Kunci surga adalah laa ilaaha illallah, namun jika kita membawa kunci yang tidak bergerigi maka kita tidak akan dibukakan pintu. Maka gerigi kunici surga adalah sebagai berikut:
Syarat-syarat
La Ilaha Illallah adalah:
1) al-‘Ilmu (ilmu atau pengetahuan tentang arti La Ilaha Illallah):
Pengetahuan tentang arti La Ilaha Illallah adalah
hal utama bagi se-seorang yang bersaksi atas syahadat tersebut. Tanpa mengetahui artinya, tidak ada gunanya lafadz syahadat tersebut
bagi yang bersaksi. Arti yang wajib
diketahui bagi seseorang yang bersyahadat adalah arti global yang telah dijelaskan di atas (point 73). Sedangkan
arti detail, perlu dipelajari terus untuk
menambah keimanan seseorang dan mencegahnya dari ter-jatuh kepada lawan
syahadat tersebut, yaitu kesyirikan.
“Maka
ketahuilah bahwa tiada
sesembahan (yang haq) selain Allah.” [QS. Muhammad (47): 19]
“…akan tetapi (orang yang dapat
memberi syafa’at ialah) orang yang menga-kui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” [QS. az-Zukhruf (43): 86]
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:
(( مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنْ
لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ))
“Barangsiapa yang meninggal
dunia dan mengetahui bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) kecuali
Allah, niscaya dia akan masuk jannah.” (HR. Muslim No. 38 dan Ahmad No. 434)
2) al-Yaqin (keyakinan tentang kebenaran syahadahnya):
Seseorang yang bersaksi La
Ilaha Illallah dan di hatinya meragukan kebenaran syahadat ini,
maka syahadatnya tidak akan diterima. Mempe-lajari isi syahadat pada khususnya
dan agama Islam pada umumnya de-ngan disertai
doa kepada Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, insya
Allah akan memperkuat keyakinan seseorang dari waktu ke waktu.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang ber-iman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan
berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” [QS. al-Hujuraat (49): 15]
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:
(( مَنْ لَقِيْتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا
الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ
فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ ))
“Barangsiapa yang berjumpa
denganmu dari balik dinding ini dan dia
ber-saksi bahwa
tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) selain Allah, dan meyakini dengan hatinya, maka
berilah kabar gembira bahwa dia akan masuk
jannah.” (HR. Muslim No. 46)
3) al-Inqiyad (tunduk melaksanakan kandungannya):
Syahadah mempunyai tuntutan-tuntutan dan kandungan-kandungan yang harus dilaksanakan sebagai konsekuensi
dari keimanan kita kepa-danya. Kepada tuntutan-tuntutan
dan kandungan-kandungan tersebut, kita harus tunduk kepadanya, lahir dan
batin.
“Wahai orang-orang yang beriman
bertaqwalah kalian pada Allah serta
jauh-kanlah diri kalian dari perbuatan riba jika kalian
benar-benar orang orang mu’min.” [QS. al-Baqarah (2): 278]
“Sesungguhnya itulah syetan-syetan
yang menakut-nakuti kalian dari pengi-kut-pengikutnya,
maka janganlah kalian takut pada mereka takutlah kalian pada-Ku jika kalian benar-benar orang-orang mu’min.” [QsS Ali Imran (3): 175]
“Wahai orang-orang yang
beriman, ta’atilah Allah dan Rasul-Nya dan
ulil amri di antara kalian.
Jika kalian bersengketa tentang suatu hal maka kemba-likan lah hukumnya kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu adalah
lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” [QS.
an-Nisaa’ (4): 59]
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan
orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai olok-olokan dan permainan, yaitu orang-orang diturunkan pada mereka al-Kitab sebelum kalian
serta menjadikan orang-orang kafir sebagai kekasih. Dan bertaqwalah kalian
pada Allah jika kalian benar-benar orang-orang mu’min.” [Qs.Al
Maidah(5): 57]
4) al-Qabul (menerima, tidak menolak kandungan-kandungannya):
Syahadat tidak diterima dari seseorang yang menerima
sebagian kan-dungannya dan menolak sebagiannya lagi. Seperti halnya
orang-orang murtad di Jazirah Arab ketika Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– meninggal dunia, mereka menerima seluruh ajaran Islam kecuali zakat.
Maka mereka pun diperangi sebagai
orang-orang yang keluar dari agama.
“Apakah kalian beriman kepada sebagian dari al-Kitab (Taurat)
dan ingkar terhadap sebagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demi-kian dari pada kalian
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah
tidak lengah dari apa yang kalian perbuat”. [Qs.Al Baqoroh (2): 85]
5) al-Ikhlash (bersyahadat dan melaksanakan isinya hanya demi
Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–):
Artinya bahwa seseorang bersyahadat harus hanya demi Allah –Sub-hānahu
wa Ta’ālā– dan tidak
mengharapkan apapun dari siapa pun juga,
selain Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–.
“Mereka tidak diperintahkan
kecuali beribadah kepada Allah dengan mengikh-laskan agama bagi-Nya.” [QS. al-Bayyinah (98): 5]
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:
(( أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبهِ ))
“Manusia yang paling berbahagia dengan syafa`atku
adalah orang yang me-ngucapkan La Ilaha Illallah dengan tulus ikhlas dari
hatinya.” (HR. Bukhari No. 97 dan Ahmad No.
8503)
6) ash-Shidq (jujur):
Yang dimaksud dengan jujur adalah bahwa syahadat yang
diucapkan benar-benar meresap di dalam hati, bukan hanya di mulut saja.
“Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja
berkata: kami telah beriman, tanpa mereka
diuji. Sesungguhnya Kami telah uji orang-orang yang sebelum mereka, supaya Allah mengetahui mereka yang jujur dan mereka yang dusta.” [QS. al-‘Ankabuut (29): 1-3]
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:
((
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ))
“Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illallah dengan jujur
dari hatinya, nis-caya dia masuk syurga.” (HR. Bukhari No. 125, Muslim No. 47
dan Ahmad No. 11882)
7) al-Mahabbah (kecintaan):
Seseorang yang bersyahadat harus mencintai syahadat
tersebut dan mencintai orang-orang yang bersyahadat lainnya. Harus memberikan al-wala’ dan
al-bara’ atas dasar
syahadatnya tersebut. Yaitu berwala’ kepada ahli La Ilaha Illallah dan berbara’ kepada
musuh-musuh La Ilaha Illallah.
“Ada pun orang-orang yang
beriman amat cinta kepada Allah.” [QS.
al-Baqa-rah (2): 165]
Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– bersabda:
(( أَوْثَقُ عُرَي اْلإِيْمَانِ
اَلْحُبُّ فِي اللهِ وَاْلبُغْضُ فِي اللهِ ))
“Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena-Nya pula.” (HR. Ahmad No. 17793)
EmoticonEmoticon