Ketegaran Imam Ahmad bin Hanbal dalam menghadapi cobaan dalam dakwahnya.
Semua orang
membutuhkan dakwah, bahkan para ulama yang memiliki banyak ilmu pun, tetap butuh akan dakwah, nasehat dari orang
lain. Sebut saja Imam Ahmad bin Hanbal yang menghadapi fitnah dan kemudian
lulus bagaikan emas murni.
Dalam keadaan
terbelenggu rantai, Imam Ahmad dibawa menghadap Al Ma'mun sementara hukuman berat telah
mengancam dirinya sebelum dia sampai ke tempatnya, sehingga pembantunya berkata: "Aku sungguh
khawatir ya Abu Abdillah (Imam Ahmad), sebab Al Ma'mun telah menghunuskan
pedangnya yang selama ini belum pernah dia lakukan, dan atas kekerabatannya
dengan Rasulullah e dia telah bersumpah, jika engkau tidak menuruti
kehendaknya untuk menyatakan bahwa Al
Quran adalah makhluk niscaya dia
akan membunuhmu dengan pedang tersebut "[1]
Pada saat tersebut
ada orang-orang yang memiliki bashiroh (pandangan), mengambil kesempatan untuk memnberikan dorongan kepada imam mereka agar tetap teguh. Dalam Siyar 'A'lam An Nubala
karangan Imam Azh Zhahabi (11/238) berkata Abu Ja'far Al Anbari : "Aku
diberitahu saat Imam Ahmad dibawa menghadap Al Ma'mun, maka aku segera
menyeberangi sungai Eufrat, setelah tiba aku dapati Imam Ahmad ditempatnya,
maka aku memberi salam kepadanya, lalu dia berkata: "Wahai Abu Ja'far, engkau telah menyusahkan dirimu", aku menjawaab: "Wahai
Imam, engkau sekarang ini adalah
pemimpin ummat dan semua orang mengikutimu, demi Allah jika
engkau mengakui akan makhluknya Al Quran niscaya semua
orang akan mengatakan hal yang serupa, dan jika engkau tidak mengakuinya maka
orang banyakpun tidak mengakuinya.
Sementara itu jika engkau tidak mati karena dibunuh mereka toh engkau
tetap akan mati, bertakwalah kepada Allah dan jangan turuti kemauan mereka“.
Maka
Imam Ahmad menangis seraya berkata: “Masya Allah” kemudian berkata : “Wahai
Abu Jafar, ulangilah ..”, maka aku mengulanginya dan dia berkata : “Masya
Allah”.
Dalam riwayat lain
Imam Ahmad berkata saat menempuh perjalanan untuk menghadap Al-Ma’mun: “Kami
sampai di Rahbah, dan setelah itu berangkat saat tengah malam, maka
seseorang menghadang kami dan berkata : “Siapakah diantara kalian yang
bernama Ahmad bin Hanbal”, maka ada yang menunjuknya “itu dia”,
kemudian berkata kepada penuntun unta: ”Perlahanlah” … lalu berkata lagi: “Wahai Imam,
bukan masalah jika engkau terbunuh, karena engkau akan masuk syurga, Aku
titipkan engkau kepada Allah“ kemudian dia berlalu.
Aku bertanya
tentang jati dirinya, ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang bangsa Arab
dari suku Rabi’ah, bekerja memintal wol di perkampungan badui, namanya: Jabir
bin Amir, dikenal sebagai orang baik” [2]
Dalam Al-Bidayah
Wan-Nihayah, diriwayatkan bahwa seorang badui berkata kepada Imam Ahmad : “Wahai
Imam, engkau adalah utusan ummat, janganlah enkau mengecewakan mereka, engkau
juga pemimpin mereka, janganlah engkau memenuhi seruan mereka (orang-orang yang
mengatakan Al Quran adalah makhluk), sehingga mereka akan mengikutimu maka
engkau akan menanggung dosa-dosa mereka pada hari kiamat, jika engkau mencintai Allah,
bersabarlah atas apa yang engkau derita kini, karena tidak ada penghalang
antara engkau dan syurga selain terbunuhnya engkau”
Imam Ahmad berkata:
“Ucapannya semakin menguatkan tekadku atas sikap yang aku ambil, yaitu
menolak apa yang mereka serukan kepadaku“[3]
Dalam sebuah
riwayat Imam Ahmad berkata: “Tidak pernah aku mendengar ucapan yang lebih
dalam -sejak aku melalui masalah ini- dari ucapan badui tersebut kepadaku di
Rahbah Thauq[4] yang berkata: “Jika engkau mati, engkau akan mati
syahid, dan jika engkau hidup, maka engkau akan hidup dengan mulia….maka
hatiku menjadi kuat “[5]
Bahkan penghuni
penjara yang ikut shalat bersama Imam Ahmad dalam keadaan terbelenggu juga ikut andil memberikan
semangat kepadanya agar tetap teguh .
Suatu saat Imam
Ahmad berkata dalam penjara: “Aku tidak perduli dengan penjara , bagiku
penjara dan rumah sama saja, begitu juga dengan pedang yang akan membunuhku, akan tetapi yang aku
takutkan adalah cambukan “
Ucapannya tersebut
didengar oleh sebagian penghuni penjara, maka ada berkata: “ Tidak usah
khawatir wahai Abu Abdillah, paling hanya dua kali cambukan, selebihnya engkau
tidak akan tahu dibagian mana engkau akan dipukul “, seakan-akan dia ingin
menghiburnya.[6]
EmoticonEmoticon