Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Tafsir Ibnu Katsir:
Ketakwaan dapat dicapai karena puasa dapat menyucikan badan dan mempersempit jalan syaithan *ketika Rasulullah sedang beri’tikaf kemudian beliau keluar menemui istrinya, ada shahabat yang melihatnya dan dia buru-buru pergi, kemudian Rasulullah memanggil shahabat itu ‘Tunggu dulu, fainnahaa shafiyyah (dia adalah shafiyyah) fa innasyaithan yajri majraddam (sesungguhnya syaithan mengalir di aliran darah manusia).
Sesuai dengan hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Rasululloh bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang sudah mampu untuk menikah, maka hendaklah menikah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena baginya puasa itu merupakan penekan (nafsu syahwat)”
Taqwa yang merupakan wasiat Allah dan Rasul-Nya, taqwa yang mendatangkan kemaslahatan (dengan berbagai kebaikan) bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat, taqwa yang merupakan sebaik-baik pakaian dan sebaik-baik bekal, dan taqwa yang merupakan tolak ukur kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah , akan tumbuh, akan lahir dari jiwa-jiwa orang yang menjalankan puasa.
Pertanyaannya adalah “Benarkah puasa yang kita laksanakan telah menuntun jiwa-jiwa kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, sudahkah sifat taqwa melekat pada diri-diri kita..? Maka dari sinilah kita harus mengetahui sifat-sifat orang yang berataqwa kepada Allah . Apa sajakah itu..?
الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤)أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥)
“Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. *Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. *Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 1-5)
1.Mereka beriman kepada yang ghaib.
Di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa adalah mereka beriman kepada apa yang telah diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya , berupa perkara-perkara yang ghaib dengan keimanan yang kuat, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Perkara yang ghaib adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan indra kita, yaitu apa-apa yang telah diberikan kepada kita oleh Allah tentang keberadaan-Nya. Misalnya, beriman kepada Allah , Malaikat-malaikat-Nya, hari Akhir, Surga dan Neraka. Ini adalah sifat yang paling kusus di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa. Karena sifat inilah yang dapat mengajak dan mendorong kita untuk melakukan amal shalih. Sebab jika kita yakin dengan adanya hari Akhir, Surga, Neraka, dan kedahsyatan hari Kiamat, maka pasti kita akan mempersiapkan diri kita untk menghadapi hari itu. Tidak ada yang bermanfaat pada hari itu selain amal shalih. Beriman kepada yang ghaib merupakan sifat orang yang bertaqwa yang pertama kali disebutkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
Allah berfirman,
الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) “Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)
2.Bahwasanya mereka mendirikan shalat.
Allah berfirman, وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ
“Dan mereka yang mendirikan shalat” (QS. Al-Baqarah: 3)
Allah tidak berfirman dengan kalimat mengerjakan shalat atau melakukan shalat, akan tetapi Allah mensifati orang yang bertaqwa dengan mendirikan shalat. Mendirikan shalat secara zhahir berarti dengan menyempurnakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, serta syarat-syaratnya. Sedangkan mendirikan shalat secara batin, yaitu mendirikan ruhnya (khusyu’), dan menghadirkan hati (konsentrasi) dan inilah yang berkaitan dengan pahalanya. Jadi sifat orang yang bertaqwa adalah mendirikan shalat. Tidak mungkin orang yang bertaqwa tidak mendirikan shalat, sementara shalat adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya dia telah meruntuhkan agamnya.
Rasululloh bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya dalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Alloh.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Shalat adalah pembeda antara orang kafir (musyrik) dengan seorang muslim, siapa yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Perbedaan antara seorang (Muslim) dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim, Abu Daud, An-Nas’I dan yang lainnya)
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, barang siapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nas’i)
3.Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah .
Allah berfirman,
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 3) Termasuk dalam hal ini adalah nafkah yang bersifat wajib; seperti zakat dan nafkah kepada istri dan kereabat serta nafkah-nafkah yang sunnah hukumnya.
4.Mereka beriman kepada kitab-kitab dan para Rasul.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ (٤)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu” (QS. Al Baqarah: 4) maksudnya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Alloh. Yaitu, meyakini bahwa semua itu adalah kalamullah (firman Alloh) yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya agar dengan wahyu itu mereka menyampaikan ajaran (syari’at) dan agama-Nya. Di antara Kitab-Kitab suci yang paling agung itu ada empat, yaitu: al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad , Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud , dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa . Dan beriman bahwasanya al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang teragung di antara kitab-kitab yang lainnya, sebagai batu ujian bagi kitab-kitab yang lain itu dan menghapus semua ajaran dan hukum yang ada di dalamnya.
5.Yakin terhadap adanya hari Akhir.
Allah berfirman:
وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
“Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)
Akhirat adalah sebuah nama untuk kehidupan yang terjadi setelah mati, dan hal itu disebutkan secara khusus setelah disebutkan secara umum. Karena iman kepada hari Akhir adalah salah satu rukun iman, dan karena ia merupakan pembangkit dan pendorong terbesar untuk beramal. Sedangkan ‘yakin’ adalah ilmu (pengetahuan) yang sempurna yang di dalamnya tidak ada keraguan sedikitpun, dan mengharuskan orang untuk berbuat dan beramal.
6.Mereka berada di atas hidayah yang agung.
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ (٥)
“Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,” (QS. Al Baqarah: 5)
Orang-orang yang bertaqwa senantiasa berada di atas sirotul mustaqim, ahlussunnah wal jama’ah Islam yang murni, yaitu Islam yang dibawa oleh Rasulullah dan yang kerjakan oleh para shahabatnya . Mereka berhak mendapat kebahagiaan dan keberuntungan karena sifat-sifat keimanan dan ketakwaan mereka yang telah disebutkan di dalam ayat tersebut وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥) “Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 5)
7.Mereka bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan memohon ampun kepada Rabbnya atas dosa-dosa mereka. Mereka bertawasul kepada-Nya dengan keimanan mereka karena mencari keselamatan dari api Neraka.
Allah berfirman:
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (١٥)الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٦)الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (١٧)
“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. *(yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka," *(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 15-17)
Ikuti artikel penting terkait:
1. Keagungan Ibadah Puasa Ramadhan
2. Persiapkan Diri Anda Sebelum Ramadhan Tiba
3. Lailatul Qadar
4. Dua Kegembiraan Bagi Orang Yang Berpuasa
5. Pentingnya Mempelajari Tatacara Puasa
6. Perkara-perkara Yang Membatalkan Puasa
7. Kumpulan Hadits Dhaif Seputar Puasa
8. Ramadhan Sebentar Lagi Berlalu "Bagaimana Melepas Ramadhan"
9. Hikmah Diwajibkannya Puasa
10. Safari Dakwah Ramadhan HASMI Depok
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Tafsir Ibnu Katsir:
Ketakwaan dapat dicapai karena puasa dapat menyucikan badan dan mempersempit jalan syaithan *ketika Rasulullah sedang beri’tikaf kemudian beliau keluar menemui istrinya, ada shahabat yang melihatnya dan dia buru-buru pergi, kemudian Rasulullah memanggil shahabat itu ‘Tunggu dulu, fainnahaa shafiyyah (dia adalah shafiyyah) fa innasyaithan yajri majraddam (sesungguhnya syaithan mengalir di aliran darah manusia).
Sesuai dengan hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Rasululloh bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang sudah mampu untuk menikah, maka hendaklah menikah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena baginya puasa itu merupakan penekan (nafsu syahwat)”
Taqwa yang merupakan wasiat Allah dan Rasul-Nya, taqwa yang mendatangkan kemaslahatan (dengan berbagai kebaikan) bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat, taqwa yang merupakan sebaik-baik pakaian dan sebaik-baik bekal, dan taqwa yang merupakan tolak ukur kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah , akan tumbuh, akan lahir dari jiwa-jiwa orang yang menjalankan puasa.
Pertanyaannya adalah “Benarkah puasa yang kita laksanakan telah menuntun jiwa-jiwa kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, sudahkah sifat taqwa melekat pada diri-diri kita..? Maka dari sinilah kita harus mengetahui sifat-sifat orang yang berataqwa kepada Allah . Apa sajakah itu..?
الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤)أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥)
“Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. *Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. *Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 1-5)
1.Mereka beriman kepada yang ghaib.
Di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa adalah mereka beriman kepada apa yang telah diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya , berupa perkara-perkara yang ghaib dengan keimanan yang kuat, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Perkara yang ghaib adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan indra kita, yaitu apa-apa yang telah diberikan kepada kita oleh Allah tentang keberadaan-Nya. Misalnya, beriman kepada Allah , Malaikat-malaikat-Nya, hari Akhir, Surga dan Neraka. Ini adalah sifat yang paling kusus di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa. Karena sifat inilah yang dapat mengajak dan mendorong kita untuk melakukan amal shalih. Sebab jika kita yakin dengan adanya hari Akhir, Surga, Neraka, dan kedahsyatan hari Kiamat, maka pasti kita akan mempersiapkan diri kita untk menghadapi hari itu. Tidak ada yang bermanfaat pada hari itu selain amal shalih. Beriman kepada yang ghaib merupakan sifat orang yang bertaqwa yang pertama kali disebutkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
Allah berfirman,
الم (١)ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) “Alif laam miin. *Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, *(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)
2.Bahwasanya mereka mendirikan shalat.
Allah berfirman, وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ
“Dan mereka yang mendirikan shalat” (QS. Al-Baqarah: 3)
Allah tidak berfirman dengan kalimat mengerjakan shalat atau melakukan shalat, akan tetapi Allah mensifati orang yang bertaqwa dengan mendirikan shalat. Mendirikan shalat secara zhahir berarti dengan menyempurnakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, serta syarat-syaratnya. Sedangkan mendirikan shalat secara batin, yaitu mendirikan ruhnya (khusyu’), dan menghadirkan hati (konsentrasi) dan inilah yang berkaitan dengan pahalanya. Jadi sifat orang yang bertaqwa adalah mendirikan shalat. Tidak mungkin orang yang bertaqwa tidak mendirikan shalat, sementara shalat adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya dia telah meruntuhkan agamnya.
Rasululloh bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya dalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Alloh.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Shalat adalah pembeda antara orang kafir (musyrik) dengan seorang muslim, siapa yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Perbedaan antara seorang (Muslim) dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim, Abu Daud, An-Nas’I dan yang lainnya)
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, barang siapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nas’i)
3.Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah .
Allah berfirman,
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 3) Termasuk dalam hal ini adalah nafkah yang bersifat wajib; seperti zakat dan nafkah kepada istri dan kereabat serta nafkah-nafkah yang sunnah hukumnya.
4.Mereka beriman kepada kitab-kitab dan para Rasul.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ (٤)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu” (QS. Al Baqarah: 4) maksudnya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Alloh. Yaitu, meyakini bahwa semua itu adalah kalamullah (firman Alloh) yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya agar dengan wahyu itu mereka menyampaikan ajaran (syari’at) dan agama-Nya. Di antara Kitab-Kitab suci yang paling agung itu ada empat, yaitu: al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad , Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa , Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud , dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa . Dan beriman bahwasanya al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang teragung di antara kitab-kitab yang lainnya, sebagai batu ujian bagi kitab-kitab yang lain itu dan menghapus semua ajaran dan hukum yang ada di dalamnya.
5.Yakin terhadap adanya hari Akhir.
Allah berfirman:
وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
“Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)
Akhirat adalah sebuah nama untuk kehidupan yang terjadi setelah mati, dan hal itu disebutkan secara khusus setelah disebutkan secara umum. Karena iman kepada hari Akhir adalah salah satu rukun iman, dan karena ia merupakan pembangkit dan pendorong terbesar untuk beramal. Sedangkan ‘yakin’ adalah ilmu (pengetahuan) yang sempurna yang di dalamnya tidak ada keraguan sedikitpun, dan mengharuskan orang untuk berbuat dan beramal.
6.Mereka berada di atas hidayah yang agung.
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ (٥)
“Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,” (QS. Al Baqarah: 5)
Orang-orang yang bertaqwa senantiasa berada di atas sirotul mustaqim, ahlussunnah wal jama’ah Islam yang murni, yaitu Islam yang dibawa oleh Rasulullah dan yang kerjakan oleh para shahabatnya . Mereka berhak mendapat kebahagiaan dan keberuntungan karena sifat-sifat keimanan dan ketakwaan mereka yang telah disebutkan di dalam ayat tersebut وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥) “Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Baqarah: 5)
7.Mereka bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan memohon ampun kepada Rabbnya atas dosa-dosa mereka. Mereka bertawasul kepada-Nya dengan keimanan mereka karena mencari keselamatan dari api Neraka.
Allah berfirman:
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (١٥)الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٦)الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (١٧)
“Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. *(yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka," *(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 15-17)
Ikuti artikel penting terkait:
1. Keagungan Ibadah Puasa Ramadhan
2. Persiapkan Diri Anda Sebelum Ramadhan Tiba
3. Lailatul Qadar
4. Dua Kegembiraan Bagi Orang Yang Berpuasa
5. Pentingnya Mempelajari Tatacara Puasa
6. Perkara-perkara Yang Membatalkan Puasa
7. Kumpulan Hadits Dhaif Seputar Puasa
8. Ramadhan Sebentar Lagi Berlalu "Bagaimana Melepas Ramadhan"
9. Hikmah Diwajibkannya Puasa
10. Safari Dakwah Ramadhan HASMI Depok
EmoticonEmoticon