PEMIMPIN YANG ADIL
Semua kita adalah pemimpin. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْؤُولٌ عَنْ رَاعِيَّتِهِ وَالأَمِيْرُ رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَكُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَاعِيَّتِهِ
“Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan masing-masing
dari kalian bertanggung jawab atas apa yang dia pimpin. Seorang penguasa adalah
pemimpin, (dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya). Seorang
laki-laki adalah pemimpin di lingkup keluarganya, (dan bertanggung jawab atas anggota keluarga
yang ia pimpin). Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suami dan anaknya.
Setiap dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian
bertanggung jawab atas apa yang dia pimpin.” (HR. Muslim)
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ
... ٩٠
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan...” (QS. An-Nahl [16]: 90)
Tafsir
Ibnu Katsir:
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberitakan
bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu bersikap adil dan
memotivasi mereka untuk berbuat baik, seperti firman-Nya:
وَإِنۡ عَاقَبۡتُمۡ
فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِهِۦۖ وَلَئِن صَبَرۡتُمۡ لَهُوَ خَيۡرٞ
لِّلصَّٰبِرِينَ ١٢٦
“Dan
jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. An-Nahl [16]: 126)
Dan
firman-Nya:
وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ
سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ
إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ٤٠
“Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy-Syuura [42]: 40)
2. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
ٱقۡتَتَلُواْ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَاۖ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ
فَقَٰتِلُواْ ٱلَّتِي تَبۡغِي حَتَّىٰ تَفِيٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللَّهِۚ فَإِن
فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَا بِٱلۡعَدۡلِ وَأَقۡسِطُوٓاْۖ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩
“Dan
kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap
yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut
kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kalian berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat [49]: 9)
Adil terhadap Anak
‘Amir berkata bahwa beliau mendengar An Nu’man bin Basyir
radhiyallahu ‘anhuma yang ketika itu berada di atas mimbar berkata, “Ayahku
memberikan hadiah padaku.” Lantas ibunya Nu’man, ‘Amroh bintu Rowahah berkata, “Aku tidak
ridho sampai engkau mempersaksikan hal itu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lantas Basyir
(ayah Nu’man) berkata, “Aku telah memberikan hadiah pada anak laki-lakiku dari
istriku, ‘Amroh bin Rowahah. Lalu istriku memerintah padaku untuk
mempersaksikan masalah hadiah ini padamu, wahai Rasulullah.” Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam pun bertanya pada Basyir, “Apakah engkau memberi anak-anakmu
yang lain seperti anakmu itu?” “Tidak”, begitu jawaban Basyir. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
فَاتَّقُوا اللَّهَ، وَاعْدِلُوا
بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertakwalah pada Allah. Bersikap adillah terhadap anak-anakmu.”.
An Nu’man berkata bahwa ayahnya kembali dan menarik hadiah tersebut (Muttafaqun
‘alaih). Hadits ini dibawakan Imam Bukhari dalam persaksian dalam hal hadiah.
Imam Nawawi memberi judul Bab dalam Shahih Muslim “Tidak disukai mengutamakan
hadiah pada satu anak tidak pada yang lainnya.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
bahwa sesorang berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
kemudian anak laki-lakinya datang dan ia pun menciumnya lalu mendudukannya
dalam pangkuannya. Setelah itu datang anak perempuannya dan ia pun menyuruh
duduk di depannya. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Kenapa engkau tidak menyamakan antara mereka?”
Demikianlah anak harus diperlakukan dengan adil, meskipun dalam
urusan ciuman seperti hadits tersebut di atas. Semua itu karena sikap adil akan
mencegah rasa dengki dan menghadirkan rasa cinta dan kasih sayang.
Hadits
Kelima Ratus Lima Puluh
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيْ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامُ
عَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ اللهِ تَعَلى، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ
تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ
اِمْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: ‘Tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah
di bawah naungan-Nya pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya: imam
(pemimpin) yang adil, pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah Ta’ala,
seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, dua orang yang saling
mencintai karena Allah, baik ketika berkumpul atau ketika berpisah, seorang
pria yang diajak zina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan
kecantikan maka ia berkata, ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, seorang yang
berinfaq dengan sesuatu yang ia rahasiakan sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang
berdzikir kepada Allah dalam kesendirian sehingga berlinang air matanya’.”
(Muttafaq alaih).
Hadits Kelima Ratus Lima Puluh Satu
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ. إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ: الَّذِينَ
يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.
“Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash Radhiyallahu Anhuma, ia
berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sungguh orang-orang
adil di sisi Allah ditempatkan di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Yaitu
orang-orang yang adil di dalam hukum, di dalam keluarga dan di dalam apa saja
yg dikuasakan kepada dirinya. (Diriwayatkan Muslim).
Faidah Hadits:
1.
Keutamaan berbuat adil
serta anjuran untuk melakukannya. Adil itu akan selalu memuliakan setiap muslim
yang melaksanakannya.
2.
Penjelasan tentang
kedudukan orang yang berbuat adil pada hari Kiamat.
Hadits Kelima Ratus Lima Puluh Dua
وَعَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِك رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ
وَيُحِبُّونَكُمْ ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَ يُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَ شِرَا رُ
أَ ئِمَّتِكُمْ الَّذِ يْنَ تُبْغِضُو نَهُمْ وَ يُبْغِضُو نَكُمْ ،
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ؟
قَالَ : لَا ، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ ، لَا ، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ.
قَوْلُهُ: تُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ: تَدْعُوْنَ لَهُمْ
"Dari Auf bin
Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sebaik-baik pemimpin kalian adalah para
pemimpin yang kalian cintai dan yang mencintai kalian, yang kalian semua do’akan
mereka dan mereka pun mendo’akan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian
adalah para pemimpin yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian semua, kalian melaknat mereka
dan mereka pun melaknati kalian semua’.” Auf berkata, “Kami katakan, ‘Wahai
Rasulullah, bolehkah kita menentang mereka?’ Beliau menjawab,’Tidak, selama
mereka menegakkan shalat di tengah-tengah kalian semua. Tidak, selama mereka
menegakkan shalat di tengah-tengah kalian semua’.” (Diriwayatkan Muslim).
Ungkapan تُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ artinya: kalian semua mendo’akan mereka. Seperti dalam surat
At-Taubah: 103
Allah Subhanahu wa
Ta’ala :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً
تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ
لَهُمْ
“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka.” [At-Taubah/9: 103]
Faidah Hadits:
1.
Anjuran kepada para
pemimpin agar berbuat adil kepada rakyatnya sehingga tercipta keakraban di antara
mereka.
2.
Anjuran kepada rakyat
untuk taat kepada pemimpin selama tidak dalam kemaksiatan.
3.
Sikap saling menasihati
antara pemimpin dan rakyat dapat menciptakan rasa cinta, kasih sayang, keamanan, dan ketentraman.
4.
Tetap taat kepada pemimpin
selama mereka masih menjalankan ajaran Islam dan tidak terang-terangan dalam
kekafiran.
5.
Penjelasan tentang
pentingnya shalat, karena shalat merupakan rukun dan pokok ajaran Islam.
Hadits Kelima Ratus Lima Puluh Tiga
وَعَنْ عِيَاض بْنِ حِيَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: أَهْلُ
الْجَنَّةِ ثَلاثَةٌ ، ذُو سُلْطَانِ مُقْسِطٌ مُوَفَّقٌ ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقيقُ
الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ.
“Dari Iyadh bin Himar Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ‘Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Penghuni surga ada
tiga golongan: penguasa yang adil dan mendapat taufik dari Allah, orang yang
penyayang dan berhati lemah-lembut kepada keluarga dan orang Islam, dan orang
fakir yang selalu menjaga kehormatan diri dan ia memiliki keluarga’.”
(Diriwayatkan Muslim)
Faidah Hadits:
1.
Jika Allah Ta’ala
menghendaki kebaikan bagi seorang pemimpin, Dia akan membimbingnya berbuat adil
dan berbuat baik kepada rakyatnya.
2.
Anjuran untuk bersikap
lemah lembut kepada orang lain.
3.
Anjuran untuk menjauhi
meminta-minta serta perintah mencari rezeki dengan usaha.
4.
Di antara tanda calon
penghuni surga adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji seperti
sifat-sifat yang disebutkan.
EmoticonEmoticon