SAATNYA KITA BERPERAN UNTUK AGAMA ALLOH

Mei 02, 2013
Saudara-Saudaraku, Kaum Muslimin..

Islam adalah agama kasih sayang. Ia dibawa oleh Nabi yang penuh kasih sayang, Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Ia berasal dari Robb yang menyayangi hamba-hamba-Nya yang berkasih sayang. Islam adalah agama yang sangat indah. Keindahannya mampu mengubah wajah dunia yang sangat gersang dari nilai-nilai kebaikan menjadi lahan subur yang menumbuhkan berjuta tanaman kebaikan yang indah lagi harum semerbak baunya.

Bagaimana tidak, ajarannya tidak sebatas menjelaskan bagaimana memenuhi hak-hak Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Islam datang mengajarkan kepada manusia tentang hak-hak yang harus ditunaikan kepada sesama mereka. Hak mendapatkan pertolongan, kasih sayang, perhatian dan hak-hak lainnya. Maka, manusia dalam kehidupannya harus mampu memberikan manfaat kepada orang lain.

Seorang Muslim sejati adalah mereka yang memiliki rasa simpati dan empati terhadap saudara-saudaranya. Dari ucapan lisannya terdengar kata-kata kebaikan. Dalam perbuatannya terpancar rasa keprihatinan demi kebahagiaan orang lain dan pengorbanan jiwa demi kehidupan orang yang tak beruntung. Dari akalnya terlahir inisiatif memberi pertolongan sebelum saudaranya meminta dan memohon kepadanya.

Ia selalu tampil sebagai pelipur lara bagi mereka yang mendapatkan musibah dunia. Ia tidak rela melihat saudara-saudaranya mengalami kepayahan hidup di dunia. Ia pun menjadi orang terdepan untuk menolong kaum Muslimin dari musibah yang menimpa agama mereka, yang masih jauh dari sentuhan ajaran Islam dan yang masih terkena kotoran-kotoran syirik dalam ibadah.

Untuk Muslim sejati seperti inilah, Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam memberikan kabar gembira tentang kecintaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka, dalam sabdanya:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا ، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا
“Manusia yang paling dicintai Alloh adalah yang paling bermanfaat. Amal yang paling dicintai Alloh adalah kebahagiaan yang engkau rasukkan pada seorang Muslim, menghilangkan kesusahannya, membayar hutangnya dan menghilangkan rasa laparnya....” (HR. Ath-Thobroni)

Saudara-Saudaraku, Kaum Muslimin..

Benih-benih kebaikan dunia adalah buah-buah surga. Barangsiapa mengarungi lautan panas perbuatan baik di dunia, maka ia bisa beristirahat di bawah rindangnya nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak.
أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الآخِرَةِ ، وَأَهْلُ الْمُنْكَرِ فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِي الآخِرَةِ
Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pemilik kebaikan di dunia adalah pemilik kebaikan di akhirat. Dan pelaku keburukan di dunia adalah pemilik keburukan di akhirat.” (HR. ath-Thobroni, shohih)

Dengan karunia-Nya, Alloh telah menyediakan pintu-pintu kebaikan bagi para hamba-Nya yang mau meraih pintu tersebut dan membukanya. Ketika seorang Muslim turut prihatin dengan penderitaan kaum Muslimin lainnya dan berempati pada mereka, ia bisa mewujudkannya dengan beragam cara seperti dengan harta, kehormatan, bantuan tenaga, nasihat dan petunjuk, dakwah, do’a dan istighfar untuk mereka serta turut merasakan duka yang mereka alami.

Saudara-Saudaraku, Kaum Muslimin..

Sekaranglah saatnya kita berperan untuk agama Alloh. Karena setiap orang memiliki peluang dengan apa yang dimilikinya untuk berbuat kebaikan di dalam agama ini. Namun, tidak setiap orang memiliki kepekaan untuk melihat kesempatan yang akan menentukannya melakukan kebaikan, atau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Maka, bagi orang yang mampu memulai kebaikan, seyogyanya ia segera melaksanakannya, karena itu termasuk kesempatan waktunya dan keuntungan kemampuannya. Jangan ia menunda karena percaya akan mampu melaksanakannya.

Gunakanlah setiap kesempatan untuk berbuat kebaikan semaksimal mungkin. Jangan biarkan ia berlalu seperti angin berhembus yang hanya meninggalkan penyesalan di kehidupan akhirat.

Seorang Mukmin adalah orang yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain, khususnya kepada sesama Muslim.

Wahai saudaraku, hingga saat ini kita masih bisa bernafas lega dan diperpanjang usia. Di depan kita terdapat pintu-pintu kebaikan sangat luas dan lebar untuk berkhidmat kepada agama Alloh. Oleh karena itu, saat inilah, seyogyanya memaksimalkan dan mengoptimalkan umur kita untuk menanam investasi pahala di akhirat.

KONDISI UMAT YANG MEMILUKAN

Saudaraku kaum muslimin..

Kalau kita melihat sejenak realita umat Islam di negeri ini, sungguh memprihatinkan. Keterpurukan ruhani dan duniawi yang menyelimuti dan menggerogoti umat ini terjadi dimana-mana. Mulai dari sihir dan perdukunan, ziarah ke kuburan para wali yang penuh dengan nuansa kesyirikan, bendera plularisme dan liberalisme di universitas-universitas Islam, dan berbagai keterpurukan lainnya, sehingga dengan hal tersebut timbullah berbagai macam bencana dan azab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang datang silih berganti, mulai dari kelaparan, bencana alam dan hilangnya keberkahan di negeri tercinta ini.

Namun saudaraku.. Adakah solusi untuk semua keterpurukan ruhani yang dialami umat ini? Apakah untuk merubahnya kita perlu melakukan berbagai tindakan kekerasan kepada para pelaku maksiat tersebut? Semisal dengan melakukan pemboman di tempat-tempat mereka bermaksiat, atau pengeroyokan masal atau bahkan membiarkan mereka tenggelam dalam keterpurukan sehingga kitapun ikut terpuruk dan “kecipratan” azab dari Alloh karena akibat perbuatan dosa mereka?. Tidak, saudaraku. Satu-satunya solusi di zaman yang penuh dengan fitnah dan kejahilan ini adalah dengan jalan berdakwah. Ya, Dakwahlah solusinya. Dakwah menuju kemurnian akidah dan kemurnian syari’at Islam.

Tanpa berdakwah atau menyeru manusia kepada amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka kemaksiatan akan merajalalela. Di samping itu adzab Alloh akan menimpa manusia.

Cobalah renungkan sabda Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam berikut ini:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Dzat, yang jiwaku berada ditangan-Nya. Sungguh, hendaklah kalian memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran atau sungguh, Alloh akan menimpakan kalian adzab kemudian kalian berdo’a, akan tetapi tidak dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)

Saudaraku seiman, marilah selamatkan manusia dari berbagai bencana dengan berdakwah. Marilah kita selamatkan saudara-saudara kita dari sengatan api neraka jahannam dengan memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Saudaraku, sudikah kita melihat saudara-saudara kita digiring ke api neraka jahannam? Sudikah kita membiarkan saudara-saudara kita dibakar ke dalam api neraka jahannam?

Wahai saudaraku seiman, untuk menopang kesuksesan dakwah Islam tentu dibutuhkan penopang yang kuat. Tanpa adanya penopang ini, cahaya dakwah tak akan bersinar terang, bahkan bisa jadi meredup.

Bentuk khidmah dan pengorbanan untuk menopang dakwah dan kejayaan Islam sangat beragam dan variatif, di antaranya:

1. Rela mengorbankan jiwa dan raga untuk dakwah dan kejayaan Islam.
Orang-orang yang benar-benar cinta, tentu akan terus mencari waktu dan kesempatan untuk dapat mengorbankan seluruh harta bahkan jiwa raganya, demi sang tambatan hati.

Begitulah yang dilakukan oleh para sahabat yang menjalin cinta sejati kepada Islam. Kisah pengorbanan mereka untuk kejayaan Islam tertulis dalam tinta emas sejarah Islam.

Berikut ini, kami paparkan secara sepintas tentang bagaimana formulasi ghiroh (semangat berkorban) dan cinta kasih para sahabat terhadap pembelaan kepada Islam dan pembawa risalah Islam, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Pada waktu perang Uhud, sebagian dari pasukan pemanah tidak mentaati perintah Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam. Disebabkan tergiur oleh harta rampasan perang yang berlimpah sehingga mereka rela meninggalkan posisi mereka di bukit Uhud.

Tragisnya, hal ini diketahui oleh pasukan musuh (Kaum Quraisy). Maka serempak mereka mendaki bukit di bawah komando Khalid bin Walid.

Dalam waktu singkat Khalid bin Walid dapat menguasai medan pertempuran dan mencerai-beraikan pasukan kaum Muslimin, hingga akhirnya yang masih bertahan tinggal dua belas orang beserta Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Namun, pasukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam ini pun berhasil diketahui oleh pasukan kaum musyrikin, maka diseranglah pasukan kaum muslimin habis-habisan.

Marilah kita telaah riwayat yang disampaikan oleh Imam Nasa’i. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,
لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُد وَوَلَى النَّاسُ كَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه و سلم فِي نَاحِيَةٍ فِي اثْنَى عَشَرَ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ وَفِيْهِمْ طَلْحَة بنُ عُبَيْدِ الله فَأَدْرَكَهُمُ الْمُشْرِكُوْنَ فَالْتَفَتَ رسولُ الله صلى الله عليه و سلم وقالَ مَنْ لِلْقَوْمِ فقالَ طلحة أَنَا قالَ رسولُ الله صلى الله عليه و سلم كَمَا أنتَ فقالَ رجلٌ مِنَ الْأنصَارِ أنَا يا رسولَ اللهِ فقالَ أنتَ فقَاتَلَ حتى قُتِلَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَإِذَا المشركُون فقالَ مَنْ لِلْقَوْمِ فقالَ طلحة أنا قالَ كَمَا أنتَ فقالَ رَجُلٌ مِنَ الأنصَارِ أنا فقالَ أنتَ فقَاتَلَ حتى قُتِلَ ثم لَمْ يَزَلْ يقولُ ذلك وَيَخْرُجُ إلَيْهِمْ رَجُلٌ مِنَ الأنصار فَيُقَاتِلُ قِتَالَ مَنْ قَبْلَه حتى يُقْتَلَ حتى بَقِيَ رسولُ الله صلى الله عليه و سلم وطلحةُ بن عبيدِ الله فقالَ رسولُ الله صلى الله عليه و سلم مَنْ لِلْقوم فقالَ طلحة أنا فقاتَلَ طلحة قِتَالَ الأَحَدَ عَشَرَ حتى ضُرِبَتْ يَدُه فقُطِعَتْ أَصَابِعُه فقالَ حس .
“Di waktu perang Uhud, dimana umat Islam sudah pada lari tunggang langgang (meninggalkan medan pertempuran). Maka pasukan yang tersisa tinggal dua belas orang ditambah dengan Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam, termasuk di dalamnya adalah Thalhah bin Ubaidillah. Pasukan Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam ini pun kemudian diketahui oleh kaum Quraiys dan akhirnya diserang.

Menghadapi masalah ini akhirnya beliau menoleh kepada dua belas orang sahabat beliau seraya berkata, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya, wahai Rosululloh!’ Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya lagi, ‘Siapa lagi selain Thalhah?’ Salah seorang Anshar berkata,’Saya, wahai Rosululloh!’ Rosululloh n menjawab, ‘Ya kamu!’ Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun gugur sebagai syahid.

Kemudian beliau menoleh lagi, tiba-tiba kaum musyrik ini hendak melancarkan serangan. Maka Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya, wahai Rosululloh !’ Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya lagi, ‘Siapa lagi selain Thalhah?’ Salah seorang Anshar berkata,’Saya, wahai Rosululloh!’ Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, ‘Ya kamu!’ Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun gugur sebagai syahid.

Dan begitulah seterusnya, sampai akhirnya yang tersisa dari dua belas orang pasukan kaum muslimin di samping Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah Thalhah bin Ubaidillah.

Maka kala itu Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya, wahai Rosululloh!’ Maka Thalhah pun maju ke arena peperangan menggantikan ke sebelas syuhada pasukan kaum muslimin.

Ketika tangnnya terkena pukulan dan hantaman musuh, serta jari-jemarinya tertebas oleh pedang mereka, Thalhah hanya berkomentar, ‘Ini sekedar gigitan belaka’..” (HR. An-Nasa’i)

Diriwayatkan Imam Bukhari dari Qois, dia berkata,
رَأَيْتُ يَدَ طَلْحَةَ شَلَّاءَ وَقَى بِهَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ
‘Aku melihat tangan Thalhah tidak dapat digerakkan, karena rasa mahabbahnya (cintanya) untuk melindungi Nabi Muhammad di perang Uhud.” (HR. Bukhari)

Bahkan lebih dari itu. Thalhah tidak hanya cidera di tangan, tetapi juga sekujur tubuhnya menderita luka-luka. Ada yang mengatakan sampai tujuh puluh tusukan.

Diriwayatkan dari Abu Bakar, dia berkata, ‘Maka kami menemui Thalhah di sebuah parit. Astaghfirullah! Ternyata terdapat tujuh puluh lebih bekas tusukan anak panah maupun pukulan pada tubuhnya.” (HR. Abu Daud)

Dan apabila Abu Bakar terkenang kembali pada peristiwa Uhud, maka beliaupun meneteskan air mata dan berkata, ‘Hari itu sepenuhnya adalah milik Thalhah.’ (HR. Abu Daud)

2. Rela mengorbankan hartanya untuk dakwah dan kejayaan Islam.
Saudaraku seiman, tahukah bagaimana pengorbanan Abu Bakar dan Umar untuk dakwah dan kejayaan Islam?

Sungguh tangan kedermawanan mereka berdua bak angin berhembus. Keduanya tak takut hartanya musnah dan habis untuk dishodakohkan untuk kepentingan umat Islam. Sebab mereka berdua paham dan yakin bahwa balasan dan pahala di sisi Alloh tak sebanding dengan harta yang mereka infakkan.

Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab, dia berkata,
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا أَنْ نَتَصَدَّقَ فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالاً عِنْدِى فَقُلْتُ الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا أَبْقَيْتَ لأَهْلِكَ ». قُلْتُ مِثْلَهُ.
قَالَ وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ - رضى الله عنه - بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ ». قَالَ أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ. قُلْتُ لاَ أُسَابِقُكَ إِلَى شَىْءٍ أَبَدًا.
"Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan: hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar, dimana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini.

Saya datang kepada Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya kepada saya: "Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu." Saya katakan kepada Rosululloh bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan.

Kemudian Abu Bakar datang kepada Rosululloh dengan menginfakkan semua hartanya. Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam menanyakan padanya, "Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?" "Saya menyisakan untuk mereka Alloh dan Rosululloh." Saya berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin untuk mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya.

Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang sahabat yang kaya raya dan sangat dermawan. Suatu ketika, kaum muslimin di Madinah pernah kekurangan air karena kemarau yang panjang dan mereka membutuhkan penggalian sumur yang banyak airnya.

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menyeru kaum muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda:
« مَنْ يَحْفِرْ بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ » . فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ .
"Barangsiapa yang menggali sumur ‘Rumah’ (nama tempat), maka baginya surga!" Lalu datanglah 'Utsman   untuk membiayai pembuatan sumur tersebut. (HR. Bukhari)

Pada lain waktu, kota Madinah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena kelangkaannya. Di tengah kelangkaan bahan pangan tersebut datanglah iring-iringan kafilah dagang 'Utsman bin 'Affan dari Syam, berupa seribu ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak dan anggur.

Mendengar hal tersebut, para pedagang di Madinah serentak mendatangi 'Utsman untuk membeli bahan pangan yang dibawanya. Maka 'Utsman berkata kepada mereka, "Berapa kalian mampu membeli barang dagangan tersebut?" sebagian menjawab, "Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya!"

'Utsman bertanya, 'Siapa yang sanggup membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya?" Mereka berkata, "Siapa yang sanggup dengan harga sebesar itu? Ini sungguh harga yang sangat mencekik!" maka 'Utsman berkata, "Sesungguhnya Alloh menjanjikan kepadaku untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dengan firman-Nya:
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. al-An'am [6]: 160)

Kemudian beliau melanjutkan, "Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?" Mereka menjawab, "Tidak!" Maka 'Utsman berkata, "Persaksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi para fuqara' Madinah!"

Saudaraku seiman, betapa indah memberi harta kepada orang lain, betapa baik shadaqoh, betapa mulia pemberian. Alloh Subhanahu wa Ta’ala memiliki malaikat yang senantiasa mendo’akan bagi orang yang bersahadaqoh supaya harta yang ia donasikan (berikan) akan diganti oleh-Nya.

Ia berkata dengan tulus, “Ya Alloh berilah orang yang membelanjakan sebagaian harta di jalan Alloh pengganti.”

Ajaib dan sungguh menakjubkan! Anda akan berdecak takjub membaca kisah-kisah yang dialami oleh orang yang bersedekah dan berinfak.

Percayakah Anda bahwa shodaqoh dan infak mampu membuat seseorang secara tiba-tiba terbebas dari penyakit parah, bahkan waktu itu dia telah memasuki ruang ICU (unit gawat darurat)? Percayakah Anda bahwa shodaqoh dan infak bisa membebaskan seseorang dari serangan sihir yang mematikan? Percayakah Anda bahwa shodakoh dan infak suatu ketika menjadikan seseorang mendapat rezeki nomplok yang tiada terduga? Percayakah Anda bahwa shodaqoh dan infak mampu membuat seseorang terbebas dari lilitan hutang yang merisaukan pikiran dan hatinya? Serta kejadian-kejaidan luar biasa yang lain yang dituturkan oleh orang-orang yang bershodaqoh dan infak.

Saudaraku seiman, untuk membuktikan keajaiban shodaqoh dan infak, marilah kita merenungi keutamaan shodaqoh dan infak sebagai berikut:

1) Harta yang digunakan untuk sedekah tidak akan pernah berkurang bahkan menjadi berkah dan bertambah.
Logika manusiawi menyatakan bahwa harta yang dikeluarkan oleh seseorang, niscaya akan berkurang. Lima ratus ribu rupiah yang ia keluarkan dari kantongnya tentunya mengurangi jumlah tabungan yang biasa ia simpan di bank.

Akan tetapi, Alloh dan Rosul-Nya menyatakan bahwa uang yang diinfakkan seseorang tak akan berkurang.
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-baiknya" (QS. Saba:39)

أُحَدِّثُكُمْ حَدِيْثًا ثَلاثًا أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ : مَا نَقَصَتْ مَالٌ  مِنْ صَدَقَةٍ
"Saya beritakan kepada kalian suatu hadits, ada tiga kelompok saya bersumpah atas mereka: tidak akan berkurang harta yang digunakan untuk sedekah" (HR. Muslim)

Ibnul Jauzi meriwayatkan dari Ibnu Abi Hazim dari ayahnya, ia berkata, “Suatu sore Aisyah didapati tengah berpuasa. Ia tidak memiliki sesuatupun untuk berbuka kecuali dua buah roti.

Kemudian datang seorang pengemis, lalu ia memerintahkan kepada pembantunya untuk memberikan pengemis itu sebuah roti. Kemudian datanglah seorang pengemis lagi, dan ia memerintahkan kepada pembantunya untuk memberikan roti yang satunya lagi.

Pembantunya merasa enggan untuk memberikan roti tersebut kepada pengemis tadi. Maka Aisyahpun memberikan sendiri roti tersebut dari bawah hijab.

Pembantunya bertanya, “Lihatlah, dengan apa Anda akan berbuka puasa?” Pada sore harinya, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aisyah bertanya, “Siapa itu?” Orang tersebut menjawab, “Utusan dari keluarga Fulan.” Aisyah berkata, “Jika ia seorang budak suruhlah ia masuk!”

Ternyata ia membawa kambing bakar yang di atasnya ada roti. Maka Aisyahpun berkata kepada pembantunya, “Lihatlah berapa banyak roti yang ada disini yang lebih baik daripada rotimu tadi. Demi Alloh, padahal sebelumnya mereka belum pernah memberikan hadiah sesuatu apapun kepadaku.”

2) Infaq adalah obat yang paling mujarab dalam menyembuhkan penyakit.
Salah satu khasiat shodaqoh yang ditunjukan oleh hadits Rosululloh adalah mampu mengobati berbagai macam penyakit fisik yang mendera kehidupan manusia. Efek medis yang terkandung dalam sedekah ini memang belum banyak dipahami dan disadari oleh umat Islam dewasa kini. Sehingga, kebanyakan mereka masih berkiblat kepada pengobatan medis-kimiawi untuk mengobati berbagai macam penyakit, daripada menempuh pengobatan Ilahiyyah dengan jalan sedekah.

Saudaraku, perhatikanlah dua hadits berikut:
Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, ia berkata: Nabi Muhammad n telah bersabda,
دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Baihaqi, Syaikh al-Albani menghasankannya di dalam Shahihul Jami; 1/634, no.3358)

Dari Abu Hudzaifah bin Yaman, dari Nabi n, bahwa beliau bersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِيْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf dan nahi munkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dua hadits di atas memuat pernyataan secara jelas dari Alloh dan Rasul-Nya tentang khasiat obat-obatan Ilahiyyah (berasal dari Alloh) dalam menghapus bencana dari kehidupan manusia, termasuk sakit.

Puasa, shalat, sedekah dan amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah jenis obat Ilahiyyah yang acapkali menjadi solusi atas kebuntuan obat-obat medis dalam menyembuhkan penyakit. Bahkan dalam hadits pertama Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam memerintahkan kita untuk menggunakan obat Ilahiyyah sedekah guna melawan berbagai macam penyakit yang menimpa kita.

Abdulloh bin Mubarok pernah ditanya oleh seorang lelaki tentang luka nanah (bisul) yang terus menerus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun yang lalu. Ia telah mengobatinya dengan berbagai macam obat dan banyak bertanya kepada para dokter namun belum sembuh juga, maka beliau berkata: "Galilah sumur ditempat orang-orang yang membutuhkan air" maka lelaki itupun melakukan perintah 'Abdulloh bin Mubarok dan ia pun sembuh.

Dikisahkan Ada seorang wanita yang mengalami gagal ginjal. Ia sudah berulang kali memeriksakan dan mengobati sakit yang dideritanya tersebut. Akhirnya, ia mencari-cari sekiranya ada orang yang mau merelakan ginjalnya untuk disumbangkan kepada dirinya, ia siap membayar dengan uang 20.000 Riyal (Rp 50.000.000,- jika 1 Riyal setara dengan Rp. 2.500,-).

Tersebarlah berita tersebut di kalangan orang-orang ketika itu, hingga ada salah seorang wanita yang mendengar kabar tersebut yang akhirnya langsung menuju ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya.

Ia menyetujui seluruh ketentuan-ketentuan yang diajukan kepadanya sebelum menjalani operasi. Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor, ternyata ia sedang menangis.

Karena heran melihat keadaannya, ia pun bertanya, “Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?” Wanita pendonor itu berkata, “Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang.”

Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, “Silakan engkau ambil uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu...”.

Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, begitu terkejutnya mereka, karena tidak mendapati sedikitpun bekas sakit pada dirinya. Alhamdulillah, ternyata Alloh telah menyembuhkannya.

3) Pahala infak fii sabilillah akan terus mengalir setelah seseorang wafat.
Umur umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam pendek dibandingkan dengan umat Nabi yang lain. Akan tetapi, Alloh memberikan karunia besar pada umat ini. Yaitu adanya amal ketaatan yang pelakunya tetap memeperoleh pahala meskipun ia telah tiada. Salah satunya adalah shodaqoh.

Saudaraku seiman, maukah pahala tetap mengalir meskipun kita telah tiada? Saudaraku seiman, maukah kita tetap memetik buah pahala, meskipun kita telah berada pada liang lahat? Saudaraku seiman, maukah kita memperoleh pahala yang dilipatgandakan sedangkan kita telah menghadap Robb Yang Maha Kuasa?

Jawabannya adalah hadits Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam berikut:
 إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila manusia meninggal, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: Sodaqoh jaariyah (pahalanya) atau ilmu yang bermanfa'at atau anak sholeh yang mendo'akan orang tuanya" (HR. Muslim)

4) Infaq fii sabilillah bisa menghindarkan seseorang dari berbagai macam bala dan menutup pintu-pintu kejelekan.
Saudaraku seiman, bala dan ujian menimpa manusia pada anaknya atau hartanya atau keluarganya atau jiwanya. Tahukah Anda sarana yang dapat mencegah itu semua? Tahukah Anda solusi efektif mengantisipasi agar terhindar dari mara bahaya dan bencana?

Sebagaimana sabda Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika terjadi gerhana matahari:
 فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا, وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
"Apabila kalian melihat itu (gerhana matahari) maka berdo'alah kepada Alloh dan bertakbir, sholat dan bersedekahlah" (HR. Bukhori-Muslim)

الصَّدَقَةُ تَسُدُّ سَبْعِيْنَ بَابًا مِنَ السُّوْءِ
 "Sedekah bisa menutup tujuh puluh pintu keburukan" (HR. al-Baihaqi)

5) Salah satu sebab agar terhindar dari adzab neraka.
 مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَلْ
"Barangsiapa diantara kalian yang sanggup untuk menghindari (dirinya) dari api neraka maka kerjakanlah walaupun dengan sebelah kurma" (HR. Bukhori)

6) Orang yang bersedekah akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkan kebaikan.
مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، وَمَنَ خَلَفَ غَازِيًا فِي أَهْلِهِ فَلَهُ أَجْرُ مِثْلِهِ
"Barangsiapa yang membekali seorang yang berperang di jalan Alloh maka dia mendapatkan pahala semisalnya, barangsiapa yang menafkahi keluarganya maka dia akan mendapatkan pahalanya" (Sohih Ibnu Majah)

7) Infaq fii sabilillah adalah amalan yang paling afdhol. Umar bin Khottob berkata:
إِنَّ الْأَعْمَالَ تَتَبَاهَى فَتَقُوْلُ الصَدَقَةُ : أَنَا أَفْضَلُكُمْ 
 "Sesungguhnya amalan-amalan saling berbangga (dihari kiamat), maka sedekah berkata: 'sayalah yang paling afdhol'." (Sohih Ibnu Khuzaimah)

8) Pahalanya dilipatgandakan sampai 700 kali lipat.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan harta orang-orang yang menafkahkan hartanya fii sabilillah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh   melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Alloh   Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. al-Baqoroh : 261)

9) Di akhirat nanti ada pintu khusus menuju surga yang hanya dimasuki orang-orang yang bersedekah.
ومَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَدَقَة دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَة
"Barangsiapa yang gemar bersedekah maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah" (HR. at-Tirmidzi)

10) Salah satu sebab untuk menghapuskan dosa-dosa.
يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ ، إِنَّ الشَّيْطَانَ ، وَالإِثْمَ يَحْضُرَانِ الْبَيْعَ ، فَشُوبُوا بَيْعَكُمْ بِصَدَقَةٍ
"Wahai para pedagang, sesungguhnya syetan dan dosa menyertai perdagangan kalian,  maka leburlah (dosa-dosa) perdagangan kalian dengan sedekah" (Sohih al-Jaami)

11) Menghadiahkan pahala kepada mayit dengan sedekah adalah amalan yang disyaria'tkan.
Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam:
إِنَّ أَبِيْ مَاتَ وَ تَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوْصِ, فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهُ ؟ قَالَ ( نَعَمْ )
Sesunggunya bapakku telah meninggal dan meninggalkan harta, namun belum sempat berwasiat, apakah akan menghapus (dosa-dosanya) apabila aku bersedekah atas nama bapakku maka Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab: "Ya, (akan menghapus dosanya)" (Sohih Ibnu Majah)

Saudaraku.. Janganlah kita menunda-nunda dan mengakhirkan pintu-pintu kebaikan yang ada di hadapan kita hingga jasad dan ruh kita terpisahkan, akhirnya hilanglah kesempatan untuk beramal dan hilanglah memetik buah pahala yang begitu melimpah dan menakjubkan di negeri akhirat.

Saudaraku, sekaranglah saatnya kau bangkit dan ikut berperan dalam rangka meninggikan kalimat Alloh di muka bumi ini, mulailah saat ini, gapailah cinta Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan ..

“Bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di kala senang maupun di kala susah, orang-orang yang menahan amarah, yang suka memaafkan orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri maka mereka pun segera mengingat Alloh lalu meminta ampunan bagi dosa-dosa mereka, dan siapakah yang mampu mengampuni dosa selain Alloh. Dan mereka juga tidak terus menerus melakukan dosanya sementara mereka mengetahuinya.” (Qs. Ali Imron: 133-135)


Semoga bermanfaat... Wallohu a'lam..

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
HASMI-ku
AUTHOR
3 Mei 2013 pukul 04.47 delete

Subhannalloh.. Ana baca artikel ini sunngguh sangat bermanfaat bagi diri ana, sangat menggugah hati untuk lebih besar lagi dalam berkorban utk agama Alloh baik melalui amal dakwah maupun infak fii sabiililllah.. Allohu akbar..

Reply
avatar