Orang-orang musyrik pada saat itu sangat geram terhadap orang-orang yang telah memeluk Islam. Mereka melakukan berbagai metode untuk menjeggal berkembangnya Islam dan kaum Muslimin di tengah-tengah mereka. Akan
tetapi, manakala mereka melihat bahwa metode-metode yang ditempuh tidak menuai hasil
sama sekali dalam upaya mengagalkan dakwah Islamiyyah; mereka mengadakan pertemuan
sekali lagi untuk memusyawarahkan hal tersebut antar sesama mereka. Akhirnya,
mereka memutuskan untuk melakukan penyiksaan terhadap kaum Muslimin dan menguji
din mereka. Tindakan yang diambil pertama kali adalah bergeraknya
masing-masing kepala suku untuk menginterogasi siapa saja yang masuk Islam dari
kabilah mereka, kemudian ditindaklanjuti oleh bawahan dan kroco-kroco mereka.
Maka mulailah mereka mendera kaum Muslimin dengan berbagai siksaan yang membuat
bulu kuduk merinding dan hati tersayat-sayat mendengarnya.
Adalah Abu Jahal, bila mendengar
seorang lelaki masuk Islam, dari kalangan bangsawan serta memiliki kekuatan,
maka dia mencaci, menghina serta mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan
membuatnya mengalami kerugian materi dan psikologis. Sedangkan bila orang
tersebut lemah maka dia menggebuk dan menghasutnya.
Utsman bin Affan digulung oleh
pamannya dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari
bawahnya
Mush’ab bin Umair, manakala ibunya
mengetahui keislamannya, dia membiarkan dirinya kelaparan dan mengusirnya dari
rumah padahal sebelumnya termasuk orang yang hidup serba kecukupan. Lantaran
tindakan ibundanya tersebut, kulitnya menjadi bersisik layaknya kulit ular.
Shuhaib bin Sinan ar-rumi disiksa
hingga kehilangan ingatan dan tidak menyadari apa yang dibicarkannya sendiri.
Lain lagi halnya dengan Bilal, budak
milik Umayyah bin Khalaf al-Jumaahi. Lehernya dililit dengan tali, lalu tali
tersebut diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling
sepanjang perbukitan Makkah. Akibatnya, tali tersebut meninggalkan bekas
dilehernya. Umayyah, sang majikan selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan
tongkat. Kadang ia dipaksa duduk dibawah teriknya sengatan matahari. Ia juga
pernah dipaksa kelaparan. Puncak dari itu semua adalah saat dia dibawa keluar
di siang hari yang sangat panas, kemudian dilemparkan ditanah lapang berkerikil
di kota Makkah. Setelah itu ia ditindih dengan batu besar pada bagian dadanya.
Ketika itu Umyyah berkata kepadanya, “Demi Allah, engkau akan tetap mengalami
kondisi seperti ini sampai engkau mati atau engkau berpaling dari (ajaran)
Muhammad dan menyembah Latta dan Uzza[1]”.
Meskipun dalam kondisi demikian, ia berteriak, “Allah Maha Esa, (Allah) Maha
Esa” Mereka terus menyiksa hingga suatu hari Abu Bakar melewatinya, lalu
membelinya dan menukarnya dengan seorang budak berkulit hitam.
Ada riwayat yang mengatakan, (dia
dibeli) sebesar tujuh uqiyyah (satu uqiyyah = 12 dirham atau 28 gram
perak, pent.) atau lima Uqiyyah dari perak, kemudian beliau memerdekakannya.
Tak jauh dengan Ammar bin Yasir,
mantan budak milik Bani Makhzum –yang telah merdeka- beserta keluarganya radhiyallahu
‘anhu. Dia, ayah dan ibunya masuk islam tak luput dari penganiayaan. Mereka
diseret keluar menuju tanah lapang oleh kaum Musyrikin yang dipimpin Abu jahal
di siang hari yang sangat panas dan menyengat. Mereka menyiksa keluarga
tersebut dengan panasnya cuaca. Ketika mereka sedang menjalani siksaan, Nabi
SAW melintas di hadapan mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga
Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.”
Yasir sang
Ayah, meninggal dunia dalam siksaan tersebut sedangkan ibunya, Summayyah,
ditusuk oleh Abu Jahal pada kemaluannya dengan tombak hingga meninggal dunia.
Dialah wanita pertama yang mati Syahid dalam Islam. Setelah itu, kaum musyrikin
meningkatkan frekuensi siksaan mereka terhadap Ammar; terkadang dengan
menjemurnya saja, terkadang dengan meletakkan batu besar yang panas dan merah
membara diatas dadanya dan terkadang dengan membenamkan mukanya kedalam Air.
Kala itu mereka berkata kepadanya, “Kami akan terus menyiksamu hingga engkau
mencaci Muhammad atau mengatakan sesuatu yang baik terhadap lata dan uzza.
Maka, diapun dengan terpaksa menyetujui hal itu. Setelah kejadian itu, dia
mendatangi Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam sambil menangis dan
meminta maaf atas hal tersebut kepada beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam.
Ketika itu, turunlah Ayat:
مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ
بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia
mendapat kemurkaan dari Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal
hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)…” (An-Nahl
: 106)
Abu Fakihah -namanya Alfah- seorang
budak dari Bani Abdi ad-Dar dijerembabkan kaum musyrikin ke tanah yang melepuh
oleh terik matahari, kemudian punggungnya ditindih dengan sebuah batu besar
hingga tak dapat bergerak lagi. Dia dibiarkan dalam keadaan demikian sampai
hilang ingatan. Suatu kali, mereka mengikat kakinya dengan tali, lalu menyeret dan melemparkannya ke tanah
yang melepuh oleh terik matahari seperti yang dilakukan terhadapnya sebelum
itu, kemudian mencekiknya hingga mereka mengira dia telah mati. Saat itu, Abu
Bakar melewatinya lalu membeli dan memerdekakannya semata-mata karena Allah subhanahu
wa ta’ala.
Khabbab bin al-Arat, budak milik Ummi
Anmar binti Siba’ al-Khuza’iyyah disiksa oleh kaum Musyrikin dengan aneka
siksaan; rambutnya mereka jambak dengan sangat keras, lehernya mereka tarik
dengan kasar lalu melemparkannya ke dalam api yang membara kemudian –dalam kondisi
demikian- jasadnya mereka tarik-tarik sehingga api itu terpadamkan oleh lemak
yang meleleh dari punggungnya.
Dari kalangan budak perempuan,
tersebut nama-nama seperti Zunairah, an-Nahdiyyah dan Ummu Ubais yang masuk
Islam. Kaum musyrikin melakukan penyiksaan pula terhadap mereka seperti yang
telah dilakukan terhadap para sahabat sebelumnya di atas.
Seorang budak perempuan milik Bani
Muammal –yaitu salah satu marga dari suku-suku Bani Adi- dipukul oleh Umar bin
al-Khaththab, kala ia masih musyrik, dan manakala merasa bosan, dia berkata,
“Tidaklah aku berhenti memukulmu kecuali karena bosan.”
Semua budak-budak wanita tersebut
dibeli oleh Abu Bakar kemudian dimerdekakannya sebagaimana yang telah
dilakukannya terhadap Bilal dan Amir bin Fuhairah.
Kaum musyrikin juga pernah membungkus seorang
sahabat dengan kulit unta dan sapi, kemudian melemparkannya ke atas tanah yang
panas oleh terik matahari. Sedangkan sebagian yang lain, pernah mereka kenakan
baju besi lantas dilemparkan keatas batu besar yang memanas.
Daftar para korban yang disiksa karena
membela agama Allah demikian panjang dan kisah mereka amatlah mengharukan.
Alhasil, siapa saja yang mereka ketahui telah memeluk Islam maka tak ayal gerak-geriknya
akan dihadang dan disakiti.
EmoticonEmoticon