ‘Cukup wahai Rosululloh.’ Kemudian beliau bangkit menuju musuh seraya membacakan Ayat :

Beberapa Komentar Ulama Tentang Nyanyian

Desember 11, 2015 Add Comment

Hal ini juga dikatakan Mujahid, Makhul seorang ulama Syam, Mujahid bin Jabar, Maimun bin Mihran; orang adil dan terpercaya. Ats-Tsauri, ulama tabi’in yang zuhud, juga mengatakan hal serupa, sama seperti yang dikatakan Abu Hanifah, seorang ulama Irak.
Imam Malik rohimahulloh berkata, “Menurut kami, yang mendengarkan nyanyian dan yang bernyanyi hanyalah orang-orang fasik.”
Imam Asy-Syafi’i rohimahulloh berkata, “Aku keluar dari Baghdad, lalu masih tertinggal satu kemungkaran di Baghdad, mereka mengistilahkannya sebagai taghbir, yaitu nyanyian, yang lebih bahaya dai khomr (minuman keras) atau meminumnya.” Seperti itulah yang dikatakan Imam Asy-Syafi’i.
Imam Ahmad rohimahulloh memfatwakan haramnya nyanyian dan memperingatkan hal itu. Para sahabatnya pun mengikuti pendapatnya.
Abu Thayyib Ath-Thabari rohimahulloh pernah mengarang satu risalah tentang hal ini dan banyak juga ulama-ulama yang menyusun berbagai risalah mengenai hal tersebut.
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu dalam sebuah hadis shahih yang berasal dari ucapannya sebagian ulama mengatakan ini adalah ucapan Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa sallam berkata, “Nyanyian itu dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana tumbuhnya sendawan di musim hujan.”
Umar bin Abdul Aziz rohimahulloh berkata kepada anak-anaknya, “Kuperingatkan kalian tentang nyanyian, kuperingatkan kalian tentang nyanyian. Karena ketika seorang hamba mendengarkannya, Allah akan melupakannya dari kitab-Nya yaitu al-Quran.”
Ibnu Mas’ud berkomentar tentang firman Allah: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna.” (Luqman: 6)
Katanya, Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Dia, sesungguhnya hal itu adalah nyanyian. Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Dia, sesungguhnya hal itu adalah nyanyian. Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Dia, sesungguhnya hal itu adalah nyanyian.” (HR. Al-Hakim)

SIAPA BILANG MUSIK HARAM..??!!

Desember 11, 2015 Add Comment
Al-Quran dan Sunnah telah berbicara tentang haramnya nyanyian. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Isra’ tentang setan:
وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ… ٦٤
“Dan, hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu” (QS. Al-Isra: 64)

Para ahli tafsir mengatakan sebagaimana yang disebutkan Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, dan lainya bahwa suaranya itu adalah nyanyian. Artinya: hasunglah orang-orang yang menyimpang dan mudah terlena dengan suaramu yang berupa alat music, nyanyian, dan yang sama seperti itu juga. Antara lain music, gitar, mandolin, kecapi, dan jenis alat-alat music lainnya yang bersenar. Kobarkanlah mereka, gerakkan mereka menuju maksiat, dan hembuslah mereka menuju perbuatan keji!
Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman:
وَمِنَٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِي لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ مُّهِينٌ ٦ وَإِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا وَلَّىٰ مُسۡتَكۡبِرٗا كَأَن لَّمۡ يَسۡمَعۡهَا كَأَنَّ فِيٓ أُذُنَيۡهِ وَقۡرٗاۖ فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ٧
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang sia-sia untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri  seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman : 6-7)

Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Aku bersumpah demi Allah, sesungguhnya perkataan yang tidak berguna itu benar-benar artinya nyanyian.” Selain Ibnu Mas’ud ada juga menyatakan hal serupa, seperti sahabat Jabir rodhiyallohu ‘anhu.
Allah Ta’ala berfirman:
وَذَرِٱلَّذِينَٱتَّخَذُواْ دِينَهُمۡ لَعِبٗا وَلَهۡوٗا وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُٱلدُّنۡيَا… ٧٠
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.” (Al-An’am : 70)

Sebagian ulama mengatakan, “senda gurau yang dimaksud terutama nyanyian.” Sebab, nyanyian termasuk senda gurau terbesar yang bisa melalailakan hati dari Penciptanya. Maha suci Allah Rabb semesta alam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗاۚ
“Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tak mau menempuhnya; dan kalau mereka melihat jalan yang menyimpang mereka mengikutinya.” (QS. Al-A’raf : 146)
 PROGRAM DAUROH SYAR'IYYAH DUA BULAN

Kesesatan yang paling sesat adalah sesuatu yang menunjukkan perbuatan keji dan menuntun Anda menuju kemaksiatan.

Uqbah bin Nafi’ panglima besar yang begitu terkenal, seorang muslim yang berdiri diatas samudera Atlantik dengan membawa pedangnyanya, berbicara di atas air dengan mengangkat panji Laa Ilaaha Illallooh di belakang gelombang air itu. Ia berkata kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, hati-hatilah dengan nyanyian. Karena demi Allah, hamba yang mendengarkannya pasti akan terjerumus ke dalam perbuatan keji.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (QS. Al-munaafiquun: 9).

Karenanya, bila memiliki harta dan anak yang sebenarnya diperbolehkan saja bisa melalaikan kita dari mengingat Allah, maka bagaimana dengan nyanyian dan hal-hal yang benar-benar melenakan? Tentu itu sangat lebih dahsyat menyeret untuk lalai dari mengingat Alloh.

Allah Ta’ala berfirman, “Maka, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

Salah seorang ulama salaf berkata, “Setiap orang yang mencintai sesuatu, menggantungkan diri padanya, dan melalaikannya, maka sesuatu itu adalah Ilah (tuhan)nya, selain Allah.”

Firman Allah Ta’ala “…menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya” (Al-Furqan : 43). Artinya: mencintai hawa nafsu ini dan lebih mengutamakannya.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26). Hawa nasfsu adalah segala sesuatu yang membuat anda lalai dari ketaatan dan menghalangi anda dari dzikir (mengingat Allah).

Al-Bukhari dalam shahihnya mengemukakan pembahasan tentang syair yang dicela bila mendominasi seseorang sehingga membuatnya lalai dari al-Quran, berzikir dan menuntut ilmu. Selanjutnya ia ketengahkan hadis shahih yang berasal dari Nabi:
“Ketika perut salah seorang di antara kalian penuh dengan muntah sampai ia bisa melihatnya, itu lebih baik daripada penuh dengan syair.”

Syair saja yang pada dasarnya diperbolehkan dan tidak disertai nyanyian dicela, dianggap hina, da ditolak apabila melalaikan kita dari berdzikir, Al-Quran dan menuntut Ilmu. Maka, demi Allah, katakanlah kepada saya bagaimana dengan nyanyian, terlebih lagi seperti minuman keras yang tidak diragukan bisa melalaikan kita dari mentaati Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Esa.

Laa Ilaaha Illallah. Sudah berapa banyak nyanyian yang membuat hati menjadi keras? Sudah berapa banyak nyanyian yang membuat para pemuda menyimpang? Berapa banyak ia telah mewariskan perbuatan keji? Berapa banyak ia telah mengajak orang berbuat maksiat?

Seorang penyair berkata:
“Hai orang yang terbuai di atas singgasana tertinggi,
Bertakwalah kepada Allah Maha Agung Maha Mulia
Dengarkan firman yang penuh perumpamaan
Singkirkan nyanyian dan menyebut-nyebut kata asmara”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Orang lalai yang paling lalai dan manusia yang paling banyak menentang adalah orang yang menyibukkan waktunya dengan nyanyian. Baik itu melakukannya, mendengarkannya, atau pun sekedar turut serta. Ketika hatinya akan menjadi keras dan menjadi banyak sekatnya. Air matanya tidak akan mengalir, ia tidak akan mengingat Allah, dan tidak mempersiapkan diri menuju tempat kembalinya.

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
Sungguh pasti akan ada beberapa golongan di antara umatku yang menghalalkan perzinaan, sutera, khamar (minuman keras), dan alat-alat music.” (HR. Bukhari)

Hadits ini shahih dengan jalur periwayatan yang jelas, sejelas Matahari. Artinya,, kelak akan datang suatu golongan yang menghalalkan hal-hal yang diharamkan, antara lain: alat-alat music. Lalu mereka katakan, “Ini diperbolehkan.”

Sungguh benar berita kenabian Nabi Muhammad shollalohu ‘alayhi wa sallam dalam hal itu.

Menurut Abu Dawud dengan jalur periwayatan yang hasan bahkan dishahihkan sebagian ulama ternama, Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
Sungguh pasti akan ada beberapa golongan di antara umatku yang menghalalkan perzinaan dan sutera.”

Sebagian ulama hadis mengatakan, “Kelak akan terjadi perubahan bentuk di akhir masa umat ini terhadap orang yang menyesatkan, yang sesat, membuat khamar (minuman keras), mencipta alat-alat music dan nyanyian, serta meninggalkan ibadah kepada Rabb bumi dan langit.”

Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Pada umat ini akan ada peristiwa penenggelaman, perubahan bentuk, dan pelemparan.” Seseorang bertanya, “Kapan itu terjadi wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ketika muncul budak-budak dan alat-alat musik.”

Pelemparan tersebut maksudnya dengan batu-batu dari langit. Sedangkan penenggelaman artinya mereka ditenggelamkan ke dalam bumi, lalu mereka terbenam disitu.

Sebagian ahli sejarah mengemukakan, terdapat orang-orang yang menyimpang, menyeleweng, dan berbuat kemaksiatan di beberapa negeri Islam. Mereka bermalam dengan melakukan perbuatan zina, lalu Allah menenggelamkan mereka beserta rumah-rumahnya.

Berbagai cerita tentang hal ini begitu banyak.

Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku dilarang akan dua suara yang begitu bodoh dan hanyut dalam kemaksiatan: suara ketika ada nikmat dan suara ketika ada musibah” (HR Al-hakim dan Baihaqi)

Ahli ilmu (para ulama) berkata, “Suara ketika ada nikmat yaitu suara music dan nyanyian dalam acara-acara gembira.”

Balasan adanya nikmat adalah rasa syukur, bukan tarian dan alat-alat music. Sedangkan suara ketika musibah yaitu suara ratapan, beberapa dalil jelas-jelas menunjukkan larangannya.

Menurut riwayat Abu Dawud, ketika Ibnu Umar mendengar seruling seorang penggembala, ia meletakkan dua jarinya ditelinganya. Kemudian ia berkata, “Wahai Nafi’ apakah kamu mendengar sesuatu?” Nafi’ menjawab, “Ya” Ibnu Umar pun tetap meletakkan kedua jarinya. Lalu Nafi’ ditanyainya lagi, “Apakah kamu mendengar sesuatu?” Nafi’ menjawab, “Tidak” Maka diturunkannya kedua jarinya dari telinganya seraya berkata, “Aku pernah melihat Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam mendengar seruling seorang penggembala, lalu beliau letakkan dua jari di telinganya sama seperti yang kulakukan.”

Maka demi Allah, katakanlah kepada saya, mana yang lebih diharamkan, seruling sang penggembala yang terdapat hal yang menyesatkan disitu ataukah nynayian diiringi music yang telah menjadi mata pelajaran dan diajarkan diberbagai universitas dan sekolah-sekolah?

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkomentar sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Ibnu Jarir tentang firman Allah Ta’ala, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna.” (QS. Luqman: 6). Katanya, “Yaitu nyanyian.”

 Minyak Zaitun Ruqyah (MIZAR)

Artikel Terkait: