بَابُ اْلإِخْلاَصِ وَإِحْضَارِ النِّيَّةِ فِيْ جَمِيْعِ
اْلأَعْمَالِ وَاْلأَقْوَالِ الْبَارِزَةِ وَالْخَفِيَّةِ
IKHLAS DAN MENGHADIRKAN
NIAT DALAM SEMUA PERBUATAN DAN UCAPAN; BAIK YANG TERANG-TERANGAN MAUPUN YANG
SEMBUNYI-SEMBUNYI
قَالَ اللهُ تَعَالَى: { وَمَا
أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ }
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah [89]: 5)
Faidah-faidah
ayat:
1. Al-Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Banyak imam-imam, seperti Az zuhriy
dan Asy Syafi’iy, menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwasanya amal perbuatan
termasuk bagian dari iman.”
2. Sesungguhnya
ibadah disyaratkan dengan ikhkas karena Alloh Ta’ala, demikian pula disyaratkan
dalam ibadah dengan mengikuti Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.”
3. Keterangan
bahwa agama-agama yang telah mendahului Islam dan yang sezaman dengannya telah
menyimpang bercampur antara haq dan batil, baik Yahudi, Nashroni mapun Majusi.”
4. Salah satu
yang diwajibkan atas orang-orang Yahudi dan Nashroni di dalam kitab-kitab
mereka bahwasanya mereka diperintahkan untuk beribadah kepada Alloh semata, dan
kufur (mengingkari) kesyirikan, berpaling dari seluruh agama menuju agama
Islam, dan menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, namun mereka tidak
mempedulikannya. Tatkala Islam datang kepada mereka dengan perintah yang sama
mereka mengingkarinya dan memusuhinya.”
5. Penjelasan
bahwasanya millah yang lurus, agama yang menyelamatka dari azab, yang
mewujudkan kebahagiaan dan kesempurnaan adalah agama yang berdiri tegak di atas
dasar peribadatan kepada Alloh semata dan menegakkan sholat, mengeluarkan zakat
serta berpaling dari seluruh agama menuju agama Islam.”
Hadits:
وعن أمير المؤمِنين أبي حَفْصٍ
عمرَ بنِ الخطابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قالَ: سَمِعتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّمَ ، يقُولُ: (( إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتِهِ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ،
فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا
يُصيبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
)). مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ.( البخاري (1)، ومسلم (1907).
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya balasan yang akan diperoleh seseorang dari amalnya juga sesuai
dengan niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih
keridhaan Alloh dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapat keridhaan Alloh dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya diniatkan untuk meraih kesenangan dunia
atau karena seorang wanita yang ingin diperistrinya, maka hijrahnya kepada apa
yang diniatkannya.”
(HR. Muslim)
Faidah-faidah hadits:
1. Niat merupakan keharusan dalam suatu
perbuatan
2. Niat tempatnya ada di hati bukan di lisan
dan tidak perlu di lafadzkan, ini merupakan kesepakatan para ulama
3. Amal-amal shalih harus di sertai niyat
yang yang baik
4. Niat yang baik tidak bisa mengubah yang
munkar menjadi ma’ruf
5. Niat yang baik tidak bisa mengubah yang
bid’ah menjadi sunnah
6. Ikhlas karena Alloh adalah salah satu sarat
di terimanya amal, karena Alloh tidak menerima amal kecuali di dasari atas
keikhlasan kepada Alloh dan pengikutan terhadap Rosululloh shollallohu ‘alayhi
wa sallam.
Hadits:
وعنْ أبي هريرةَ عبدِ الرحمنِ
بنِ صخرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ :
(( إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ، ولا إِلى صُوَرِكمْ، وَلَكن ينْظُرُ
إلى قُلُوبِكمْ وَأَعْمَالِكُمْ )) رواه مسلم (2564).
“Sesungguhnya Alloh tidak akan melihat kepada postur (bentuk
tubuh) dan kepada bentuk rupa kalian. Akan tetapi, Dia akan melihat kepada hati
dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)
Faidah-faidah hadits:
1.
Peringatan untuk menjauhi
orang-orang yang berbuat aniaya,tidak bergaul dengan mereka dan bergabung
dengan mereka.
2.
Bergabung dengan suatu kaum
dengan sukarela dalam kemaksiatan, akan mendapatkan dosa dan siksaan yang sama
dengan pelaku maksiat tersebut.
3.
Perbuatan di hitung berdasarkan
niat
4.
Pemberitaan terhadap hal yang
akan terjadi oleh rosululloh hal ini termasuk ghoibiyyat(hal-hal ghoib) sebagai
bukti mukjizat rosululloh sekaligus ujian keimanan bagi orang-orang yang
beriman akan keimanan mereka terhadap hal-hal yang ghoib
Hadits:
وعن أبي العبَّاسِ عبدِ اللهِ بنِ عباسِ بنِ عبد المطلب رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا ، عن رَسُول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ ، فيما يروي عن ربهِ،
تباركَ وتعالى، قَالَ: (( إنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ والسَّيِّئَاتِ ثُمَّ
بَيَّنَ ذلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ
تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، وَإنْ هَمَّ بهَا فَعَمِلَهَا
كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ،
وإنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ تَعَالَى عِنْدَهُ
حَسَنَةً كَامِلةً، وَإنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً
وَاحِدَةً )) مُتَّفَقٌ عليه. البخاري (6490)، ومسلم (131).
“Sesungguhnya Alloh
telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Kemudian beliau (Rasulullah)
menerangkan: Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi
mengerjakannya, maka Alloh mencatat niatnya tersebut sebagai satu kebaikan
penuh di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Alloh
mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat
hingga kelipatan yang sangat banyak (tidak terhitung). Kalau ia berniat
melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi melakukannya, maka Alloh mencatat
hal tersebut sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisi-Nya. Jika ia meniatkan
perbuatan jelek tersebut, lalu melaksanakannya, maka Alloh mencatatnya sebagai
satu kejelekan.” (HR. Muslim)
Faida-faidah hadits:
1.
Hadis ini menunjukkan
kesempurnaan ilmu Alloh yang tidak ada sedikitpun di langit maupun di bumi atau
yang lebih dari itu yang lepas dari jangkauan ilmu-Nya, dan tidak ada satupun
yang tersembunyi dari-Nya.
2.
Di antara tugas para malaikat
adalah mencatat kebaikan dan keburukan
3.
Alloh telah tugaskan kepada
malaikat kepada setiap orang
4.
Luasnya rahmat dan karunia Alloh
serta keagungan anugerah-Nya.
5.
Bertafakkur dalam berbagai
kebaikan dan lipatan balasanya menjadi sebab semangat dalam mengerjakanya
6.
Bertafakkur tentang keburukan
suatu kemaksiatan sebelum mengerjakanya akan menyebabkan kesadaran untuk
meninggalkanya.
Materi Terkait:
EmoticonEmoticon