BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN

April 30, 2013

Iman bisa bertambah dan berkurang

Sudah menjadi kesepakatan para ulama ahlussunnah wal jama’ah bahwasanya iman bisa bertambah dan juga bisa berkurang. Sebagaimana perkataan imam Bukhari bahwasanya beliau berkata;
لَقَيْتُ أَكْثَرُمِنْ أَلْفِ رَجُلٍ مِنَ العُلَمَاءِ بِالأَمْصَارِ فَمَا رَأَيتُ يَخْتَلِفُ فِي أَنَّ الإِيمَانَ قَولٌ وَعَمَلٌ يَزِيدُ وَ يَنقُصُ
”Telah aku temui lebih dari seribu ’ulama di banyak negeri, tidak satupun dari mereka yang berselisih bahwa iman adalah qowl wa ’amal (perkataan dan perbuatan), bisa bertambah dan bisa berkurang.”
            Sesungguhnya iman yang ada dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Terdapat banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hal ini. Adapun dalil-dalil dari al-Qur’an antara lain:

Alloh swt berfirman:
  "Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)

Alloh swt berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2-4)
3
Alloh swt berfirman:
"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath: 4)

            Adapun dalil-dalil dari as-Sunnah adalah sabda Rasululloh  sebagai berikut:

Dari ’Abdulloh bin ’Amr bin Al-’Ash , bahwa Rasululloh  bersabda:
إِنَّ الإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُم كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبَ الخَلِقَ فَاسْئَلُ اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيْمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ
Sesungguhnya iman itu bisa lapuk dalam rongga salah seorang dari kalian sebagaimana lapuknya baju. Maka hendaknya kalian meminta kepada Alloh agar Dia memperbaharui iman dalam hati-hati kalian.” (HR. Hakim, Thobroni dan lainnya)  

            Dalam hadits yang mulia ini,  Rasululloh  menyatakan dua perkara:
  1.  Bahwa iman itu bisa berkurang sedikit demi sedikit.
  2. Bahwa iman itu dapat diperbaharui, ditumbuhkan atau diperkuat.

Oleh karena itu penting untuk kita mengetahui sebab-sebab yang dapat mengurangi imannya sehingga sebab-sebab itu sirna darinya, dan kita juga harus mengetahui sebab-sebab bertambahnya iman sehingga dapat memperkuat iman kita.

مَنْ رَأَى مِنْ كُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَالِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Bukhari)

            Hadits ini menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam mencegah kemungkaran dan ia adalah bagian dari iman. Hadits ini menafikan iman dari seseorang yang tidak mau melakukan tingkatan terendah dari tingkatan nahi munkar yaitu merubah kemungkaran dengan hati. Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat hadits, “Dan tidak ada sesudahnya sebiji sawi pun dari iman.” (HR. Muslim)
            Rasululloh  bersabda,
الإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةٌ، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إلَّا اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيْمَانِ
“Iman itu memiliki tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang lebih. Cabangnya yang paling utama adalah ucapan “La Ilaha illalloh” dan cabangnya yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim)

            Hadits ini menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari cabang-cabang yang bermacam-bermacam, dan setiap cabang adalah bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling utama adalah ucapan “La Ilaha Illalloh” kemudian cabang-cabang sesudahnya secara berurutan dalam nilai dan fadhilahnya sampai pada cabang yang terakhir yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.
            Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa, haji dan amalan-amalan hati seperti rasa malu, tawakkal, khosyah dan sebagainya, yang kesemuanya itu dinamakan iman. Sejalan dengan pengamalan cabang-cabang iman itu, maka iman bisa bertambah dan bisa berkurang.

Dalil-dalil dari atsar para Shahabat.
‘Umar bin Khoththob ra berkata:
هَلُمُّوْا نَزْدَدْ إِيْمَانًا
“Marilah ke sini, agar kita menambah keimanan”

‘Abdulloh bin Mas’ud ra berkata:
إِجْلِسُوْابِنَا نَزْدَدْ إِيْمَانًا
“Marilah duduk bersama kami agar kita dapat menambah keimanan”

Mu’adz bin Jabal ra berkata:
إِجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً
“Marilah duduk sejanak bersama kami untuk menambah keimanan”

‘Abdulloh bin Rawahah
Diriwayatkan bahwa ‘Abdulloh bin Rawahah biasa menggandeng tangan shahabatnya dan berkata, ‘Marilah kita beriman sesaat. Marilah kita berdzikir kepada Alloh dan menambah keimanan. Marilah kita berdzikir kepada Alloh dengan mentaati-Nya semoga Dia mengingat kita dengan mengampuni kita.”

Maksud mereka dengan perkataan tersebut adalah mengajak untuk berkumpul di majelis ‘ilmu untuk mengingat Alloh swt, mejelis yang dapat menambah keimanan. Mengingat tentang kebesaran Alloh swt, mengingat tentang halal dan haram, belajar Agama Alloh swt, dan lain-lain akan menambah keimanan seseorang dan menghilangkan sifat lalai dari dirinya

Ibnu ‘Abbas ra berkata;
اللهُمَّ زِدْنًا إِيْمَانًا وَيَقِينًا وَفِقْهًا
Ya Alloh, tambahkanlah iman, keyakinan dan pemahaman kepada kami!(HR. Ahmad, Ibnu Baththah, al-Ajurriy, dan Ibnu Hajar)

Abu Darda ra berkata;
الإِيمَانُ يَزْدَادُ وَيَنْقُصُ
Iman bisa bertambah dan berkurang.”
 ((HR. Ahmad, Ibnu Baththah, Ibnu Majjah dan al-Lalika’i)

Abu Hurairah ra berkata;
الإِيمَانُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
Iman bisa bertambah dan juga berkurang.” (HR. Ahmad, Ibnu Baththah, al-Ajurriy, al-Lalika’i)

Abdu Darda mengatakan;
“Di antara tanda kefahaman agama seseorang adalah ia mengetahui apakah imannya bertambah ataukah berkurang.”

            ‘Umair bin Hubaib al-Khitomi  berkata: “Iman itu bertambah dan berkurang.” Dia ditanya: “Apa yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya?” Dia menjawab: “Apabila kita berdzikir kepada Alloh , memuji-Nya dan bertasbih kepada-Nya maka itulah bertambahnya iman. Dan apabila kita lalai, menyia-nyiakan dan melupkan-Nya, maka itulah berkurangnya iman.”
            ‘Abdurrahman bin ‘Amr al-Auza’I , salah seorang imam tabi’in pernah ditanya tentang keimanan, apakah ia bisa bertambah? Beliau menjawab: “Betul (bisa bertambah) sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa berkurang?” Beliau menjawab, “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
            Demikian pula Imam Ahlussunnah wal jama’ah, Ahmad bin Hanbal  pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab: “Iman bisa bertambah sampai puncak langit yang ke tujuh dan bisa berkurang sampai lapis bumi yang ke tujuh.” Beliau juga mengatakan: Iman itu terdiri atas ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan, maka imanmu akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka imanmu pun berkurang.”

Demikian beberapa dalil dari al-Qur'an, Sunnah dan juga perkataan para shahabat dan para ulama yang lainnya mengenai bertambah dan berkurangnya iman dalam diri sesorang. Jadi jelaslah bahwa iman itu bersifat yazid wa yanqush (bertambah dan berkurang)


diposkan oleh: Ana Cilacap

Artikel Terkait

Previous
Next Post »