Iman bisa bertambah dan berkurang
Sudah menjadi kesepakatan para ulama
ahlussunnah wal jama’ah bahwasanya iman bisa bertambah dan juga bisa berkurang.
Sebagaimana perkataan imam Bukhari bahwasanya beliau berkata;
لَقَيْتُ
أَكْثَرُمِنْ أَلْفِ رَجُلٍ مِنَ العُلَمَاءِ بِالأَمْصَارِ فَمَا رَأَيتُ
يَخْتَلِفُ فِي أَنَّ الإِيمَانَ قَولٌ وَعَمَلٌ يَزِيدُ وَ يَنقُصُ
”Telah aku temui lebih dari seribu ’ulama di
banyak negeri, tidak satupun dari mereka yang berselisih bahwa iman adalah qowl
wa ’amal (perkataan dan perbuatan), bisa bertambah dan bisa berkurang.”
Sesungguhnya iman yang ada dalam
diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Terdapat banyak
sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hal ini. Adapun
dalil-dalil dari al-Qur’an antara lain:
Alloh swt berfirman:
"Dan apabila diturunkan suatu
surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata:
"Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat
ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya,
dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)
Alloh swt berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2-4)
3
Alloh swt berfirman:
"Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di
samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath: 4)
Adapun
dalil-dalil dari as-Sunnah adalah sabda Rasululloh
sebagai berikut:
Dari ’Abdulloh bin ’Amr bin
Al-’Ash , bahwa Rasululloh bersabda:
إِنَّ الإِيمَانَ
لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُم كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبَ الخَلِقَ فَاسْئَلُ
اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ
”Sesungguhnya iman itu
bisa lapuk dalam rongga salah seorang dari kalian sebagaimana lapuknya baju.
Maka hendaknya kalian meminta kepada Alloh agar Dia memperbaharui iman
dalam hati-hati kalian.” (HR. Hakim, Thobroni dan lainnya)
Dalam
hadits yang mulia ini, Rasululloh
menyatakan dua perkara:
- Bahwa iman itu bisa berkurang sedikit demi sedikit.
- Bahwa iman itu dapat diperbaharui, ditumbuhkan atau diperkuat.
Oleh karena itu penting untuk kita mengetahui
sebab-sebab yang dapat mengurangi imannya sehingga sebab-sebab itu sirna
darinya, dan kita juga harus mengetahui sebab-sebab bertambahnya iman sehingga
dapat memperkuat iman kita.
مَنْ رَأَى
مِنْ كُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَالِكَ أَضْعَفُ
الإِيْمَانِ
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka
hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya,
jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR.
Bukhari)
Hadits
ini menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam mencegah kemungkaran dan ia adalah
bagian dari iman. Hadits ini menafikan iman dari seseorang yang tidak mau
melakukan tingkatan terendah dari tingkatan nahi munkar yaitu merubah
kemungkaran dengan hati. Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat hadits,
“Dan tidak ada sesudahnya
sebiji sawi pun dari iman.” (HR. Muslim)
Rasululloh
bersabda,
الإِيْمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةٌ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا
إِلَهَ إلَّا اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالحَيَاءُ
شُعْبَةٌ مِنَ الإيْمَانِ
“Iman itu
memiliki tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang lebih. Cabangnya yang paling
utama adalah ucapan “La Ilaha illalloh” dan cabangnya yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu
cabang dari iman.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa iman
itu terdiri dari cabang-cabang yang bermacam-bermacam, dan setiap cabang adalah
bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling
utama adalah ucapan “La Ilaha Illalloh” kemudian cabang-cabang sesudahnya
secara berurutan dalam nilai dan fadhilahnya sampai pada cabang yang terakhir
yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.
Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa,
haji dan amalan-amalan hati seperti rasa malu, tawakkal, khosyah dan
sebagainya, yang kesemuanya itu dinamakan iman. Sejalan dengan pengamalan
cabang-cabang iman itu, maka iman bisa bertambah dan bisa berkurang.
Dalil-dalil dari atsar para
Shahabat.
‘Umar bin Khoththob ra berkata:
هَلُمُّوْا
نَزْدَدْ إِيْمَانًا
“Marilah ke sini, agar kita menambah
keimanan”
‘Abdulloh bin Mas’ud ra
berkata:
إِجْلِسُوْابِنَا
نَزْدَدْ إِيْمَانًا
“Marilah duduk bersama kami agar
kita dapat menambah keimanan”
Mu’adz bin Jabal ra
berkata:
إِجْلِسْ
بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً
“Marilah duduk sejanak bersama kami
untuk menambah keimanan”
‘Abdulloh bin Rawahah
Diriwayatkan
bahwa ‘Abdulloh bin Rawahah biasa menggandeng tangan shahabatnya dan berkata, ‘Marilah
kita beriman sesaat. Marilah kita berdzikir kepada Alloh dan menambah keimanan.
Marilah kita berdzikir kepada Alloh dengan mentaati-Nya semoga Dia mengingat
kita dengan mengampuni kita.”
Maksud mereka dengan perkataan tersebut adalah mengajak
untuk berkumpul di majelis ‘ilmu untuk mengingat Alloh swt, mejelis yang dapat
menambah keimanan. Mengingat tentang kebesaran Alloh swt, mengingat tentang
halal dan haram, belajar Agama Alloh swt, dan lain-lain akan menambah keimanan
seseorang dan menghilangkan sifat lalai dari dirinya
Ibnu ‘Abbas ra berkata;
اللهُمَّ
زِدْنًا إِيْمَانًا وَيَقِينًا وَفِقْهًا
“Ya Alloh,
tambahkanlah iman, keyakinan dan pemahaman kepada kami!” (HR. Ahmad,
Ibnu Baththah, al-Ajurriy, dan Ibnu Hajar)
Abu Darda ra berkata;
الإِيمَانُ
يَزْدَادُ وَيَنْقُصُ
”Iman bisa
bertambah dan berkurang.”
((HR. Ahmad, Ibnu Baththah, Ibnu
Majjah dan al-Lalika’i)
Abu Hurairah ra berkata;
الإِيمَانُ
يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
”Iman bisa
bertambah dan juga berkurang.” (HR. Ahmad, Ibnu Baththah, al-Ajurriy,
al-Lalika’i)
Abdu Darda mengatakan;
“Di
antara tanda kefahaman agama seseorang adalah ia mengetahui apakah imannya
bertambah ataukah berkurang.”
‘Umair bin Hubaib al-Khitomi
berkata: “Iman itu bertambah dan berkurang.”
Dia ditanya: “Apa yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya?” Dia menjawab:
“Apabila kita berdzikir kepada Alloh
, memuji-Nya dan bertasbih kepada-Nya maka
itulah bertambahnya iman. Dan apabila kita lalai, menyia-nyiakan dan
melupkan-Nya, maka itulah berkurangnya iman.”
‘Abdurrahman bin ‘Amr al-Auza’I
, salah seorang imam tabi’in pernah ditanya
tentang keimanan, apakah ia bisa bertambah? Beliau menjawab: “Betul (bisa
bertambah) sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa
berkurang?” Beliau menjawab, “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
Demikian pula Imam Ahlussunnah wal
jama’ah, Ahmad bin Hanbal
pernah
ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab:
“Iman bisa bertambah sampai puncak langit yang ke tujuh dan bisa berkurang sampai
lapis bumi yang ke tujuh.” Beliau juga mengatakan: Iman itu terdiri atas ucapan
dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan,
maka imanmu akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka imanmu
pun berkurang.”
Demikian beberapa dalil dari al-Qur'an, Sunnah dan juga perkataan para shahabat dan para ulama yang lainnya mengenai bertambah dan berkurangnya iman dalam diri sesorang. Jadi jelaslah bahwa iman itu bersifat yazid wa yanqush (bertambah dan berkurang)
diposkan oleh: Ana Cilacap
EmoticonEmoticon