Menjadi 'Ibadurrahman di Akhir Zaman

November 27, 2016 Add Comment
Hari Ahad, 27 November 2016 HASMI menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan tema “Menjadi ‘Ibadurrahman di Akhir Zaman”. Ustadz Dr. M. Sarbini, M.H.I didaulat sebagai narasumber pada Tabligh Akbar yang dilaksanakan di Masjid Al Bana PT. HOLCIM Kab. Bogor Timur tersebut. Beliau menyampaikan materi dengan sangat lugas dan jelas. Mulai dari definisi ‘ibadurrahman sampai dengan keutamaan-keutamaan menjadi ‘ibadurrahman. Pembahasan tersebut merujuk pada Al Qur’an surat Al Furqan ayat ke 63-77. Di dalamnya juga dibahas tentang ciri-ciri ‘ibadurrahman, di antaranya: rendah hati, banyak melaksanakan shalat malam, berdo’a agar dijauhkan dari adzab jahannam, tidak bersikap boros dan tidak kikir, tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh tanpa hak, tidak berzina, tidak memberi kesaksian palsu, tidak terlena dengan perbuatan yang tidak berfaidah, mendengar perintah ayat-ayat Allah dan melaksanakannya.

Sekitar 300 peserta merasakan manfaat Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh HASMI. Mereka sangat berantusias dalam menyimak uraian demi uraian materi Tabligh Akbar. Harapan mereka, HASMI lebih sering menyelenggarakan Tabligh Akbar seperti ini di berbagai kota dan kecamatan.

HASMI Mengadakan Visitasi Haraki Ke Bekasi

November 26, 2016 Add Comment

Bekasi 25 November 2016, Ormas Islam bermanhaj Ahlussunnah wal Jama’ah HASMI mengadakan Visitasi Haraki ke DPW HASMI Bekasi. Visitasi tersebut bertujuan untuk menjalin ukhwah sesama aktivis dakwah dan penguatan struktur dakwah HASMI Bekasi.

Dalam kunjungannya, Ustadz M. Haidaril Iltizam Fatih, M.Pd.I dan Anas Abdillah, S.Ud memberikan tausiyah pesan-pesan dakwah kepada seluruh aktivis dakwah HASMI Bekasi. Ustadz Fatih membuka dengan mengingatkan bahwa saat ini kita hidup di zaman fitnah, maka cara terbaik untuk bertahan hidup adalah dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar atau dakwah.  Amal dakwah itulah yang akan mengantarkan kita pada kemuliaan dunia dan akhirat.


Pada kesempatan berikutnya, Anas Abdillah mengingatkan para aktivis dakwah HASMI Bekasi agar tetap istiqamah di jalan dakwah. Istiqamah menjadi sangat penting karena beberapa alasan, di antaranya; istiqamah adalah jawaban dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam kepada seseorang yang bertanya tentang sesuatu dalam Islam yang dia tidak akan bertanya selain kepada beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.”. Allah pun telah berjanji kepada orang-orang yang istiqamah bahwa Dia akan menurunkan malaikat-malaikatNya sebagai wali-walinya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Malaikat tersebut pun memberikan kabar gembira dengan Surga bagi orang-orang yang istiqamah. Istiqamah menjadi sangat penting karena Islam sangat mencela orang-orang yang tidak istiqamah. Digambarkan dalam al-Qur’an surah an-Nahl ayat 92 bahwa orang yang tidak istiqamah itu seperti perempuan yang menguraikan benang kembali setelah dipintal menjadi kain yang sangat kokoh. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mewanti-wanti agar tetap istiqamah dan tidak meninggalkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam Islam. Seperti pesan beliau kepada Abdullah bin ‘Amr agar jangan seperti si fulan yang dulunya rajin shalat malam, tapi kini dia meninggalkan shalat malam. Kalau meninggalkan kebiasaan shalat malam saja dicela, apalagi meninggalkan aktivitas dakwah, maka ini lebih dicela lagi. Karena dakwah adalah sebuah kewajiban.

Kurang lebih 30 orang aktivis dakwah HASMI yang hadir pada visitasi haraki tersebut telah komitmen untuk menjunjung tinggi amal dakwah ini. Semoga Allah berikan istiqamah kepada kita semua. Aamiin...


Informasi terkait:

AMANAT BESAR

November 24, 2016 Add Comment
Turunlah pasangan manusia pertama untuk menjalankan tujuan penciptaan dan tugas utamanya, yaitu menunaikan amanat yang telah diterimanya dengan sukarela, padahal langit, bumi dan gunung-gunung menolak dan merasa ngeri untuk memikulnya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. Al-Ahzab: 72)

HASMI Akan Menyelenggarakan Tabligh Akbar di Kab. Bogor Timur

November 22, 2016 Add Comment
“Tiada hari tanpa dakwah”. Itulah kata yang tepat untuk disematkan kepada HASMI. Sebagai Ormas Islam yang menjadikan dakwah sebagai jalan penyelamatan umat, HASMI masif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah di berbagai kota di Indonesia. Selain Bedah Buku, Kajian Umum, Kajian Riyadhushshalihin, Halaqah Studi Islam, Daurah Buku, Safari Dakwah, dan Tebar Kartu Dakwah, HASMI juga menyelenggarakan Tabligh Akbar sebagai sarana menebarkan dakwah sunnah.

Dalam waktu dekat, insyaAllah HASMI akan menyelenggarakan Tabligh Akbar dengan tema “Menjadi ‘Ibadurrahman di Akhir Zaman” dengan narasumber Ust. Dr. M. Sarbini, M.H.I. Selaku ketua umum HASMI, beliau sangat dikenal mumpuni dalam menyampaikan materi pada setiap acara semacam ini. Berikut undangan resmi Tabligh Akbar tersebut:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh..

HADIRILAH..!!

Tabligh Akbar HASMI

Tema:
"Menjadi Ibadurrahman di Akhir Zaman"

Waktu : Ahad, 27 November 2016

Pukul : 09:00 - 11.30 WIB.

Tempat: Masjid Al Banna
Jl. Narogong, Klapanunggal (seberang PT HOLCIM) Kab. Bogor Timur

Pemateri : Ust. Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I.
(Ketua Umum HASMI, Dosen STAI Al-Hidayah dan pemateri tetap Radio Fajri 99,3 Fm)

Acara ini Gratis...
Terbuka untuk umum, laki-laki dan perempuan.

Hukum Memakai Celana Panjang Bagi Wanita

November 21, 2016 2 Comments
Banyak motiv yang menjadi alasan wanita untuk memakai celana panjang pada saat beraktivitas. Ada yang beralasan lebih enak buat gerak, ada pula yang beralasan lebih simpel dan lain-lain. Namun jika kita perhatikan tujuan mereka mengenakan celana panjang adalah untuk memperlihatkan bentuk tubuh (kaki/betis-paha) kepada orang lain. Seolah-olah dia ingin mengatakan, “lihat nih pahaku seksi”. Walaupun mungkin tidak semuanya seperti itu.

Hukum Mengurung Burung Dalam Sangkar

November 19, 2016 Add Comment
Sebagai seorang yang memiliki hati nurani, kita akan merasa kasihan melihat burung yang dikurung dalam sangkar. Yang seharusnya burung itu bebas terbang semaunya, kini dia terkurung dalam sebuah kandang yang hanya berukuran kecil. Bagaimana Islam memandang hal ini? Mari kita simak pembahasannya.

Pertanyaan:
Apakah diperbolehkan memelihara burung di dalam sangkar sebagai hiasan di rumah atau di kebun?

Jawaban:
Tidak berdosa melakukan hal tersebut selama di dalam sangkarnya itu disediakan sesuatu yang dibutuhkannya, seperti makanannya serta air minumnya, karena Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيْهَا النَّارَ لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا إِذْ حَسَبَتْهَا وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ
“Seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing hingga mati, kemudian ia dimasukkan ke dalam neraka karena ia telah mengurungnya tanpa memberi makan dan minum dan ia tidak membiarkan kucing tersebut mencari makanan dari serangga tanah.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
~ Syaikh Ibnu Baz, Fatwa Islamiyah, 4/449 ~

Hukum Menumbuhkan Rambut Pada Kepala Botak

November 19, 2016 Add Comment
Sebagian orang mengalami kepala botak karena rambut yang rontok. Meskipun tidak menafikan faktor yang lain, biasanya faktor usia adalah penyebab utamanya. Semakin tua, maka potensi kebotakan akan semakin besar. Namun terkadang ada sebagian orang di usia muda sudah mengalami kepala botak. Hal ini membuatnya merasa risih dan tidak nyaman. Kebotakannya menjadi aib baginya.

Pertanyaannya adalah, bolehkah orang yang mengalami kebotakan, menumbuhkan rambutnya kembali dengan cara menanam rambut pada bagian yang botak? Mari kita simak pembahasan berikut ini:

Pertanyaan:
Di Amerika kini telah dilakukan transplantasi rambut dengan sempurna terhadap seseorang yang mengalami kebotakan, yaitu dengan cara mengambil rambut dari bagian belakang kepala dan menanamkannya pada bagian kepala yang botak, apakah hal itu dibolehkan?

Jawaban:
Hal tersebut dibolehkan karena termasuk bab mengembalikan sesuatu yang telah diciptakan Allah dan juga termasuk menghilangkan aib, dan tidak termasuk mempertampan diri dan juga bukan menambah sesuatu yang telah diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga hal itu tidak termasuk merubah ciptaan Allah, melainkan mengembalikan sesuatu yang kurang serta menghilangkan aib. Hal itu telah disinggung dalam sebuah kisa mengenai tiga orang manusia, dimana salah seorang dari mereka kepalanya botak dan ia menuturkan bahwa ia merasa senang jika Allah mengembalikan rambutnya, kemudian malaikat mengusapnya, sehingga Allah mengembalikan rambutnya dan ia diberi rambut yang bagus. (Al-Bukhari, Bab Ahadits al-Anbiya’, no. 3464; Muslim, Bab az-Zuhd, no. 2964)
~ Syaikh Ibnu Utsaimin, Kitab ad-Da’wah, 2/74-75 ~

7 Makhluk Allah Yang Tidak Hancur Pada Hari Kiamat

November 18, 2016 Add Comment
Allah adalah Rabb seluruh alam. Dia menciptakan alam semesta tanpa campur tangan makhluk-Nya. Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dia memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna dan mulia. Di antara sifat-Nya adalah Maha Kekal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
 كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (QS. Ar-Rahman: 26-27)

Rapat Koordinasi Aktivis Dakwah HASMI

November 17, 2016 Add Comment
Bogor, 18 November 2016 HASMI (Harakah Sunniyah untuk Masyarakat Islami) menyelenggarakan Rapat Koordinasi dan Sosialiasi Program Dakwah. Rapat yang diselenggarakan di Aula HASMI ini dihadiri oleh sekitar 40 struktur internal HASMI. Dalam rapat tesebut disampaikan tentang komposisi organigram/struktur HASMI Pusat dan program-program dakwah HASMI.

Belum lama ini (akhir Oktober), HASMI mengadakan restrukturisasi kepengurusan pusat untuk lebih meningkatkan gerak dakwah demi mencapai prestasi yang terbaik. Di antara pengurus inti HASMI adalah sebagai berikut:

Ketua                     : M. Haidaril Iltizam Fatih, M.Pd.I
Wakil ketua            : Anas Abdillah, S.Ud
Sekretaris              : Dwi Bekti Sutrisno, S.Pd.I
Div. WIP               : M. Ilyas, S.Kom., S.Ud
Div Oprasional       : Jami’
Div Pendanaan       : Mulyanto, S.Pd.I
Div. Kemarkazan    : Syahdan M. Fauzi, S.Pd.I
Div. Logistik         : Deni Rahmad, S.Pd.I
Dan lebih dari 30 staf di bawahnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

KISAH TUKANG ROTI DAN IMAM AHMAD

November 17, 2016 1 Comment
Allah selalu mengabulkan do’aku, kecuali satu hal...

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menulis sebuah buku tentang Imam Ahmad rahimahullah. Beliau menceritakan detailnya dengan indah yang mengajarkan kepada kita pentingnya dzikir harian.

Imam Ahmad sangat dikenal di kalangan umat Islam. Baik sebelum maupun sesudah datangnya fitnah (ujian) selama hidupnya. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa ia memiliki pelayat terbanyak pada masa itu. Dalam satu hari, 1,3 juta orang datang berdo’a untuknya. Subhanallah. Coba bayangkan betapa terkenal dan dicintainya beliau. Beliau selalu menutup wajahnya ketika bepergian menuntut ilmu sehingga orang-orang tidak akan mengenalnya. Lihatlah betap rendah hatinya beliau.

Suatu hari, ia bepergian ke Syam. Dalam perjalanan, ia berhenti sejenak di Masjid untuk beristirahat. Penjaga masjid berkata kepadanya, “Keluar kau, masjid ini sudah tutup”.

“Saya tidak punya tempat untuk pergi,” kata Imam Ahmad.

“Pergilah.. keluar!!” kata penjaga.

Sebenarnya bisa saja ia berkata, “Saya adalah Imam Ahmad,” tapi ternyata tidak. Justru sebaliknya, beliau rahimahullah, mengemas barang-barangnya dan pergi menuju tangga masjid untuk istirahat. Penjaga masjid datang dari luar dan mengatakan kepadanya untuk turun tangga dan pergi ke tempat lain. Imam Ahmad tidak tahu harus berbuat apa.

Penjaga tersebut kemudian memegang kaki Imam Ahamd dan menyeretnya ke tengah jalan.

“Uhh.. baiklah saya pergi..” Kata Imam Ahmad sambil menahan sakit.

Kemudian, ada seorang tukang roti yang memiliki toko roti di seberang jalan melihatnya dan berkata, “Anda dapat bermalam di toko roti saya. Saya akan melakukan beberapa pekerjaan, sementara itu, Anda bisa beristirahat di sini.” Tukan roti itu kemudian menunjukkan tempat istirahat kepada beliau.

Imam Ahmad rahimahullah mengamati orang ini. Dia mencampur adonan kemudian memasukkannya ke dalam oven. Di setiap proses membuat kue, menguleni, mencetak, memanggang, dan seterusnya, si tukan roti itu berucap:
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...

Sepanjang malam senantiasa bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hukum Ucapan “Shadaqallahul ‘Azhim” Setelah Membaca Al-Qur’an

November 15, 2016 Add Comment

Ikhwah.. kita sering mendengar dan menyaksikan sebagian kaum Muslimin setelah selesai membaca Al Qur’an, mereka mengucapkan shadaqallahul ‘azhim (Mahabenar Allah Yang Maha Agung). Bahkan ucapan tersebut kerap diucapkan oleh para qari yang tampil di acara-acara umum. Pertanyaannya adalah, bolehkan hal itu dilakukan? Kita simak pembahasan berikut ini.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan, “Ucapan shadaqallahul ‘azhim setelah membaca al-Qur’an al-Karim tidak ada tuntunannya dari as-Sunnah dan tidak pula dari perbuatan para shahabat radhiyallahu ‘anhum,  akan tetapi hal itu terjadi di akhir zaman. Tidak diragukan lagi bahwa ucapan shadaqallahul ‘azhim sebagai pujian bagi Allah ‘Azza wa Jalla, maka ini adalah ibadah. Karena ia adalah ibadah, maka kita tidak boleh beribadah kepada Allah dengan ini kecuali berdasarkan dalil dari syariat. Jika tidak ada dalilnya dari syari’at, maka mengakhiri bacaan al-Qur’an dengan ucapan tersebut tidak disyariatkan dan tidak disunnahkan. Maka dari itu, bila seseorang selesai membaca al-Qur’an tidak disunnahkan untuk membaca shadaqallahul ‘azhim.

Bila ada yang mengatakan, “Bukankah Allah telah berfirman, قُلْ صَدَقَ اللهُ Katakanlah, ‘Benarlah (apa yang difirmankan) Allah?’”.

Jawabnya, memang benar Allah telah memfirmakannya, dan kita pun mengatakan shadaqallah, tapi apakah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Apabila kalian selesai membaca al-Qur’an maka ucapkanlah ‘shadaqallahul ‘azhim’?” Telah diriwayatkan secara shahih dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, bahwa beliau membaca al-Qur’an dan beliau tidak mengucapkan shadaqallahul ‘azhim. Pernah suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu membaca al-Qur’an di hadapan beliau, yaitu surat an-Nisa, sehingga ketika bacaannya sampai pada ayat,
فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۢ بِشَهِيدٖ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدٗا ٤١
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An-Nisa: 41), baliau mengucapkan, “Cukup.” Beliau tidak mengatakan, “Ucapkanlah, “Shadaqallahul ‘azhim” dan Ibnu Mas’ud pun tidak mengucapkannya. Ini adalah dalil bahwa ucapan shadaqallahul ‘azhim ketika selesai membaca al-Qur’an tidak disyariatkan.

Merinding Melihat Pengorabanan Saudara-saudara Kita Untuk Bela Islam

November 15, 2016 Add Comment
Luar biasa semangat ikhwah kita untuk memperjuangkan Agamanya. Dengan rasa bangga penuh semangat mereka meneriakkan siap untuk berkorban harta dan jiwa. Mereka telah berjanji untuk mengorbankan hartanya di jalan Allah dalam Aksi Bela Islam III yang rencana akan digelar pada tanggal 25 November 2016, jika penista Al Qur’an, Ahok tidak juga ditangkap.

Berikut adalah pernyataan para ikhwah yang kami dapat dari grup WatsApp Ahlussunnah 1:

Atas nama akun fb Heru Tryono mengatakan: “Persiapan aksi bela Islam III. Modal sendiri tidak ada yang bayar.

Akun fb Anshar Al Islam mengatakan, “Bukan untuk menyombongkan uang ke publik, biar mereka tahu media pembuat fitnah dan buat pendukung si penista Al Qur’an, saya siapin uang buat bekal, “Aksi Bela Al Qur’an 3’ 25 Nov jika Allah menghendaki.. Tabungan pribadi hasil halal.”

Dewa Rims Speed mengatakan dalam fbnya, “Persiapan buat bekal aksi bela Islam jilid 3. Ini duit pribadi tanpa bayaran. Yang ngomong bela Islam dibayar, orang stress/ gila siapapun dia... Kami membela Agama karena Allah Subhanhau wa Ta’ala, tanpa dibayar siapapun.”

Bukhari Hijrah berkata via fbnya yang dishare ke grup Beranda Tolak Jokowi dan Ahok, “Demi Allah, buat apa berangkat dari Malang ke Jakarta hanya dibayar 100 ribu tolol banget. Penghasilan aku saja per hari 20 kali lipat. Aku bukan riya bong, tapi fitnah kalian terlalu kejam. Dan ini masalah imanku diinjak-injak oleh seorang kafir. Uang bisa dicari, tapi di atas segalanya adalah akidah dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. SIAP BERANGKAT 25 NOVEMBER DAN SIAP UNTUK SYAHID. ALLAHU AKBAR..”

Akh Ronin berkata dalam fbnya, “2511.. sudah siap ke lapangan bersama barisan Islam dan pembela Al Qur’an. Uang pribadi bukan dari pengembeng reklamasi. Panggilan jihad hidupkan. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar..”

Hukum Mengenakan Cincin Tunangan atau Cincin Kawin

November 14, 2016 Add Comment
Pertanyaan:
Apa hukum mengenakan cincin tunangan pada tangan kanan bagi yang meminang dan pada tangan kiri bagi yang telah menikah. Perlu diketahui bahwa cincin itu bukan emas?

Jawaban:
Kami tidak mengetahui adanya dasar perbuatan ini dalam sayari’at. Yang lebih utama adalah meninggalkannya, baik cincin itu terbuat dari perak maupun lainnya. Jika terbuat dari emas, maka haram dipakai oleh laki-laki karena Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam telah melarang kaum laki-laki mengenakan emas.
~ Kitab ad-Da’wah, 1/208, Syaik Ibnu Baz ~


Pertanyaan 2:
Apa hukum mengenakan cincin kawin perak bagi kaum laki-laki?

Jawaban:
Mengenakan cincin kawin bagi laki-laki dan perempuan termasuk perkara bid’ah (perkara baru dalam agama), bahkan bisa jadi termasuk yang diharamkan. Demikian ini, karena sebagian orang beranggapan bahwa cincin itu menjadi penyebab langgengnya kecintaan antara suami istri, sampai-sampai, ada yang menyampaikan kepada kami, bahwa sebagian mereka mengukir nama istrinya pada cincinnya, dan sebaliknya mengukir namanya pada cincin istrinya dengan maksud agar si laki-laki itu senantiasa bersama istrinya dan si wanita merasa senantiasa bersama suaminya itu.

Seolah-olah keduanya itu meyakini suatu sebab yang tidak dijadikan Allah sebagai sebabnya, tidak takdir dan tidak pula syari’at. Apa hubungan cincin dengan kecintaan atau kasih sayang?! Berapa banyak suami istri yang tanpa cincin, bisa lebih kuat rasa cinta dan kasih sayangnya, dan berapa banyak suami istri yang mengenakan cincin kawin namun mereka hidup dalam penderitaan dan ketertekanan. Lain dari itu, keyakinan yang rusak ini termasuk jenis syirik, dan apabila tidak disertai dengan kayakinan ini, maka menyerupai orang-orang non Muslim, karena cincin semacam ini berasal dari kaum nasrani. Dari itu, hendaknya seorang Mukmin menjauhi segala sesuatu yang merusak agamanya.

SELAYANG PANDANG HASMI

November 13, 2016 2 Comments

HASMI
Sebuah Gerakan Kebangkitan

Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami (HASMI) adalah organisasi Islam yang murni kelahiran Indonesia, berpusat di Indonesia dan bukan organisasi lintas negara seperti halnya Hizbut Tahrir, Jama'ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin dan lain-lainnya.

Berikut ini kami mencoba membuka sisi-sisi dari jati diri HASMI, untuk lebih mengenalnya:
1.    Dasar keseluruhan HASMI adalah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, manhaj kebenaran sesuai dengan kemurnian Islam. Manhaj wahyu Ilahi, al-Qur'an dan Sunnah serta mengikuti pemahaman dan penerapan Salafussoleh. Hal ini tidak berarti sama sekali bahwa HASMI mengklaim tidak pernah atau tidak akan mempunyai kesalahan. Sebagai manusia, kesalahan adalah sekutu yang permanen. Hal ini hanya sebatas kebulatan tekad penitian Sirotulmustaqim. HASMI mengusung dan mendakwahkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah serta memandang tidak adanya pencanangan yang jelas tentang hal ini pada suatu gerakan, merupakan keaiban pada gerakan tersebut apalagi jika gerakan tersebut memang benar-benar tidak mendakwakan manhaj ini, maka hal itu merupakan bencana untuk umat.

2.    Tujuan HASMI
Tujuan HASMI adalah terwujudnya kebangkitan total melalui usaha perwujudan kebangkitan ruhani yang bermahkotakan "Berdirinya masyarakat Islami di Indonesia" sebagai perwujudan dari kebangkitan peran yaitu masyarakat yang secara kolektif atau perorangan dinaungi dan dituntun oleh norma-norma Islam yang suci.

3.   Strategi
HASMI memilih strategi dakwah dalam meniti jalan perjuangan menuju tujuan.

HASMI Membuka Pendaftaraan Keanggotaan

November 13, 2016 Add Comment
HASMI, Ormas Islam bermanhaj Ahlussunnah wal Jama’ah berpusat di Bogor membuka pendaftaran keanggotaan secara terbuka. Siapa pun Anda, dapat menjadi anggota HASMI dan berhak mendapat pembinaan secara online maupun secara langsung. Program pembinaan yang digulirkan oleh HASMI adalah POSITIF (Program Studi Islam Intensif), yaitu pembinaan online dengan pengiriman 10 e-book dan e-magazine serta pembinaan langsung dalam bentuk bedah buku dan dauroh.

Dengan bergabung bersama HASMI, Anda akan mendapat manfaat yang sangat besar, di antaranya:
1. Mendapat pembinaan keIslaman secara gratis (secara online maupun offline).
2. Mendapat tempat sandaran untuk menentukan sikap keagamaan.
3. Memiliki komunitas orang-orang shalih yang akan saling menasihati dan saling tolong-menolong dalam kebaikan.
4. Memiliki kesempatan beramal dakwah yang sangat besar dengan mengikuti program-program dakwah HASMI.

Jangan ragu lagi untuk bergabung dalam jama’ah dakwah sunnah HASMI. Cara mendaftar, silahkan ketik:
NAMA#KOTA#KECAMATAN#TAHUN LAHIR#JENIS KELAMIN#NO HP

Contoh:
AHMAD#BOGOR#CIOMAS#1985#L#0812-xxxx-xxxx

Kirim via WA ke 082-113-114-200

Berikut edaran keanggotaan HASMI:

Satu Lagi, Seorang Kristiani Menjadi Mualaf

November 13, 2016 Add Comment
Islam adalah satu-satunya Agama yang diridhai di sisi Allah. Semua agama selain Islam adalah agama batil yang hanya akan mengantarkan penganutnya ke dalam neraka Jahannam. Mendapat hidayah Islam berarti mendapat karunia yang sangat besar. Nikmat ini lebih besar daripada dunia dan seisinya. Dengan Islam, seseorang akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Alhamdulillah, ummat Islam bertambah satu saudara dari kota Jogjakarta. Kristiani (Ani) telah menyatakan diri sebagai seorang muslimah setelah sebelumnya menganut agama Kristen. Dengan tulus dan tanpa paksaan, Kristiani meninggalkan keyakinan lamanya menuju keyakinan akhir, yaitu Islam. Proses ikrar dua kalimat syahadat dilakukan setelah kajian tafsir hadits dan dibimbing oleh Ustadz Budi Setiawan, ST, didampingi oleh Tim Mualaf Center Jogjakarta dan disaksikan oleh jama’ah Masjid Gede Kauman.

Berikut redaksi asli dari FP Mualaf Center Jogjakarta:

Yogyakarta, 13 November 2016,
Kembali bertambah keluarga besar Mualaf Center Yogya dengan bersyahadat nya seorang wanita muda yang sebelumnya mengimani kristiani,

MACAM-MACAM CARA TURUNNYA WAHYU DARI ALLAH

November 13, 2016 Add Comment
Pada postingan yang lalu, kami telah menayangkan pembahasan tentang arti wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Alhamdulillah, postingan kali ini kita lanjutkan tentang macam-macam cara turunnya wahyu dari Allah. Selamat membaca.


Cara Wahyu Allah Turun Kepada Malaikat

1. Dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada Malaikat-Nya,
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا ...
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya..." (QS. Al-Baqarah: 30)

Juga tentang wahyu Allah kepada mereka, “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anfal: 12)

Ada juga nash tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut perintah-Nya, “Demi malaikat-malaikat yang membagi-bagikan urusan dunia.” (QS. Adz-Dzariyat: 4), “Dan demi malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia.” (QS. An-Nazi’at: 5).

Ayat-ayat di atas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para malaikat tanpa perantaraan dan dengan perbicaraan yang difahami oleh para malaikat itu. Hal itu diperkuat oleh hadits dari Nuwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah shallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan. Dia berbicara melalui wahyu, maka langitpun bergetar dengan getaran –atau dia menyatakan dengan goncangan– yang dahsyat karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika penghuni langit mendengarnya, mereka pingsan dan jatuh. Lalu bersujud kepada Allah. Yang pertama kali mengangkat kepala di antara mereka itu adalah Jibril, lalu Allah menyampaikan wahyunya kepada Jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, para malaikatnya bertanya kepada Jibril: “Apak yang telah difirmankan oleh Tuhan kita, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Dia mengatakan yang hak dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Ath-Thabrani).

Hadits ini menjelasakan bagaimana wahyu turun. Pertama Allah berbicara, yang didengar oleh para malaikat. Pengaruh wahyu itu sangat dahsyat. Pada zhahirnya –di dalam perjalanan Jibril untuk menyampaikan wahyu, haidts di atas menunjukkan turunnya wahyu khusus mengenai Al-Qur’an, akan tetapi hadits tersebut juga menjelaskan cara turunnya wahyu secara umum. Pokok persoalan itu terdapat di dalam hadits shahih, “Apabila Allah memutuskan suatu perkara di langit, maka para malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya karena pengaruh firman-Nya, bagaikan mata rantai di atas batu yang licin.”

2. Jelas bahwa Al Qur’an telah dituliskan di lauhul mahfuzh, berdasarkan firman Allah, “Bahkan ia adalah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauhul mahfuzh.” (QS. Al-Buruj: 21-22)

Demikian juga Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus ke Baitul ‘Izzah yang berada di langit dunia pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan, “Sesungguhnya Kami menurunkannya –al-Qur’an– pada Lailatul qadar.” (QS. Al Qadar: 1); “Sesungguhnya Kami menurunkannya –al-Qur’an– pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan: 3); “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Di dalam Sunnah terdapat hal yang menjelaskan turunnya Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa nuzul itu bukanlah turun ke dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam.

Dari Ibnu ‘Abbas dengan hadits mauquf, “Al Qur’an itu diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lalilatul qadar. Setelah itu diturunkan selama dua puluh tahun. Lalu Ibnu ‘Abbas membaca ayat, “Tidaklah orang-orang kafir datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik peneyelesaiannya.” (QS. Al-Furqan: 33) “Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacanya secara perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Israa: 106). (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi dan An-Nasa’i)

Dalam satu riwayat disebutkan, “Telah dipisahkan Al-Qur’an dari adz-Dzikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izzah  di langit dunia; kemudian Jibril menurunkannya kepada Nabi Shallallahu ‘Alayihi wa Sallam.” (HR. Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah).

Oleh sebab itu, para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa Al-Qur’an kepada Jibril dengan beberapa pendapat:

a. Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafazhnya yang khusus.
b. Jibril menghafalnya dari Lauh Al-Mahfuzh.
c. Maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafazhnya dari Jibril, atau Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Pendapat pertama yang benar. Pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, serta diperkuat oleh hadits Nuwas bin Sam’an di atas.

MAKNA WAHYU DARI ALLAH

November 13, 2016 Add Comment
Manusia akan menjadi mulia  selama tetap berpegang kepada wahyu itu, dan akan hancur serta hina bila mengabaikannya. Kemungkinan terjadinya wahyu dan eksistensinya sudah tak dapat diragukan lagi, dan manusia perlu kembali kepada petunjuk wahyu demi jiwanya yang haus akan nilai-nilai luhurnya.

Muhammad Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam, bukanlah rasul pertama yang diberi wahyu. Allah juga telah menurunkan wahyu kepada para rasul sebelumnya.
Sungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepada mu (hai Muhammad), sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh, dan nabi-nabi yang diutus sesudahnya; Kami juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isma’il, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub, dan nabi-nabi keturunannya, Nabi Isa, Nabi Ayub, Nabi Yunus, Nabi Harun, dan Nabi Sulaiman; juga kami telah memberikan kepada Nabi Dawud; Kitab Zabur. Dan (kami telah mengutuskan) beberapa orang rasul yang telah Kami ceritakan kepadamu dahulu sebelum ini, juga rasul-rasul yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Dan Allah benar-benar telah berkata-kata secara langsung kepada Nabi Musa dengan kata-kata.” (QS. An-Nisa: 163-164)

“Patutkah manusia merasa heran dengan sebab Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki dari antara mereka; Berilah peringatan kepada umat manusia (yang ingkar), dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman, bahwa bagi mereka kedudukan yang sungguh mulia di sisi Tuhan mereka. (Setelah Nabi Muhammad datang kepada mereka), berkatalah orang-orang kafir (yang merasa heran) itu, “Sesungguhnya (Muhammad) itu tukang sihir yang nyata. (QS. Yunus: 2)

Arti Wahyu

Dikatakan; wahaitu ilaihi dan auhaitu. Kalimat ini digunakan jika tidak ingin orang lain mendengarnya. Wahyu mengandung makna isyarat yang cepat. Itu terjadi biasanya melalui pembicaraan yang berupa simbol, terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat sebagaian anggota badan.

Al-Wahyu (wahyu) adalah kata mashdar (infinitif). Dia menunjuk pada dua pengertian dasar, yaitu; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, dikatakan, “Wahyu ialah informasi secara tersmbunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengeritan dasarnya (mashdar). Tetapi terkadang tanpa juga bermaksud al-muha, yaitu pengertian isim maf’ul, maknanya yang diwahyukan. Secara etimologi (kebahasaan) pengertian wahyu meliputi:

1. Ilham al-fithri li al-insan (ilham yang menjadi fitrah manusia). Seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa,
وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَرۡضِعِيهِۖ ...
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia...” (QS. Al Qashash: 7)

2. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah,
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ ٦٨
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (QS. An-Nahl: 68)

3. Isyarat yang cepat melalui isyarat, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan al-Qur’an,
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا ١١
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 11)

Anda Ingin Menjadi Rupawan Dalam Perjalanan? Baca Surat Ini!

November 12, 2016 Add Comment

Keutamaan surat Al-Kafirun

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur’an.” (yakni: Al-Qur’an memiliki tiga inti, yaitu tentang hukum, tentang nama dan sifat Allah dan tentang janji dan ancaman. Dan surat ini mengabarkan tentang nama Allah yang paling agung).

Dalam kitab Ar-Radd, Abu Bakar Al Anbari meriwayatkan, dari Abdullah bin Najiah, dari Yusuf, dari Al-Qa’nabi dan Abu Na’im, dari Musa bin Wardan, dari Anas, ia berakta: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Surah al Kaafiruun itu setara dengan seperempat al Qur’an.” (Riwayat ini disebutkan oleh As-Suyuthi dalam Al Jami’ Al Kabir [2/3970], yang dinukilkan dari Al Baihaqi pada pembahasan tentang ranting keimanan, dari Anas).

Al Hafizh Abu Muhammad Abdul Ghani bin Sa’id juga meriwayatkan, dari Ibnu Umar, ia berkata: Ketika pada suatu perjalanan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengimami para sahabatnya beliau membaca surat Al Kaafiruun dan surah Al Ikhlash. Setelah selesai beliau berkata, “Yang aku baca tadi adalah sepertiga dan sepertempat dari Al-Qur’an.”

Jubair bin Muth’im juga meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berkata kepadaku, “Wahai Jubair, apakah kamu ingin menjadi seseorang yang paling rupawan dalam perjalananmu dan yang paling banyak membawa bekal dibandingkan dengan yang lain?” Aku menjawab, “Tentu”. Lalu beliau berkata, “Maka bacalah olehmu lima surah ini, (yaitu) dari surah Al Kaafiruun hingga surah An-Naas, dan mulailah bacaanmu dengan membaca bismillaahirrahmaanirrahiim.” (Riwayat ini disebutkan oleh As-Suyuthi dalam Ad-Durr al Mantsur (6/406), yang diriwayatkannya dari Abu Ya’la, dari Jubair bin Muth’im.) Demi Allah, sebelumnya aku adalah seorang yang tidak memiliki banyak harta, dan jika aku sedang bepergian maka aku adalah orang yang paling kumuh dan tidak membawa banyak bekal, namun semenjak aku membaca surah-surah tersebut aku menjadi orang yang paling gagah dan yang paling banyak membawa bekal di antara kawan-kawan seperjalanan, bahkan sampai kami semua tiba di rumah masing-masing.

Farwah bin Naufal Al Asyjai meriwayatkan, pada suatu hari seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Berwasiatlah kepadaku (nasihatilah aku).” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menyampaikan, “Bacalah olehmu surah al Kaafiruun setiap kamu hendak beranjak ke tempat tidurmu. Ketahuilah bahwa surah al Kaafiruun itu adalah pembebasan dari kesyirikan.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Bakar Al Anbari dan para ulama hadits lainnya.

Basmalah Dalam Shalat Dibaca Pelan atau Keras?

November 11, 2016 Add Comment
Apakah Anda termasuk orang yang dibuat bingung dengan imam shalat yang membaca surat Al Fatihah dengan tidak terdengar bacaan bismilah-nya? Silahkan simak pembahasan ringkas berikut ini:

Dalil Yang Digunakan Oleh Orang Yang Berpendapat Bahwa Basmalah Harus Dibaca Secara Jahr

Alasannya karena basmalah termasuk bagian dari surat al-Faatihah. Maka ia pun dibaca keras sebagaimana ayat-ayat lainnya. Demikian juga telah diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam kitab Sunan, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahiih keduanya, serta al-Hakim dalam al-Mustadrak dari Abu Hurairah bahwasanya ia mengerjakan shalat dan membaca basamalah secara jahr (secara keras). Setelah selesai ia mengatakan, “Aku telah mempraktekkan shalat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam kepada kalian.” Hadits ini dishahihkan oleh ad-Daruquthni, al-Khatib, al-Baihaqi dan lain-lain.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia telah ditanya tentang Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, maka ia menjawab: “Bacaan beliau itu (kalimat demi kalimat) sesuai dengan panjang pendeknya.” Kemudian Anas radhiyallahu ‘anhu membaca bismillaahirrahmaanirrahim,dengan memanjangkan kalimat bisamillah, lalu ar-Rahman dan ar-Rahim (dengan memanjangkan bagian-bagian yang perlu dipanjangkan). (Fat-hul Baari, VIII/ 709. Al-Bukhari, no. 5046)

Dan diriwayatkan dalam Musnad al-Imam Ahmad, Sunan Abi Dawud, Shahih Ibnu Khuzaimah,dan Mustadrak al-Hakim dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam biasa memututs bacaan bacaan beliau di setiap akhir ayat: bismillaahir rahmaanir rahiim. Al-Hamdulillahi rabbil ‘aalamiin. Ar-ramhmaanir rahimMaaliki yaumiddiin.

Daruquthni mengatakan, “Sanad-sanadnya shahih.” (Ahmad, (VI/302), Abu Dawud (IV/294), Ibnu Khuzaimah (I/ 248), al-Hakim (II/231), dan ad-Daruquthni (I/307)

Adapun Imam Abu ‘Abdillah asy-Syafi’i dan al-Hakim dalam kitab Mustadraknya meriwayatkan dari Anas, bahwasanya Mu’awiyah mengerjakan shalat di Madinah dan ia meninggalkan basmalah (tidak membacanya secara jahr), maka hal itu diingkari oleh para Sahabat Muhajirin. Lalu Mu’awiyah mengerjakan shalat untuk kedua kalinya dengan membaca basamalah secara jahr.

Hadits-hadits dan atsar yang kami sebutkan di atas kiranya sudah cukup menjadi hujjah bagi pendapat ini atas pendapat yang menentangnya. 


Beberapa Pendapat Lain Mengenai Bacaan Basmalah Beserta Dalilnya.

Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa basmalah tidak dibaca secara jahr dalam shalat. Inilah yang shahih dari para khalifah yang empat, ‘Abdullah bin Mughaffal, dan beberapa golongan ulama Salaf (terdahulu) maupun Khalaf (masa kini). Ini pula yang menjadi madzhab Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ahmad bin Hanbal. 

Adapun menurut Imam Malik, basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sirr. Mereka berdalil dengan hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam membuka shalat dengan takbir dan bacaan Al-hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.” [HR. Ibnu Abi Hatim (I/12) dan Muslim (no. 498 (240))]

Diriwayatkan pula dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas bin Malik, ia menceritakan: “Aku pernah mengerjakan shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Mereka semua membuka shalat dengan bacaan Al-hamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiin.” 

Dan menurut riwayat Muslim: “Mereka tidak menyebutkan “Bismillaahirrahmaanirrahiim” pada awal bacaan dan tidak juga pada akhirnya.” (Fat-hul Baari (II/265), dan Muslim (I/229), Al-Bukhari, no. 743, Muslim, no. 399)

MEMPERBANYAK SHALAWAT KEPADA NABI

November 10, 2016 Add Comment
Shalawat merupaka salah satu bentuk kecintaan seorang Muslim terhadap Nabinya, sekaligus bentuk kesiapan untuk mentaati dan mengikuti sunnahnya. Dan juga merupakan wujud pelaksanaan perintah Allah subhanahu wa ta'ala untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam di muka bumi. Allah  berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab: 56)

Seorang Muslim yang bershalawat kepada Nabi akan mendapat pahala yang berlipat dari Allah subhanahu wa ta'ala

Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

“Barang siapa membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberi pahala shalawat sebanyak sepuluh kali. Dan sepuluh macam kesalahan akan dihapus serta akan diangkat derajatnya sepuluh kali tingkatan.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)

Seorang Muslim yang senang membaca shalawat, maka kedekatannya dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam semakin bertambah. Beliau bersabda: “Orang yang paling dekat denganku di Hari Kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)

Artikel Terkait:

 Manfaat Luar Biasa MIZAR

Beginilah Cara Rasulullah Mandi Junub

November 09, 2016 Add Comment
Islam adalah agama yang sesuai fitrah dan akal sehat manusia. Bukti konkret dari hal tersebut adalah Islam memberikan perhatian sangat besar terkait masalah bersuci (Thoharoh). Banyak teks (nash) ayat al-Qur’an dan hadits yang memotivasi umat Islam agar mereka mewujudkan thoharoh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Apa dasarnya?

Bukankah kita tahu bahwa Alloh tidak menerima orang yang sholat tanpa bersuci? Bukankah kita tahu bahwa Alloh mencintai orang-orang yang bersuci?
Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. al-Baqoroh [2]: 222).

Bukankah kita tahu bahwa Alloh memuji penduduk Quba (penduduk di Madinah) karena mereka bersuci dengan air setelah buang hajat?
“….di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bersih.(QS. at-Taubah [9]: 108).

Bukankah kita tahu pula bahwa tidak bersuci ketika buang air kecil menyebabkan seseorang memperoleh siksa kubur?

Demikianlah beberapa perkara yang sangat penting seputar masalah thoharoh yang seyagyanya bagi kita memiliki perhatian yang sangat besar agar kita menjadi orang-orang yang beruntung di dunia maupun di akherat kelak.

Pembaca yang budiman……salah satu macam thoharoh adalah mandi junub (ghoslul janabah). Syariat ini merupakan syariat yang agung lagi mulia. Kebutuhan umat terhadap mandi junub sangatlah urgen. Mereka terkadang melaukukan aktivitas yang mengharuskan untuk mandi junub, seperti; setelah melakukan aktivitas hubungan suami istri (jima’), mimpi basah (ihtilam), bersih dari nifas dan haidh dan lain-lain. Begitu pula dalam beberapa keadaan dianjurkan bagi mereka untuk mandi junub, seperti; mandi untuk menunaikan sholat id, mandi untuk sholat jum’at, mandi setelah memandikan mayat, mandi untuk ihrom umroh dan haji dan lain-lain. Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana tata cara mandi junub sesuai Rosululloh?


TATA CARA MANDI JUNUB SESUAI ROSULULLOH

Berkaitan dengan mandi junub, terdapat dua hadis pokok yang bisa kita jadikan sebagai acuan. Dua hadis ini berasal dari dua istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah dan Maimunah radhiallahu ‘anhuma.

Disunnahkan Membaca Basmalah Sebelum Memulai Setiap Pekerjaan

November 09, 2016 Add Comment
Disunnahkan membaca basmalah pada awal setiap ucapan maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khutbah berdasarkan dalil yang ada. Dan juga disunnahkan membacanya sebelum masuk ke kamar kecil (toilet), berdasarkan hadits dalam masalah itu.

Demikian juga sebelum berwudhu’ berdasarkan hadits dalam Musnad al-Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunan dari riwayat Abu Hurairah, Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhum secara marfu’, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَا وُضُوءَ لِمِنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ
“Tidak sempurna wudhu’ bagi orang yang tidak menyebut Nama Allah (mengucapkan basmalah) padanya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya)

Demikian pula disunnahkan membacanya sebelum makan, berdasarkan haidts dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda kepada anak tiri beliau, ‘Umar bin Abi Salamah:
قُلْ بِسْمِ اللهِ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Ucapkanlahh ‘bismillaah’, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat darimu.” (HR. Muslim (III/1600))

Disunnahkan juga membacanya ketika hendak berjima’ (berhubungan badan), berdasarkan hadits dalam  kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّ أَحَدُكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللهِ، اللَّهُمَّ جَنِبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَارَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا.

“Seandainya salah seorang dari kalian hendak mencampuri isterinya ia membaca: ‘Bismillaah, Allaahumma jannibnasy syaithaan wa jannibisy syaithaan ma razaqtana (Dengan menyebut Nama Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau anugerahkan kepada kami)’, maka jika Allah menakdirkan lahir anak, maka anak itu tidak akan digangggu oleh syaithan selamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Materi terkait:

Gaya Muda Islami (GAMIS)

November 08, 2016 Add Comment
Kehidupan seorang pemuda tidak lepas dari trend dan gaya hidup. Masing-masing sangat bergantung kepada pola fikir dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Seseorang yang berpola fikir sekuler, akan mengaplikasikan gaya hidup yang sekuler. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur, akan memvisualisasikan kehidupan yang tidak Islami. Seseorang yang menerapkan pola fikir yang Islami, akan menunjukkan gaya hidup yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan syari’at Islam. Ia memperhatikan betul bagaimana Al Qur’an dan As-Sunnah mengatur tata kehidupannya dan berusaha menerapkannya dengan maksimal.

Sebagai seorang pemuda Muslim, kita harus berbangga dengan gaya hidup Islami dan menolak keras gaya hidup sekuler. Prinsip ini akan membawa kebahagiaan bagi setiap pelaksananya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..” (QS. Al-A’raf: 96)

Sebaliknya, membanggakan gaya hidup hedonis, berfoya-foya dan mementingkan kehidupan duniawi akan membawa pada sebuah kehinaan dan kehancuran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124). Siapa saja yang berpaling dari al Qur’an, akan mengalami kehidupan yang sempit. Kesempitan itu akan dia rasakan di dunia dan di akhirat.

Setiap muslim wajib menjalankan Agamanya secara kaafah (secara menyeluruh) pada semua sisi kehidupan. Sehingga gaya hidup seorang pemuda muslim pun harus sesuai dengan norma-norma Agama. Berikut ini berberapa prinsip gaya hidup yang harus diperhatikan:

1) Berniat Untuk Ibadah.
Segala perbuatan yang kita kerjakan hendaknya diniatkan karena Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mendapat pahala di sisi-Nya. Termasuk dalam perkara-perkara yang mubah, seperti; berpakaian, berolahraga, makan dan minum, serta beragam aktifitas lainnya.

2) Selaras dengan Syari’at
Segala yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari harus berpedoman pada prinsip ittiba’. Dalam arti sesuai dengan syari’at Islam yang telah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Contoh; membudayakan salam pada saat bertemu teman, makan dan minum dengan tangan kanan dan sambil duduk, berpakaian menutup aurat dengan tidak isbal bagi pemuda muslim dan tidak bertabarruj bagi pemudi muslimah, dan lain-lain.