KISAH IMAM AHMAD BIN HANBAL

Januari 01, 2014

 Ketegaran Imam Ahmad bin Hanbal dalam menghadapi cobaan dalam dakwahnya.

Semua orang membutuhkan dakwah, bahkan para ulama yang memiliki banyak ilmu pun, tetap butuh akan dakwah, nasehat dari orang lain. Sebut saja Imam Ahmad bin Hanbal yang menghadapi fitnah dan kemudian lulus bagaikan emas murni.

Dalam keadaan terbelenggu rantai, Imam Ahmad dibawa menghadap Al  Ma'mun sementara hukuman berat telah mengancam dirinya sebelum dia sampai ke tempatnya, sehingga  pembantunya berkata: "Aku sungguh khawatir ya Abu Abdillah (Imam Ahmad), sebab Al Ma'mun telah menghunuskan pedangnya yang selama ini belum pernah dia lakukan, dan atas kekerabatannya dengan  Rasulullah e dia  telah  bersumpah, jika engkau tidak menuruti kehendaknya untuk menyatakan  bahwa Al Quran adalah makhluk niscaya  dia akan   membunuhmu dengan pedang  tersebut "[1]

Pada saat tersebut ada orang-orang yang memiliki bashiroh (pandangan), mengambil  kesempatan untuk  memnberikan dorongan kepada imam   mereka agar tetap  teguh. Dalam Siyar 'A'lam An Nubala karangan Imam Azh Zhahabi (11/238) berkata Abu Ja'far Al Anbari : "Aku diberitahu saat Imam Ahmad dibawa menghadap Al Ma'mun, maka aku segera menyeberangi sungai Eufrat, setelah tiba aku dapati Imam Ahmad ditempatnya, maka aku memberi   salam  kepadanya, lalu dia    berkata: "Wahai Abu  Ja'far, engkau  telah menyusahkan  dirimu", aku menjawaab: "Wahai Imam, engkau   sekarang ini adalah pemimpin  ummat dan  semua orang mengikutimu, demi Allah jika engkau mengakui akan makhluknya Al Quran niscaya semua orang akan mengatakan hal yang serupa, dan jika engkau tidak mengakuinya maka orang banyakpun   tidak mengakuinya. Sementara  itu jika engkau   tidak mati karena dibunuh mereka toh engkau tetap akan mati, bertakwalah kepada Allah dan jangan turuti kemauan mereka“.

Maka Imam Ahmad menangis seraya berkata: “Masya Allah” kemudian berkata : “Wahai Abu Jafar, ulangilah ..”, maka aku mengulanginya dan dia berkata : “Masya Allah”.
Dalam riwayat lain Imam Ahmad berkata saat menempuh perjalanan untuk menghadap Al-Ma’mun: “Kami sampai di Rahbah, dan setelah itu berangkat saat tengah malam, maka seseorang menghadang kami dan berkata : “Siapakah diantara kalian yang bernama Ahmad bin Hanbal”, maka ada yang menunjuknya “itu dia”, kemudian berkata kepada penuntun unta: ”Perlahanlah lalu berkata lagi: “Wahai Imam, bukan masalah jika engkau terbunuh, karena engkau akan masuk syurga, Aku titipkan engkau kepada Allah“ kemudian dia berlalu.

Aku bertanya tentang jati dirinya, ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang bangsa Arab dari suku Rabi’ah, bekerja memintal wol di perkampungan badui, namanya: Jabir bin Amir, dikenal sebagai orang baik” [2] 

Dalam Al-Bidayah Wan-Nihayah, diriwayatkan bahwa seorang badui berkata kepada Imam Ahmad : “Wahai Imam, engkau adalah utusan ummat, janganlah enkau mengecewakan mereka, engkau juga pemimpin mereka, janganlah engkau memenuhi seruan mereka (orang-orang yang mengatakan Al Quran adalah makhluk), sehingga mereka akan mengikutimu maka engkau akan menanggung dosa-dosa mereka pada hari  kiamat, jika engkau mencintai Allah, bersabarlah atas apa yang engkau derita kini, karena tidak ada penghalang antara engkau dan syurga selain terbunuhnya engkau”

Imam Ahmad berkata: “Ucapannya semakin menguatkan tekadku atas sikap yang aku ambil, yaitu menolak apa yang mereka serukan kepadaku“[3]

Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad berkata: “Tidak pernah aku mendengar ucapan yang lebih dalam -sejak aku melalui masalah ini- dari ucapan badui tersebut kepadaku di Rahbah Thauq[4] yang berkata: “Jika engkau mati, engkau akan mati syahid, dan jika engkau hidup, maka engkau akan hidup dengan mulia.maka hatiku menjadi kuat “[5]

Bahkan penghuni penjara yang ikut shalat bersama Imam Ahmad dalam keadaan  terbelenggu juga ikut andil memberikan semangat kepadanya agar tetap teguh .

Suatu saat Imam Ahmad berkata dalam penjara: “Aku tidak perduli dengan penjara , bagiku penjara dan rumah sama saja, begitu juga dengan pedang yang  akan membunuhku, akan tetapi yang aku takutkan adalah cambukan “

Ucapannya tersebut didengar oleh sebagian penghuni penjara, maka ada berkata: “ Tidak usah khawatir wahai Abu Abdillah, paling hanya dua kali cambukan, selebihnya engkau tidak akan tahu dibagian mana engkau akan dipukul “, seakan-akan dia ingin menghiburnya.[6]



[1]. Al Bidayah Wan Nihayah 1/332
[2]. Siyar Alam An-Nubala, 11/241
[3]. Ab-Bidaya Wan-Nihayah 1/332
[4]. Nama sebuah negri antar Riqqah dan Baghdad di tepian sungai Eufrat, As-Siyar 11/241.
[5]. Siyar Alam An-Nubala 11/241
[6]. Siyar A’lam An-Nubala 11/240

Artikel Terkait

Previous
Next Post »