Nabi Nuh ‘alayhissalam tinggal bersama kaumnya selama 950
tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدۡ
أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمۡ أَلۡفَ سَنَةٍ إِلَّا
خَمۡسِينَ عَامٗا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١٤
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka
ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka
ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-‘Ankabut: 14)
Setiap kali satu generasi berlalu,
mereka berpesan kepada generasi berikutnya agar tidak beriman kepada Nuh, harus
memerangi dan menentangnya. Ketika anak-anak sudah mulai baligh dan mengerti
kata-kata orang tua, mereka sepakat untuk tidak beriman kepada Nuh sepanjang
hidup.
Tabiat dan watak mereka enggan untuk
beriman dan mengikuti kebenaran. Karena itu Nuh berkata, “Dan mereka hanya
akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.” (QS. Nuh:
27)
Kecuali hanya segelintir orang yang
mau beriman kepada Nuh. Allah berfirman, “Dan diwahyukan kepada Nuh,
‘Ketahuilah tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar
beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang
mereka perbuat.” (QS. Hud: 36)
Firman ini merupakan hiburan bagi Nuh
atas perilaku kaumnya. Tidak akan ada yang beriman di antara mereka, selain
orang-orang yang telah beriman. Yaitu, jangan sampai situasi yang terjadi
membuatmu sedih, karena pertolongan Allah sudah dekat waktunya, dan berita luar
biasa akan segera terjadi.
DO’A NABI NUH UNTUK KAUMNYA
“Dan buatlah kapal itu dengan
pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engaku bicarakan dengan Aku
tentang orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya, mereka itu akan ditenggelamkan.”
(QS. Hud: 37)
Setelah putus asa dan mengharapkan
kebaikan dan keberuntungan kaumnya, melihat sama sekali tidak ada kebaikan
dalam diri mereka, menyakiti, menentang, dan mendustakannya dengan segala cara,
baik dengan tindakan maupun tutur kata, akhirnya Nuh memanjatkan do’a karena
marah. Allah memperkenankan dan mengabulkan do’anya. Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya, Nuh telah berdo’a kepada Kami, maka sungguh, Kamilah sebaik-baik
yang memperkenankan do’a. Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari
bencana yang besar.” (QS. Ash-Shaffat: 75-76). “Dan (ingatlah kisah)
Nuh, sebelum itu, ketika dia berdo’a. Kami perkenankan (do’a)nya, lalu Kami
selamatkan dia bersama pengikutnya dari bencana yang besar.” (QS.
Al-Anbiya: 76). Lihat do’a-do’a Nabi Nuh untuk kaumnya yang zhalim: dalam QS.
Asy-Syu’ara: 117-118, QS. Al-Qamar: 10, QS. Al-Mukminun: 26.
“Disebabkan kesalahan-kesalahan
mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak
mendapat penolong selain Allah. Dan Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau
biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Sesungguhnya, jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang
jahat dan tidak tahu bersyukur.” (QS.
Nuh: 25-27)
PERINTAH UNTUK MEMBANGUN SEBUAH
BAHTERA
Kesalahan-kesalahan berupa
pengingakaran, kekejian, dan do’a keburukan Nabi Nuh menumpuk menjad satu pada
mereka. Saat itulah, Allah memerintahkan Nuh untuk membuat kapal besar yang
belum pernah ada sebelumnya, juga tidak akan ada kapal sebesar itu sesudahnya.