Saudara-Saudaraku,
Kaum Muslimin..
Islam adalah
agama kasih sayang. Ia dibawa oleh Nabi yang penuh kasih sayang, Muhammad shallallahu
‘alayhi wa sallam. Ia berasal dari Robb yang menyayangi hamba-hamba-Nya
yang berkasih sayang. Islam adalah agama yang sangat indah. Keindahannya mampu
mengubah wajah dunia yang sangat gersang dari nilai-nilai kebaikan menjadi
lahan subur yang menumbuhkan berjuta tanaman kebaikan yang indah lagi harum
semerbak baunya.
Bagaimana
tidak, ajarannya tidak sebatas menjelaskan bagaimana memenuhi hak-hak Alloh Subhanahu
wa Ta’ala. Islam datang mengajarkan kepada manusia tentang hak-hak yang
harus ditunaikan kepada sesama mereka. Hak mendapatkan pertolongan, kasih sayang,
perhatian dan hak-hak lainnya. Maka, manusia dalam kehidupannya harus mampu
memberikan manfaat kepada orang lain.
Seorang
Muslim sejati adalah mereka yang memiliki rasa simpati dan empati terhadap
saudara-saudaranya. Dari ucapan lisannya terdengar kata-kata kebaikan. Dalam
perbuatannya terpancar rasa keprihatinan demi kebahagiaan orang lain dan
pengorbanan jiwa demi kehidupan orang yang tak beruntung. Dari akalnya terlahir
inisiatif memberi pertolongan sebelum saudaranya meminta dan memohon kepadanya.
Ia selalu
tampil sebagai pelipur lara bagi mereka yang mendapatkan musibah dunia. Ia
tidak rela melihat saudara-saudaranya mengalami kepayahan hidup di dunia. Ia
pun menjadi orang terdepan untuk menolong kaum Muslimin dari musibah yang
menimpa agama mereka, yang masih jauh dari sentuhan ajaran Islam dan yang masih
terkena kotoran-kotoran syirik dalam ibadah.
Untuk Muslim
sejati seperti inilah, Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam
memberikan kabar gembira tentang kecintaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
kepada mereka, dalam sabdanya:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى
اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ
تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ
دَيْنًا ، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا
“Manusia
yang paling dicintai Alloh adalah yang paling bermanfaat. Amal yang paling
dicintai Alloh adalah kebahagiaan yang engkau rasukkan pada seorang Muslim,
menghilangkan kesusahannya, membayar hutangnya dan menghilangkan rasa
laparnya....” (HR. Ath-Thobroni)
Saudara-Saudaraku,
Kaum Muslimin..
Benih-benih
kebaikan dunia adalah buah-buah surga. Barangsiapa mengarungi lautan panas
perbuatan baik di dunia, maka ia bisa beristirahat di bawah rindangnya
nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak.
أَهْلُ
الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الآخِرَةِ ، وَأَهْلُ
الْمُنْكَرِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِي الآخِرَةِ
Rosululloh shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pemilik kebaikan di dunia adalah
pemilik kebaikan di akhirat. Dan pelaku keburukan di dunia adalah pemilik
keburukan di akhirat.” (HR. ath-Thobroni, shohih)
Dengan
karunia-Nya, Alloh telah menyediakan pintu-pintu kebaikan bagi para hamba-Nya
yang mau meraih pintu tersebut dan membukanya. Ketika seorang Muslim turut
prihatin dengan penderitaan kaum Muslimin lainnya dan berempati pada mereka, ia
bisa mewujudkannya dengan beragam cara seperti dengan harta, kehormatan,
bantuan tenaga, nasihat dan petunjuk, dakwah, do’a dan istighfar untuk mereka
serta turut merasakan duka yang mereka alami.
Saudara-Saudaraku,
Kaum Muslimin..
Sekaranglah
saatnya kita berperan untuk agama Alloh. Karena setiap orang memiliki peluang
dengan apa yang dimilikinya untuk berbuat kebaikan di dalam agama ini. Namun,
tidak setiap orang memiliki kepekaan untuk melihat kesempatan yang akan
menentukannya melakukan kebaikan, atau menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Maka, bagi orang yang mampu memulai kebaikan, seyogyanya ia segera
melaksanakannya, karena itu termasuk kesempatan waktunya dan keuntungan
kemampuannya. Jangan ia menunda karena percaya akan mampu melaksanakannya.
Gunakanlah
setiap kesempatan untuk berbuat kebaikan semaksimal mungkin. Jangan biarkan ia
berlalu seperti angin berhembus yang hanya meninggalkan penyesalan di kehidupan
akhirat.
Seorang
Mukmin adalah orang yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain, khususnya
kepada sesama Muslim.
Wahai
saudaraku, hingga saat ini kita masih bisa bernafas lega dan diperpanjang usia.
Di depan kita terdapat pintu-pintu kebaikan sangat luas dan lebar untuk
berkhidmat kepada agama Alloh. Oleh karena itu, saat inilah, seyogyanya
memaksimalkan dan mengoptimalkan umur kita untuk menanam investasi pahala di
akhirat.
KONDISI
UMAT YANG MEMILUKAN
Saudaraku
kaum muslimin..
Kalau kita
melihat sejenak realita umat Islam di negeri ini, sungguh memprihatinkan.
Keterpurukan ruhani dan duniawi yang menyelimuti dan menggerogoti umat ini
terjadi dimana-mana. Mulai dari sihir dan perdukunan, ziarah ke kuburan para
wali yang penuh dengan nuansa kesyirikan, bendera plularisme dan liberalisme di
universitas-universitas Islam, dan berbagai keterpurukan lainnya, sehingga
dengan hal tersebut timbullah berbagai macam bencana dan azab dari Alloh Subhanahu
wa Ta’ala yang datang silih berganti, mulai dari kelaparan, bencana alam
dan hilangnya keberkahan di negeri tercinta ini.
Namun
saudaraku.. Adakah solusi untuk semua keterpurukan ruhani yang dialami umat
ini? Apakah untuk merubahnya kita perlu melakukan berbagai tindakan kekerasan
kepada para pelaku maksiat tersebut? Semisal dengan melakukan pemboman di
tempat-tempat mereka bermaksiat, atau pengeroyokan masal atau bahkan membiarkan
mereka tenggelam dalam keterpurukan sehingga kitapun ikut terpuruk dan
“kecipratan” azab dari Alloh karena akibat perbuatan dosa mereka?. Tidak,
saudaraku. Satu-satunya solusi di zaman yang penuh dengan fitnah dan kejahilan
ini adalah dengan jalan berdakwah. Ya, Dakwahlah solusinya. Dakwah menuju
kemurnian akidah dan kemurnian syari’at Islam.
Tanpa
berdakwah atau menyeru manusia kepada amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka
kemaksiatan akan merajalalela. Di samping itu adzab Alloh akan menimpa manusia.
Cobalah
renungkan sabda Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam berikut ini:
وَالَّذِى نَفْسِى
بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ
فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Dzat,
yang jiwaku berada ditangan-Nya. Sungguh, hendaklah kalian memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran atau sungguh, Alloh akan menimpakan kalian
adzab kemudian kalian berdo’a, akan tetapi tidak dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
Saudaraku
seiman, marilah selamatkan manusia dari berbagai bencana dengan berdakwah.
Marilah kita selamatkan saudara-saudara kita dari sengatan api neraka jahannam
dengan memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Saudaraku,
sudikah kita melihat saudara-saudara kita digiring ke api neraka jahannam?
Sudikah kita membiarkan saudara-saudara kita dibakar ke dalam api neraka
jahannam?
Wahai
saudaraku seiman, untuk menopang kesuksesan dakwah Islam tentu dibutuhkan
penopang yang kuat. Tanpa adanya penopang ini, cahaya dakwah tak akan bersinar
terang, bahkan bisa jadi meredup.
Bentuk
khidmah dan pengorbanan untuk menopang dakwah dan kejayaan Islam sangat beragam
dan variatif, di antaranya:
1. Rela
mengorbankan jiwa dan raga untuk dakwah dan kejayaan Islam.
Orang-orang
yang benar-benar cinta, tentu akan terus mencari waktu dan kesempatan untuk
dapat mengorbankan seluruh harta bahkan jiwa raganya, demi sang tambatan hati.
Begitulah
yang dilakukan oleh para sahabat yang menjalin cinta sejati kepada Islam. Kisah
pengorbanan mereka untuk kejayaan Islam tertulis dalam tinta emas sejarah Islam.
Berikut ini,
kami paparkan secara sepintas tentang bagaimana formulasi ghiroh (semangat
berkorban) dan cinta kasih para sahabat terhadap pembelaan kepada Islam dan
pembawa risalah Islam, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Pada waktu
perang Uhud, sebagian dari pasukan pemanah tidak mentaati perintah Rosululloh shallallahu
‘alayhi wa sallam. Disebabkan tergiur oleh harta rampasan perang yang
berlimpah sehingga mereka rela meninggalkan posisi mereka di bukit Uhud.
Tragisnya,
hal ini diketahui oleh pasukan musuh (Kaum Quraisy). Maka serempak mereka
mendaki bukit di bawah komando Khalid bin Walid.
Dalam waktu
singkat Khalid bin Walid dapat menguasai medan pertempuran dan
mencerai-beraikan pasukan kaum Muslimin, hingga akhirnya yang masih bertahan
tinggal dua belas orang beserta Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Namun,
pasukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam ini pun berhasil
diketahui oleh pasukan kaum musyrikin, maka diseranglah pasukan kaum muslimin
habis-habisan.
Marilah kita
telaah riwayat yang disampaikan oleh Imam Nasa’i. Diriwayatkan dari Jabir bin
Abdullah, dia berkata,
لَمَّا كَانَ
يَوْمُ أُحُد وَوَلَى النَّاسُ كَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه و سلم فِي
نَاحِيَةٍ فِي اثْنَى عَشَرَ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ وَفِيْهِمْ طَلْحَة بنُ
عُبَيْدِ الله فَأَدْرَكَهُمُ الْمُشْرِكُوْنَ فَالْتَفَتَ رسولُ الله صلى الله
عليه و سلم وقالَ مَنْ لِلْقَوْمِ فقالَ طلحة أَنَا قالَ رسولُ الله صلى الله عليه
و سلم كَمَا أنتَ فقالَ رجلٌ مِنَ الْأنصَارِ أنَا يا رسولَ اللهِ فقالَ أنتَ
فقَاتَلَ حتى قُتِلَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَإِذَا المشركُون فقالَ مَنْ لِلْقَوْمِ فقالَ
طلحة أنا قالَ كَمَا أنتَ فقالَ رَجُلٌ مِنَ الأنصَارِ أنا فقالَ أنتَ فقَاتَلَ
حتى قُتِلَ ثم لَمْ يَزَلْ يقولُ ذلك وَيَخْرُجُ إلَيْهِمْ رَجُلٌ مِنَ الأنصار
فَيُقَاتِلُ قِتَالَ مَنْ قَبْلَه حتى يُقْتَلَ حتى بَقِيَ رسولُ الله صلى الله
عليه و سلم وطلحةُ بن عبيدِ الله فقالَ رسولُ الله صلى الله عليه و سلم مَنْ
لِلْقوم فقالَ طلحة أنا فقاتَلَ طلحة قِتَالَ الأَحَدَ عَشَرَ حتى ضُرِبَتْ يَدُه
فقُطِعَتْ أَصَابِعُه فقالَ حس .
“Di waktu
perang Uhud, dimana umat Islam sudah pada lari tunggang langgang (meninggalkan
medan pertempuran). Maka pasukan yang tersisa tinggal dua belas orang ditambah
dengan Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam, termasuk di dalamnya
adalah Thalhah bin Ubaidillah. Pasukan Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa
sallam ini pun kemudian diketahui oleh kaum Quraiys dan akhirnya diserang.
Menghadapi
masalah ini akhirnya beliau menoleh kepada dua belas orang sahabat beliau
seraya berkata, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya,
wahai Rosululloh!’ Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya
lagi, ‘Siapa lagi selain Thalhah?’ Salah seorang Anshar berkata,’Saya, wahai
Rosululloh!’ Rosululloh n menjawab, ‘Ya kamu!’ Lalu orang itu maju ke medan
laga dan ia pun gugur sebagai syahid.
Kemudian
beliau menoleh lagi, tiba-tiba kaum musyrik ini hendak melancarkan serangan.
Maka Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya, ‘Siapa yang akan
menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya, wahai Rosululloh !’ Rosululloh shallallahu
‘alayhi wa sallam bertanya lagi, ‘Siapa lagi selain Thalhah?’ Salah seorang
Anshar berkata,’Saya, wahai Rosululloh!’ Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa
sallam menjawab, ‘Ya kamu!’ Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun
gugur sebagai syahid.
Dan
begitulah seterusnya, sampai akhirnya yang tersisa dari dua belas orang pasukan
kaum muslimin di samping Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah
Thalhah bin Ubaidillah.
Maka kala
itu Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya, ‘Siapa yang akan
menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya, wahai Rosululloh!’ Maka Thalhah pun
maju ke arena peperangan menggantikan ke sebelas syuhada pasukan kaum muslimin.
Ketika
tangnnya terkena pukulan dan hantaman musuh, serta jari-jemarinya tertebas oleh
pedang mereka, Thalhah hanya berkomentar, ‘Ini sekedar gigitan belaka’..” (HR.
An-Nasa’i)
Diriwayatkan
Imam Bukhari dari Qois, dia berkata,
رَأَيْتُ يَدَ
طَلْحَةَ شَلَّاءَ وَقَى بِهَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ
أُحُدٍ
‘Aku melihat
tangan Thalhah tidak dapat digerakkan, karena rasa mahabbahnya (cintanya) untuk
melindungi Nabi Muhammad di perang Uhud.” (HR. Bukhari)
Bahkan lebih
dari itu. Thalhah tidak hanya cidera di tangan, tetapi juga sekujur tubuhnya
menderita luka-luka. Ada yang mengatakan sampai tujuh puluh tusukan.
Diriwayatkan
dari Abu Bakar, dia berkata, ‘Maka kami menemui Thalhah di sebuah parit.
Astaghfirullah! Ternyata terdapat tujuh puluh lebih bekas tusukan anak panah
maupun pukulan pada tubuhnya.” (HR. Abu Daud)
Dan apabila
Abu Bakar terkenang kembali pada peristiwa Uhud, maka beliaupun meneteskan air
mata dan berkata, ‘Hari itu sepenuhnya adalah milik Thalhah.’ (HR. Abu Daud)
2. Rela
mengorbankan hartanya untuk dakwah dan kejayaan Islam.
Saudaraku
seiman, tahukah bagaimana pengorbanan Abu Bakar dan Umar untuk dakwah dan
kejayaan Islam?
Sungguh
tangan kedermawanan mereka berdua bak angin berhembus. Keduanya tak takut
hartanya musnah dan habis untuk dishodakohkan untuk kepentingan umat Islam.
Sebab mereka berdua paham dan yakin bahwa balasan dan pahala di sisi Alloh tak
sebanding dengan harta yang mereka infakkan.
Abu Dawud
dan Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab, dia berkata,
أَمَرَنَا رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا أَنْ نَتَصَدَّقَ فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالاً
عِنْدِى فَقُلْتُ الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا
فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا
أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ». قُلْتُ مِثْلَهُ.
قَالَ وَأَتَى
أَبُو بَكْرٍ - رضى الله عنه - بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- « مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ ». قَالَ أَبْقَيْتُ لَهُمُ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ. قُلْتُ لاَ أُسَابِقُكَ إِلَى شَىْءٍ أَبَدًا.
"Rosululloh
shallallahu ‘alayhi wa sallam menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah.
Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan: hari ini saya
akan mengalahkan Abu Bakar, dimana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar
sebelum ini.
Saya datang
kepada Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk menginfakkan
separuh dari harta milik saya. Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam
bertanya kepada saya: "Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu."
Saya katakan kepada Rosululloh bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya
infakkan.
Kemudian Abu
Bakar datang kepada Rosululloh dengan menginfakkan semua hartanya. Rosululloh shallallahu
‘alayhi wa sallam menanyakan padanya, "Lalu apa yang kau sisakan untuk
keluargamu?" "Saya menyisakan untuk mereka Alloh dan
Rosululloh." Saya berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin untuk mengalahkannya
dalam segala hal untuk selamanya.
Utsman bin
Affan dikenal sebagai seorang sahabat yang kaya raya dan sangat dermawan. Suatu
ketika, kaum muslimin di Madinah pernah kekurangan air karena kemarau yang
panjang dan mereka membutuhkan penggalian sumur yang banyak airnya.
Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam menyeru kaum muslimin untuk membuat sumur seraya
bersabda:
« مَنْ يَحْفِرْ بِئْرَ رُومَةَ
فَلَهُ الْجَنَّةُ » . فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ .
"Barangsiapa
yang menggali sumur ‘Rumah’ (nama tempat), maka baginya surga!" Lalu
datanglah 'Utsman untuk membiayai
pembuatan sumur tersebut. (HR. Bukhari)
Pada lain
waktu, kota Madinah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan
sangat mahal karena kelangkaannya. Di tengah kelangkaan bahan pangan tersebut
datanglah iring-iringan kafilah dagang 'Utsman bin 'Affan dari Syam, berupa
seribu ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak dan anggur.
Mendengar
hal tersebut, para pedagang di Madinah serentak mendatangi 'Utsman untuk membeli
bahan pangan yang dibawanya. Maka 'Utsman berkata kepada mereka, "Berapa
kalian mampu membeli barang dagangan tersebut?" sebagian menjawab,
"Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya!"
'Utsman
bertanya, 'Siapa yang sanggup membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari
harga belinya?" Mereka berkata, "Siapa yang sanggup dengan harga
sebesar itu? Ini sungguh harga yang sangat mencekik!" maka 'Utsman
berkata, "Sesungguhnya Alloh menjanjikan kepadaku untuk memberikan
keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dengan firman-Nya:
مَنْ جَاءَ
بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا
يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa
membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).” (QS.
al-An'am [6]: 160)
Kemudian
beliau melanjutkan, "Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?"
Mereka menjawab, "Tidak!" Maka 'Utsman berkata, "Persaksikanlah
oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi para fuqara'
Madinah!"
Saudaraku
seiman, betapa indah memberi harta kepada orang lain, betapa baik shadaqoh,
betapa mulia pemberian. Alloh Subhanahu wa Ta’ala memiliki malaikat yang
senantiasa mendo’akan bagi orang yang bersahadaqoh supaya harta yang ia
donasikan (berikan) akan diganti oleh-Nya.
Ia berkata
dengan tulus, “Ya Alloh berilah orang yang membelanjakan sebagaian harta di
jalan Alloh pengganti.”
Ajaib dan
sungguh menakjubkan! Anda akan berdecak takjub membaca kisah-kisah yang dialami
oleh orang yang bersedekah dan berinfak.
Percayakah Anda
bahwa shodaqoh dan infak mampu membuat seseorang secara tiba-tiba terbebas dari
penyakit parah, bahkan waktu itu dia telah memasuki ruang ICU (unit gawat
darurat)? Percayakah Anda bahwa shodaqoh dan infak bisa membebaskan seseorang
dari serangan sihir yang mematikan? Percayakah Anda bahwa shodakoh dan infak
suatu ketika menjadikan seseorang mendapat rezeki nomplok yang tiada terduga?
Percayakah Anda bahwa shodaqoh dan infak mampu membuat seseorang terbebas dari
lilitan hutang yang merisaukan pikiran dan hatinya? Serta kejadian-kejaidan
luar biasa yang lain yang dituturkan oleh orang-orang yang bershodaqoh dan
infak.
Saudaraku
seiman, untuk membuktikan keajaiban shodaqoh dan infak, marilah kita merenungi
keutamaan shodaqoh dan infak sebagai berikut:
1) Harta
yang digunakan untuk sedekah tidak akan pernah berkurang bahkan menjadi berkah
dan bertambah.
Logika
manusiawi menyatakan bahwa harta yang dikeluarkan oleh seseorang, niscaya akan
berkurang. Lima ratus ribu rupiah yang ia keluarkan dari kantongnya tentunya
mengurangi jumlah tabungan yang biasa ia simpan di bank.
Akan tetapi,
Alloh dan Rosul-Nya menyatakan bahwa uang yang diinfakkan seseorang tak akan
berkurang.
وَمَا أَنْفَقْتُمْ
مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah
pemberi rizki yang sebaik-baiknya" (QS. Saba:39)
أُحَدِّثُكُمْ
حَدِيْثًا ثَلاثًا أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ : مَا نَقَصَتْ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ
"Saya
beritakan kepada kalian suatu hadits, ada tiga kelompok saya bersumpah atas
mereka: tidak akan berkurang harta yang digunakan untuk sedekah" (HR.
Muslim)
Ibnul Jauzi
meriwayatkan dari Ibnu Abi Hazim dari ayahnya, ia berkata, “Suatu sore Aisyah
didapati tengah berpuasa. Ia tidak memiliki sesuatupun untuk berbuka kecuali
dua buah roti.
Kemudian
datang seorang pengemis, lalu ia memerintahkan kepada pembantunya untuk
memberikan pengemis itu sebuah roti. Kemudian datanglah seorang pengemis lagi,
dan ia memerintahkan kepada pembantunya untuk memberikan roti yang satunya
lagi.
Pembantunya
merasa enggan untuk memberikan roti tersebut kepada pengemis tadi. Maka
Aisyahpun memberikan sendiri roti tersebut dari bawah hijab.
Pembantunya
bertanya, “Lihatlah, dengan apa Anda akan berbuka puasa?” Pada sore harinya,
tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aisyah bertanya, “Siapa itu?”
Orang tersebut menjawab, “Utusan dari keluarga Fulan.” Aisyah berkata, “Jika ia
seorang budak suruhlah ia masuk!”
Ternyata ia
membawa kambing bakar yang di atasnya ada roti. Maka Aisyahpun berkata kepada
pembantunya, “Lihatlah berapa banyak roti yang ada disini yang lebih baik
daripada rotimu tadi. Demi Alloh, padahal sebelumnya mereka belum pernah
memberikan hadiah sesuatu apapun kepadaku.”
2) Infaq
adalah obat yang paling mujarab dalam menyembuhkan penyakit.
Salah satu
khasiat shodaqoh yang ditunjukan oleh hadits Rosululloh adalah mampu mengobati
berbagai macam penyakit fisik yang mendera kehidupan manusia. Efek medis yang
terkandung dalam sedekah ini memang belum banyak dipahami dan disadari oleh
umat Islam dewasa kini. Sehingga, kebanyakan mereka masih berkiblat kepada
pengobatan medis-kimiawi untuk mengobati berbagai macam penyakit, daripada
menempuh pengobatan Ilahiyyah dengan jalan sedekah.
Saudaraku,
perhatikanlah dua hadits berikut:
Diriwayatkan
dari Abu Umamah Al-Bahili, ia berkata: Nabi Muhammad n telah bersabda,
دَاوُوْا
مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah
orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Baihaqi, Syaikh
al-Albani menghasankannya di dalam Shahihul Jami; 1/634, no.3358)
Dari Abu
Hudzaifah bin Yaman, dari Nabi n, bahwa beliau bersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ
فِيْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ
وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ
الْمُنْكَرِ
“Ujian yang
menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa
dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf dan nahi munkar.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dua hadits
di atas memuat pernyataan secara jelas dari Alloh dan Rasul-Nya tentang khasiat
obat-obatan Ilahiyyah (berasal dari Alloh) dalam menghapus bencana dari
kehidupan manusia, termasuk sakit.
Puasa,
shalat, sedekah dan amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah jenis obat Ilahiyyah
yang acapkali menjadi solusi atas kebuntuan obat-obat medis dalam menyembuhkan
penyakit. Bahkan dalam hadits pertama Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
memerintahkan kita untuk menggunakan obat Ilahiyyah sedekah guna melawan
berbagai macam penyakit yang menimpa kita.
Abdulloh bin
Mubarok pernah ditanya oleh seorang lelaki tentang luka nanah (bisul) yang
terus menerus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun yang lalu. Ia telah
mengobatinya dengan berbagai macam obat dan banyak bertanya kepada para dokter
namun belum sembuh juga, maka beliau berkata: "Galilah sumur ditempat
orang-orang yang membutuhkan air" maka lelaki itupun melakukan perintah
'Abdulloh bin Mubarok dan ia pun sembuh.
Dikisahkan
Ada seorang wanita yang mengalami gagal ginjal. Ia sudah berulang kali
memeriksakan dan mengobati sakit yang dideritanya tersebut. Akhirnya, ia
mencari-cari sekiranya ada orang yang mau merelakan ginjalnya untuk
disumbangkan kepada dirinya, ia siap membayar dengan uang 20.000 Riyal (Rp
50.000.000,- jika 1 Riyal setara dengan Rp. 2.500,-).
Tersebarlah
berita tersebut di kalangan orang-orang ketika itu, hingga ada salah seorang
wanita yang mendengar kabar tersebut yang akhirnya langsung menuju ke rumah
sakit untuk mendonorkan ginjalnya.
Ia
menyetujui seluruh ketentuan-ketentuan yang diajukan kepadanya sebelum
menjalani operasi. Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut
menemui sang pendonor, ternyata ia sedang menangis.
Karena heran
melihat keadaannya, ia pun bertanya, “Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan
dengan operasi yang akan Anda jalani?” Wanita pendonor itu berkata, “Sebenarnya
tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang
menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang.”
Wanita
pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu
menenangkannya dengan mengatakan, “Silakan engkau ambil uang ini, dan aku tidak
menghendaki sesuatu pun darimu...”.
Beberapa
hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim
dokter memeriksa penyakitnya, begitu terkejutnya mereka, karena tidak mendapati
sedikitpun bekas sakit pada dirinya. Alhamdulillah, ternyata Alloh telah
menyembuhkannya.
3) Pahala
infak fii sabilillah akan terus mengalir setelah seseorang wafat.
Umur umat
Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam pendek dibandingkan dengan
umat Nabi yang lain. Akan tetapi, Alloh memberikan karunia besar pada umat ini.
Yaitu adanya amal ketaatan yang pelakunya tetap memeperoleh pahala meskipun ia
telah tiada. Salah satunya adalah shodaqoh.
Saudaraku
seiman, maukah pahala tetap mengalir meskipun kita telah tiada? Saudaraku
seiman, maukah kita tetap memetik buah pahala, meskipun kita telah berada pada
liang lahat? Saudaraku seiman, maukah kita memperoleh pahala yang
dilipatgandakan sedangkan kita telah menghadap Robb Yang Maha Kuasa?
Jawabannya
adalah hadits Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam berikut:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ
ثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ
وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila
manusia meninggal, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara:
Sodaqoh jaariyah (pahalanya) atau ilmu yang bermanfa'at atau anak sholeh yang
mendo'akan orang tuanya" (HR. Muslim)
4) Infaq fii
sabilillah bisa menghindarkan seseorang dari berbagai macam bala dan menutup
pintu-pintu kejelekan.
Saudaraku
seiman, bala dan ujian menimpa manusia pada anaknya atau hartanya atau
keluarganya atau jiwanya. Tahukah Anda sarana yang dapat mencegah itu semua?
Tahukah Anda solusi efektif mengantisipasi agar terhindar dari mara bahaya dan
bencana?
Sebagaimana
sabda Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika terjadi gerhana
matahari:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا,
وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
"Apabila
kalian melihat itu (gerhana matahari) maka berdo'alah kepada Alloh dan
bertakbir, sholat dan bersedekahlah" (HR. Bukhori-Muslim)
الصَّدَقَةُ
تَسُدُّ سَبْعِيْنَ بَابًا مِنَ السُّوْءِ
"Sedekah bisa menutup tujuh puluh pintu
keburukan" (HR. al-Baihaqi)
5) Salah
satu sebab agar terhindar dari adzab neraka.
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ
بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَلْ
"Barangsiapa
diantara kalian yang sanggup untuk menghindari (dirinya) dari api neraka maka
kerjakanlah walaupun dengan sebelah kurma" (HR. Bukhori)
6) Orang
yang bersedekah akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkan kebaikan.
مَنْ جَهَّزَ
غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، وَمَنَ خَلَفَ
غَازِيًا فِي أَهْلِهِ فَلَهُ أَجْرُ مِثْلِهِ
"Barangsiapa
yang membekali seorang yang berperang di jalan Alloh maka dia mendapatkan
pahala semisalnya, barangsiapa yang menafkahi keluarganya maka dia akan
mendapatkan pahalanya" (Sohih Ibnu Majah)
7) Infaq fii
sabilillah adalah amalan yang paling afdhol. Umar bin Khottob berkata:
إِنَّ الْأَعْمَالَ
تَتَبَاهَى فَتَقُوْلُ الصَدَقَةُ : أَنَا أَفْضَلُكُمْ
"Sesungguhnya amalan-amalan saling
berbangga (dihari kiamat), maka sedekah berkata: 'sayalah yang paling
afdhol'." (Sohih Ibnu Khuzaimah)
8) Pahalanya
dilipatgandakan sampai 700 kali lipat.
مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan
harta orang-orang yang menafkahkan hartanya fii sabilillah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Alloh melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. dan Alloh
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. al-Baqoroh : 261)
9) Di
akhirat nanti ada pintu khusus menuju surga yang hanya dimasuki orang-orang
yang bersedekah.
ومَنْ كَانَ مِنْ
أَهْلِ الصَدَقَة دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَة
"Barangsiapa
yang gemar bersedekah maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah" (HR.
at-Tirmidzi)
10) Salah
satu sebab untuk menghapuskan dosa-dosa.
يَا مَعْشَرَ
التُّجَّارِ ، إِنَّ الشَّيْطَانَ ، وَالإِثْمَ يَحْضُرَانِ الْبَيْعَ ، فَشُوبُوا
بَيْعَكُمْ بِصَدَقَةٍ
"Wahai
para pedagang, sesungguhnya syetan dan dosa menyertai perdagangan kalian, maka leburlah (dosa-dosa) perdagangan kalian
dengan sedekah" (Sohih al-Jaami)
11) Menghadiahkan
pahala kepada mayit dengan sedekah adalah amalan yang disyaria'tkan.
Ada seorang
lelaki berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam:
إِنَّ أَبِيْ مَاتَ
وَ تَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوْصِ, فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهُ
؟ قَالَ ( نَعَمْ
)
Sesunggunya
bapakku telah meninggal dan meninggalkan harta, namun belum sempat berwasiat,
apakah akan menghapus (dosa-dosanya) apabila aku bersedekah atas nama bapakku
maka Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab: "Ya, (akan
menghapus dosanya)" (Sohih Ibnu Majah)
Saudaraku..
Janganlah kita menunda-nunda dan mengakhirkan pintu-pintu kebaikan yang ada di
hadapan kita hingga jasad dan ruh kita terpisahkan, akhirnya hilanglah
kesempatan untuk beramal dan hilanglah memetik buah pahala yang begitu melimpah
dan menakjubkan di negeri akhirat.
Saudaraku,
sekaranglah saatnya kau bangkit dan ikut berperan dalam rangka meninggikan
kalimat Alloh di muka bumi ini, mulailah saat ini, gapailah cinta Alloh Subhanahu
wa Ta’ala, dan ..
“Bersegeralah
menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan
hartanya di kala senang maupun di kala susah, orang-orang yang menahan amarah,
yang suka memaafkan orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Dan orang-orang
yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri maka
mereka pun segera mengingat Alloh lalu meminta ampunan bagi dosa-dosa mereka,
dan siapakah yang mampu mengampuni dosa selain Alloh. Dan mereka juga tidak
terus menerus melakukan dosanya sementara mereka mengetahuinya.” (Qs. Ali Imron: 133-135)
Semoga
bermanfaat... Wallohu a'lam..
1 komentar:
Write komentarSubhannalloh.. Ana baca artikel ini sunngguh sangat bermanfaat bagi diri ana, sangat menggugah hati untuk lebih besar lagi dalam berkorban utk agama Alloh baik melalui amal dakwah maupun infak fii sabiililllah.. Allohu akbar..
ReplyEmoticonEmoticon