MENGGAPAI KEBAHAGIAAN MELALUI UKHUWAH ISLAMIYAH
Urgensi Pembahasan
Pembahasan materi ukhuwah Islamiyah
pada zaman ini menjadi sangat penting karena semakin memudarnya ikatan ukhuwah
Islamiyah di tengah-tengah umat Islam dan banyaknya kekeliruan dalam hal wala
wal bara (loyalitas dan disloyalitas).
Definisi Ukhuwah
Kata ukhuwah menurut bahasa berasal dari kata “akhun”
artinya berserikat dengan yang lain karena kelahiran dari dua belah pihak, atau
salah satunya atau karena persusuan. Lalu kata ini dipakai untuk perserikatan,
persaudaraan kabilah, agama, hubungan antar manusia, kasih sayang, dan
keperluan lainnya. Mufradat Alfazhil Qur’an, Al Allamah Ar-Raghib Al-Ashfahani.
Ukhuwah menurut bahasa ialah saudara sekandung, sebapak, seibu, atau sepersusuan.
Lalu istilah ini digunakan untuk kepentingan
lain, persaudaraan antara Negara,
antara suku dan desa lain.
Dalam kamus-kamus bahasa arab
ditemukan bahwa kata akh
yang membentuk kata ukhuwah digunakan juga
dengan arti teman akrab atau
sahabat.
Makna ukhuwah
menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa
satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Perintah Menjalin Ukhuwah Dalam
Al-Qur’an dan Hadits
Salah satu faktor terbesar yang
bisa membawa umat Islam kepada kemuliaan adalah jika mereka bersatu padu
(menjalin ukhuwah) di atas landasan agama Islam, mengikuti petunjuk Allah dan tidak
mengikuti hawa nafsu pribadi.
Karena begitu pentingnya ukhuwah
antar kaum Muslimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala menekankan hal itu dalam
beberapa ayat Al-Qur’an. Di antaranya:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (١٠)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Tafsir
Ibnu Katsir:
Yaitu
semua orang yang beriman adalah bersaudara dalam agama sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam:
الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
“Orang muslim
adalah saudara orang muslim (lainya), tidak menzhaliminya dan tidak pula
membiarkannya dizhalimi.” (HR. Al Bukhari, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma)
Disebutkan dalam kitab shahih,
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَاللهُ فِي
عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
“Dan
Allah senantiasa menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya.” (HR.
Muslim, no. 2669. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Dalam kitab
Ash-Shahih juga disebutkan:
إِذَا دَعَا
الْمُسْلِمُ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: آمِيْنَ، وَلَكَ
بِمِثْلِهِ.
“Jika
ada seorang muslim mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuan yang bersangkutan,
maka para Malaikat akan mengamininya dan berkata, “Dan untukmu juga seperti
(isi do’amu).” (HR. Muslim, no. 2732, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu)
Disebutkan
juga dalam kitab shahih:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ،
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى. ))أَخْرَجَهُ
الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ (وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ((
(
“Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam
hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara
mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka
semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” [HR. Bukhâri
dan Muslim, sedangkan lafalnya adalah lafazh Imam Muslim].
Dalam kitab
Ash-Shahih juga disebutkan:
(اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا) وَشَبَّكَ
بَيْنَ أَصَابِعِهِ صلى الله عليه وسلم
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama
lain saling menguatkan. Rasululla shallallahu ‘alayhi wa sallam menyilangkan
jari-jarinya.” [HR. Bukhari, no. 481, dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu
‘anhu].
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِنْ تَابُوا
وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (١١)
“Jika mereka
bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.” (QS. At-Taubah: 11)
Tafsir Al-Qurthubi:
Firman Allah, فَإِنْ تَابُوا “Jika
mereka bertaubat,” maksudnya
adalah bertaubat dari kemusyrikan dan menetapi hukum-hukum Islam.
Firman
Allah, فَإِخْوَانُكُمْ “Maka adalah saudara-saudaramu,” maksudanya adalah, merekalah saudara-saudaramu, فِي الدِّينِ “seagama.”
Ibnu
Abbas radhiyallau ‘anhuma berkata, “Ayat ini mengharamkan darah para
ahli kiblat.” (Atsar ini disebutkan oleh Ath-Thabari dalam Jami’ Al Bayan
(8/62))
Ibnu
Zaid berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibakan shalat serta zakat,
dan tidak suka jika keduanya dipisahkan. Dia juga tidak suka menerima shalat
kecuali dengan zakat.” (Atsar ini disebutkan oleh Ath-Thabari dalam Jami’ Al
Bayan (8/62))
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian diperintahkan untuk
menunaikan shalat dan zakat. Oleh karena itu, barangsiapa tidak pernah
berzakat, maka tidak ada shalat baginya.” (Atsar ini disebutkan oleh
Ath-Thabari dalam Jami’ Al Bayan (8/62))
Nikmat Ukhuwah dan larangan berpecah belah
3. Allah Subnahahu wa Ta’ala
berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى
شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (١٠٣)
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat
petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103)
Nikmat
ukhuwah (persatuan) adalah nikmat yang sangat besar.
Firman
Allah (وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا) “Dan berpeganglah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai.” Ada yang berpendapat,
(بِحَبْلِ اللَّهِ) “Kepada tali (agama) Allah,” Maksudnya
Adalah kepada Janji Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya
pada ayat yang akan disebutkan nanti:
ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ ) )
“Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan
tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS. Ali Imran : 112) yakni dengan
perjanjian dan perlindungan.
Firman Allah, ( وَلا تَفَرَّقُوا) “Dan
janganlah kamu bercerai-berai.” Allah
memerintahkan mereka untuk bersatu dalam jama’ah dan melarang perpecahan.
Banyak
hadits Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam yang melarang perpecahan dan memerintahkan
persatuan. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahiih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
إنَّ اللهَ يَرْضَى
لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ
وَلَا تُشْرِكُوْ بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا
وَلَا تَفَرَّقُوْا وَأَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ
وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإضَاعَةَ الْمَال
”Sesungguhnya
Allah meridhai tiga perkara bagi kalian dan membenci tiga perkara bagi kalian.
Dia ridha jika kalian (pertama)
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (kedua) berpegang teguh pada tali agama
Allah dan tidak bercerai-berai dan (ketiga)
setia kepada orang yang telah Allah serahi untuk menjalankan urusan kalian.
Dan Dia membenci bagi kalian tiga perkara, yaitu (pertama) qiila wa qaala (membicarakan berita yang belum jelas), (kedua) banyak bertanya dan (ketiga) menghambur-hamburkan harta.
[Muslim (III/1340). Muslim (no.1716)]
Firman
Allah :
(وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ )
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu
menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kalian
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian
mendapat petunjuk.”
Ayat ini
berkenaan dengan kaum Aus dan Khazraj, sebab pada masa jahiliyah dulu, di
antara mereka telah terjadi banyak peperangan, permusuhan yang sangat sengit,
rasa dengki dan dendam yang menyebabkan terjadi pembunuhan dan berbagai pertempuran.
Maka ketika
Allah Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan Islam, mereka pun memeluknya, dan
jadilah mereka bersaudara, saling mencintai karena Allah, saling menyambung
hubungan, dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah berfirman :
هُوَ
الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ*
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ
مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ
“Dia-lah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan
orang-orang mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang
yang beriman). Seandainya kamu
membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. Al Anfaal:
62-63)
Dahulu mereka berada di tepi
jurang Neraka disebabkan kekufuran mereka. Kemudian Allah menyelamatkan mereka
dengan memberi hidayah keimanan. Mereka telah diungkit-ungkit oleh Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam
pada pembagian ghanimah (harta rampasan perang) Hunain (dengan kata
lain, mereka diingatkan kembali tentang kenikmatan yang telah mereka dapatkan
dari Allah, dengan sebab diutusnya beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam. Ini
terjadi pada saat salah seorang di antara mereka mencela Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam, karena beliau
melebihkan yang lain dalam pembagian ghanimah,
padahal Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah melaksanakan
tugasnya sesuai petunjuk Allah kepadanya.
Kemudian
Beliau berseru kepada mereka:
يَا مَعْشَرَ
الْأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضُلَّالًا فَهَدَاكُمُ اللَّهُ بِي، وَكُنْتُمْ
مُتَفَرِّقِينَ فَأَلَّفَكُمُ اللَّهُ بِي، وَعَالَةً فَأَغْنَاكُمُ الله بي؟
“Wahai
sekalian kaum Anshar, bukankan aku mendapati kalian dalam kesesatan, lalu Allah
memberikan petunjuk kepada kalian melalui diriku, dan dahulu kalian dalam
keadaan terpecah-belah, kemudian Allah menyatukan hati kalian melalui diriku,
dan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah menjadikan kalian kaya melalui
diriku?
Setiap
kali Rasulullah mengatakan sesuatu, maka mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya
telah memberikan karunia (lebih dari yang disebutkan)”.
[An-Nasa-i
dalam AL-Kubra (V/91)/ Diriwayatkan juga oleh al-Bukhari (no.4330), Muslim
(no.1061). Dan ini lafazh al-Bukhari dan Muslim]
Perhatikan, bagaimana Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam
mensejajarkan nikmat persatuan setelah perpecahan itu dengan nikmat mendapatkan
petunjuk setelah tersesat dan kaya setelah miskin. Jadi, nikmat ini (persatuan
umat Islam), merupakan salah satu nikmat paling besar, maka sudah selayaknya
jika:
Pertama, Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam
sangat concern untuk mewujudkan persatuan ini dan mengupayakan agar
tidak terjadi perselisihan, umat Islam bisa satu kata, sebagaimana agama mereka
juga satu, usaha mereka untuk membela Agama Alloh sesuai dengan yang mereka
yakini juga satu.
Kedua, mereka harus mewujudkan persatuan ini dengan
menghindarkan segala hal yang menumbuhkan perpecahan, perselisihan, dan
kekacauan. Karena meyengaja melakukan hal-hal di atas, yakni persengketaan,
perselisihan, dan kekacauan tidak diragukan lagi merupakan penghancuran
terhadap umat Islam.
Firman Alloh:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا
وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ
عَذَابٌ عَظِيمٌ (١٠٥)
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyurpai
orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS.
Ali-Imron: 104-105)
Siapa yang mengatakan, ”Janganlah kalian seperti
orang-orang yang berpecah belah…..?” Siapa? Dia-lah Alloh! Alloh-lah yang
melarang kita berpecah belah atau menjadi seperti orang-orang yang telah
berpecah belah. Ini ayat ini juga menunjukan bahwa berpecah belah dalam Agama
merupakan tasyabbuh dengan orang-orang kafir yang telah mendahului kita
berpecah belah.
Allah berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ
نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى
الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ
وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (١٣)
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Agama, apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh apa yang telah Kami wahyukan kepadamu,
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrohim, Musa dan Isa, yaitu
tegakkanlah Agama dan jangan berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik, agama yang kamu seru mereka kapadanya. Allah menarik
kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)” (QS. Asy-Syuro: 13)
Perhatikan! “Tegakkanlah Agama dan jangan berpecah belah
di dalamnya” yakni dalam Agama. “Terasa
berat bagi orang-orang kafir apa yang kamu serukan kepada mereka.” Pada ayat di atas, terlebih dulu Alloh
menyebutkan Rosul pertama, yaitu Nuh, kemudian mengakhirinya dengan menyebut
Rosul terakhir, yaitu Muhammad Sholallohu’alaihi wa sallam.
Alloh berfirman kepada Nabi-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا
شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (١٥٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah Agamanya dan
mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung
jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada
Alloh, kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat.” (QS. Al-An’am: 159)
6 Hal
Yang Dapat Kita Raih Dari Ukhuwah Islamiyyah
Merajut
dan menjaga ukhuwah Islamiyyah memiliki banyak sekali kebahagiaan. Di
antaranya:
1. Orang-orang
yang merajut ukhuwah Islamiyyah akan merasakan lezatnya iman. Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم
- قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal,
barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu)
menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai
seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran
sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari)
2.
Orang-orang yang merajut ukhuwah Islamiyyah akan mendapat naungan pada hari
Kiamat.
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadits qudsi:
إِنَّ اللهَ يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَينَ
الْمُتَحَابُّونَ بِجَلالِي، الْيَومَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ
إلَّا ظِلِّي
“Allah berfirman pada hari Kiamat, “Di mana orang-orang yang
saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan
naungan-Ku pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganku.”” (HR. Muslim).
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ تَعَلَي فِي ظِلِّهِ
يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ
اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِيْ
اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّي لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ،
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَضَتْ عَيْنَهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah, yaitu: pemimpin yang adil, pemuda
yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya terpaut dengan
masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan
berpisah di jalan Allah, seorang laki-laki yang dipanggil oleh seorang wanita
yang memiliki nasab dan kecantikan lalu berkata, ‘Saya takut kepada Allah’,
seorang yang bersedekah dengan rahasia sehingga tangan kirinya tidak tahu apa
yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah dikala
sendirian lalu mencucurkan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Orang yang berukhuwah Islamiyyah akan mendapatkan cinta dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Hadits tentang mengunjungi saudaranya karena Allah.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ « أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى
فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ
قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ
لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ
قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ«.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Suatu hari ada seseorang yang melakukan
perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu desa. Maka Allah
mengutus seorang Malaikat untuk menjumpainya di suatu tempat di tengah-tengah
perjalanannya. Ketika orang itu sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya:
Hendak kemana engkau? Ia menjawab: Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada
di desa ini. Malaikat kembali bertanya: Apakah kamu ingin mendapatkan sesuatu
keuntungan darinya? Ia menjawab: Tidak, aku mengunjunginya hanya karena aku
mencintainya karena Allah. Lantas Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah telah
mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu. (HR. Muslim)
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu
‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla:
حَقَّتْ
مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ
فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي
اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ
ظِلُّهُ .
“Cinta
kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku; cinta
kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling menasehati karena Aku; cinta
kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang bersilaturrahim karena Aku. Dan
orang-orang yang saling mencintai karena Aku berada di atras mimbar-mimbar dari
cahaya di bawah naungan ‘Arsy pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali
naungan-Ku.” (HR Ahmad, no: 21052)
4.
Orang-orang yang menjalin ukhuwah Islamiyyah akan mendapat kebahagiaan di
akhirat dengan Surga.
Menjenguk
atau mengunjungi saudaranya karena Allah, berarti telah menyiapkan tempat
tinggal di Surga.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- « مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِى اللَّهِ
نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ
مَنْزِلاً
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya (karena Allah), maka akan
ada yang memanggilnya, bahwa engkau telah berbuat baik dan perjalananmu juga
baik serta engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di dalam Surga."
(HR. At-Tirmidzi no.2008, dishohihkan oleh Albani)
Saudara
yang shalih akan menjadi syafaat di akhirat kelak sehingga selamat dari neraka
dan masuk Surga. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi
Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam
memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang
berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon, ‘Wahai Rabb kami,
mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan
juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian
kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Para
mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka,
ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.…” (HR. Muslim).
Berkaitan dengan hadits ini, imam Hasan Al Bashri rahimahullah
berpesan:
”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman.
Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.”
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menasehatkan kepada
teman-temannya:
“Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah
tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan kami, hamba-Mu fulan, dulu dia
pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.” Kemudian beliau menangis.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
إن حول العرشِ
مَنابِرَ من نورٍ، عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا
شهداءَ، يَغبِطُهم النبيُّونَ والشهداءُ. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال:
هم المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله .
“Sesungguhnya
di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang
berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan
bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena
kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat
mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang
saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi
karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para
perawinya tsiqat)
5. Mereka
yang merajut Ukhuwah Islamiyyah akan meraih derajat iman yang sangat tinggi.
Rasulullah
pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda:
أَنْ
تُحِبَّ لِلهِ ، وَتُبْغِضَ لِلهِ ، وَتُعْمِلَ لِسَانَكَ فِي ذِكْرِ اللهِ . قَالَ : وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللهِ ؟
قَالَ : أَنْ تُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ ، وَتَكْرَهَ مَا تَكْرَهُ
لِنَفْسِكَ .
“…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…”
...Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul
menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai
dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu
membenci dirimu sendiri.” (HR. Al-Munziri)
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ
فِيْ اللهِ وَأَبْغَضَ فِيْ اللهِ وَأَعْطَى اللهِ وَمَنَعَ اللهِ فَقَدْ
اسْتَكْمِلَ الإِيْمَانَ
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka dia telah
menyempurnakan imannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى
الْإِيْمَانِ الْحُبُّ فِيْ اللهِ وَالْبُغْضُ فِيْ اللهِ
“Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan
membenci karena-Nya pula.” (HR. Ahmad)
6.
Merajut ukhwah Islamiyyah membuahkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika
dua orang bersaudara (seiman) saling berjumpa dan berjabatan tangan, maka
dosa-dosanya akan diampuni sebelum mereka berpisah.
Dari Al Bara’ bin ‘Azib, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ
مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ
يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua muslim itu bertemu
lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum
berpisah.” (HR. Abu Daud no. 5212, Ibnu Majah no. 3703, Tirmidzi no. 2727. Al
Hafizh Abu Thohir menyatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Adapun Syaikh Al
Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
إذا التقى المسلمان
فتصافحا ، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة .
“Jika
dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka
dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.”
(Hadis yang ditakhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if)
EmoticonEmoticon