BAB 95 DISUNNAHKAN MEMBERI KABAR GEMBIRA DAN MEMBERI UCAPAN SELAMAT

April 30, 2017

Pembahasan Kitab Riyadhushshalihin kali ini adalah menganai “Disunnahkan Memberikan Kabar Gembira dan Memberi Ucapan Selamat Yang Baik”.

Seperti biasa pengarang kitab ini, yaitu Imam An-Nawawi rahimahullah menukil beberapa ayat Al-Qur’an sebelum menjelaskan hadits-hadits yang berkaitan dengan tema.

Berikut beberapa ayat al Qur’an terkait dengan tema ini:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ ٱجۡتَنَبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ أَن يَعۡبُدُوهَا وَأَنَابُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰۚ فَبَشِّرۡ عِبَادِ ١٧ ٱلَّذِينَ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحۡسَنَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٨
“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Az-Zumar: 17-18)

يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ٢١
“Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal.” (QS. At-Taubah: 21)

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".” (QS. Fussilat: 30)

 فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ ١٠١
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 101)

وَلَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُنَآ إِبۡرَٰهِيمَ بِٱلۡبُشۡرَىٰ قَالُواْ سَلَٰمٗاۖ قَالَ سَلَٰمٞۖ فَمَا لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجۡلٍ حَنِيذٖ ٦٩
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat". Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (QS. Hud: 69)

وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ ٧١
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya´qub.” (QS. Hud: 71)

فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٣٩
“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".” (QS. Ali Imran: 39)

إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ٤٥
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Ali Imran: 45)

Hadist Pertama
عن أبي إِبراهيمَ وَيُقَالُ أبو محمد ويقال أَبو مُعَاوِيةَ عبدِ اللَّه بن أبي أَوْفي رضي اللَّه عنه أَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بَشَّرَ خَدِيجَةَ ، رضي اللَّه عنها ، بِبيْتٍ في الجنَّةِ مِنْ قَصَبٍ ، لاصَخبَ فِيه ولا نَصب . متفقٌ عليه .
“Dari Abu Ibrahim, dikatakan pula bahwa namanya ialah Abu Muhammad dan ada yang mengatakan Abu Mu'awiyah yaitu Abdullah bin Aufa radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah memberikan berita gembira kepada Khadijah -istrinya- dengan memperoleh sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari mutiara berlobang. Di situ tidak ada teriakan apapun dan tidak pula ada kelelahan.” (Muttafaq 'alaih)

Faidah Hadits
1. Penjelasan mengenai keutamaan Khadiah binti Khuwailid, dia termsuk orang pertama yang masuk Islam, yang telah membantu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam menghadapi berbagai kesulitan dengan mengerahkan seluruh harta bendanya yang sangat berharga.
2. Dalil yang menunjukan keagungan Khadijah dalam pandangan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
3. Orang-orang yang diberi kabar gembira dengan masuk surga lebih dari sepuluh orang. Kalaupun disebut, maka yang dimaksudkan adalah mereka yang disebutkan di dalam satu hadits.
4. Di dalam hadits tersebut juga terdapat dalil yang menunjukan kesetiaan, menjaga kesucian cinta, serta menjaga kehormatan sahabat dan teman hidup baik selama masih hidup maupun setelah mati.
5. Alloh yang maha mulia lagi maha perkasa memberi kabar gembira kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya mengenai apa yamg telah disediakan baginya kelak di akhirat setelah kematianya.

Hadits kedua
وعن أبي موسى الأشعريِّ رضي اللَّه عنه ، أَنَّهُ تَوضَّأَ في بيتهِ ، ثُمَّ خَرَجَ فقال: لألْزَمَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، ولأكُونَنَّ معَهُ يوْمِي هذا ، فجاءَ المَسْجِدَ ، فَسَأَلَ عَن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقَالُوا : وَجَّهَ ههُنَا ، قال : فَخَرَجْتُ عَلى أَثَرِهِ أَسأَلُ عنْهُ ، حتَّى دَخَلَ بئْرَ أريسٍ فجلَسْتُ عِنْدَ الْباب حتَّى قَضَى رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حاجتَهُ وتَوضَّأَ، فقُمْتُ إِلَيْهِ ، فإذا هُو قَدْ جلَس على بئر أَريس ، وتَوسطَ قفَّهَا ، وكَشَفَ عنْ ساقَيْهِ ودلاهمَا في البِئِر ، فَسلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْصَرفتْ . فجَلسْتُ عِند الباب فَقُلت : لأكُونَنَّ بَوَّاب رسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم اليوْم . فَجاءَ أَبُو بَكْرٍ رضي اللَّهُ عنه فدفَع الباب فقُلْتُ : منْ هَذَا ؟ فَقَالَ : أَبُو بكرٍ ، فَقلْت : على رِسْلِك ، ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُلتُ : يا رسُول اللَّه هذَا أَبُو بَكْرٍ يسْتَأْذِن ، فَقال: « ائْذَنْ لَه وبشِّرْه بالجنَّةِ » فَأَقْبَلْتُ حتَّى قُلت لأبي بكرٍ : ادْخُلْ ورسُولُ اللَّه يُبشِّرُكَ بِالجنةِ ، فدخل أَبُو بَكْرٍ حتَّى جلَس عنْ يمِينِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم معَهُ في القُفِّ ، ودَلَّى رِجْلَيْهِ في البئِرِ كما صنَعَ رَسُولُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وكَشَف عنْ ساقيْهِ ، ثُمَّ رَجَعْتُ وجلسْتُ ، وقد ترَكتُ أَخي يتوضأُ ويلْحقُني ، فقُلْتُ : إنْ يُرِدِ اللَّه بِفُلانٍ يُريدُ أَخَاهُ خَيْراً يأْتِ بِهِ . فَإِذا إِنْسانٌ يحرِّكُ الباب ، فقُلت : منْ هَذَا ؟ فَقال : عُمَرُ بنُ الخطَّابِ : فقُلْتُ: على رِسْلِك ، ثمَّ جئْتُ إلى رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَسلَّمْتُ عليْهِ وقُلْتُ : هذَا عُمرُ يَسْتَأْذِنُ ؟ فَقَالَ: « ائْذنْ لَهُ وبشِّرْهُ بِالجَنَّةِ » فَجِئْتُ عمر ، فَقُلْتُ : أَذِنَ أُدخلْ وَيبُشِّرُكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِالجَنَّةِ، فَدَخَل فجَلَسَ مَعَ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في القُفِّ عَنْ يسارِهِ ودَلَّى رِجْلَيْهِ في البِئْر ، ثُمَّ رجعْتُ فَجلَسْتُ فَقُلْت : إن يُرِدِ اللَّه بِفلانٍ خَيْراً يعْني أَخَاهُ يأْت بِهِ . فجاء إنْسانٌ فحركَ الباب فقُلْتُ : مَنْ هذَا ؟ فقَال : عُثْمانُ بنُ عفانَ . فَقلْتُ : عَلى رسْلِكَ ، وجئْتُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَأْخْبرْتُه فَقَالَ : « ائْذَن لَهُ وبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ مَعَ بَلْوى تُصيبُهُ » فَجئْتُ فَقُلتُ : ادْخلْ وَيُبشِّرُكَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِالجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصيبُكَ ، فَدَخَل فَوَجَد القُفَّ قَدْ مُلِئَ ، فَجَلَس وُجاهَهُمْ مِنَ الشَّقِّ الآخِرِ . قَالَ سَعِيدُ بنُ المُسَيَّبِ : فَأَوَّلْتُها قُبُورهمْ.
 متفقٌ عليه .
“Dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu anhu bahwa dirinya mengambil wudhu di rumahnya lalu pergi keluar dan berkata, “Tentu aku akan selalu dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan aku akan selalu bersama beliau hari ini’. Lalu dia datang ke masjid. Dia bertanya tentang dimana keberadaan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Orang-orang menjawab, ‘Beliau menuju ke sebelah sini’.

Aku keluar menelusuri jalur bekas beliau berlalu untuk mencari beliau. Sehingga beliau masuk ke Sumur Aris. Aku duduk di pintu hingga Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam usai memenuhi hajatnya dan mengambil wudhu. Aku berdiri menju beliau. Ternyata beliau dudu di Sumur Aris. Beliau di bagian tengah bangunan menglilingi sumur itu dengan membuka kedua betis beliau dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu aku kembali ke tempat semula. Aku duduk di bagian pintu, lalu kukatakan, ‘Sekarang ini aku pasti harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam’.

Datanglah Abu Bakar menekan pintu sehingga kukatakan kepadanya, ‘Siapa ini?’ Ia menjawab, ‘Abu Bakar’. Kukatakan, ‘Bersabarlah sebentar’. Lalu aku pergi dan kukatakan, ‘Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar meminta izin’. Maka beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan sampaikan berita gembira bahwa dia akan masuk surga’.

Aku menghampiri dan berkata kepada Abu Bakar, ‘Masuklah dan Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga’. Masuklah Abu Bakar hingga duduk di sebelah kanan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersamanya di atas bangunan mengelilingi sumur itu. Dia menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dia juga membuka kedua betisnya. Aku pun kembali dan duduk. Aku tinggalkan saudaraku berwudhu lalu bertemu denganku lagi. Maka aku katakan, ‘Jika Allah menghendaki si Fulan –yang dimaksud adalah saudaranya itu- mendapat kebaikan maka Dia akan membawa kebaikan itu kepadanya’.

Tiba-tiba ada orang yang menggerakkan pintu. Maka kukatakan, ‘Siapa itu?’ Ia menjawab, ‘Umar bin Al-Khaththab’. Aku mengatakan, ‘Bersabarlah sebentar’. Lalu kau pergi mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, kuucapkan salam kepada beliau, lalu kukatakan, ‘Ini Umar meminta izin’. Maka beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan sampaikan berita gembira bahwa dia akan masuk surga’. Aku menghampiri dan berkata kepada Umar, ‘Masuklah dan Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga’.

Masuklah Umar hingga duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam di sebelah kiri beliau di atas bangunan mengelilingi sumur itu. Dia menjulurkan kedua kakinya ke dalam. Aku pun kembali dan duduk. Kukatakan, ‘Jika Allah menghendaki si Fulan –yang dimaksud adalah saudaranya itu- mendapatkan kebaikan, maka Dia akan membawa kebaikan itu kepadanya’.

Datanglah orang lain menggerakkan pintu. Maka kukatakan, ‘Siapa itu?’ Ia menjawab, ‘Utsman bin ‘Affan’. Kukatakan kepadanya, ‘Bersabarlah sebentar’. Lalu aku pergi mendatangi Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, kusampaikan berita kepada beliau, lalu beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan sampaikan berita gembira bahwa dia akan masuk surga dengan sedikit musibah yang menimpanya’.

Aku menghampiri dan berkata kepadanya, ‘Masuklah dan Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga dengan sedikit musibah yang akan menimpamu’. Masuklah Utsman dan mendapati bangunan yang mengelilingi sumur itu telah penuh. Sehingga ia duduk di hadapan mereka dari sebelah sisi yang lain.

Said bin Al-Musayyab berkata, ‘Kutakwilkan tempat duduk mereka sebagaimana kubur mereka’.” (Muttafaq 'alaih)

Tambahan dalam suatu riwayat, “Dan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menyuruhku untuk menjaga pintu. Di dalamnya: bahwa ketika Utsaman diberi berita gembira, ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala lalau berucap, اللهُ الْمُسْتَعَانُ (Allah tempat meminta pertolongan).”

Faidah Hadits
1. Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak memiliki penjaga pintu yang pasti, dan beliau menyuruh Abu Musa menjaga pintu hanya untuk selama waktu beliau buang hajat dan berwudhu tetapi keinginan dari Abu Musa sendiri untuk melanjutkan penjagaan pintu tersebut.
Hadits di atas mencakup beberapa adab sopan santun meminta izin, di antaranya:
1). Harus meminta izin sebelum masuk rumah orang.
2). Permohonan izin itu harus disampaikan dengan cara dan tata krama yang baik.
3). Menyebutkan nama pada saat meminta izin.
4). Hendaklah orang yang meminta izin itu tidak masuk sehingga dia diizinkan masuk.
2. Orang yang diberi tugas tertentu tidak boleh melakukan sesuatu kecuali dengan seizin orang yang memberi tugas.
3. Penjelasan mengenai keutamaan Abu Bakr, Umar dan Utsman, yang mereka semuanya termasuk penghuni surga.
4. Hadits ahad yang shohih bisa menjadi hujjah dalam hal Aqidah dan hukum syari’at.
5. Hadits di atas merupakan salah satu dalil kenabian, dimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam  telah memberi tahu Utsman mengenai apa yang akan menimpanya, dan ternyata apa yang beliau sampaikan itu memang benar terjadi.
6. Mengenai musibah yang dimaksudkan, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengisyarakatkan kepada apa yang menimpa Utsman pada akhir kekhilafahanya. Dan telah banyak hadits-hadits shohih lagi jelas yang menerangkan mengenai hal tersebut.
7. Ucapan Sa’id Al Musayyab rohimahulloh, “maka aku menakwilkanya dengan kuburan mereka” mengisyaratkan adanya takwil dalam keadaan sadar, dan itulah yang disebut dengan firasat. Dan yang dimaksudkan adalah berkumpul kuburan kedua sahabatb itu dengan kuburan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan pemisahan kuburan Utsman dari mereka, yaitu di Baqi’.
8. Masuknya Abu Bakr, Umar, dan kemudian Utsman seperti susunan tersebut, menemui Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam ditakwilkan sebagai urutan dalam kekhilafahan. Alloh A’lam.
9. Disunahkan menggembirakan orang lain dengan berbagai kebaikan, sebagaimana yang dikerjakan oleh Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam dimana beliau menggembirakan ketiga sahabtnya dengam surga.

وعنْ أبي هريرة رضي اللَّه عنهُ قال : كُنَّا قُعُوداً حَوْلَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، وَمعَنَا أَبُو بكْرٍ وعُمَرُ رضي اللَّه عنهما في نَفَر ، فَقامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مِنْ بينِ أَظْهُرِنا فَأَبْطَأَ علَيْنَا وخَشِينا أَنْ يُقْتَطَعَ دُونَنا وَفَزِعْنَا فقُمنا ، فَكُنْتُ أَوّل من فَزِع . فَخَرَجْتُ أَبْتغي رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، حتى أَتَيْتُ حَائِطاً للأَنْصَارِ لِبني النَّجَّارِ ، فَدُرْتُ بِهِ هَلْ أَجِدُ لَهُ باباً ؟ فلَمْ أَجِدْ ، فإذَا ربيعٌ يدْخُلُ في جوْف حَائِط مِنْ بِئرٍ خَارِجَه والرَّبيعُ: الجَدْوَلُ الصَّغيرُ فاحتَفزْتُ ، فدَخلْتُ عَلى رسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم .
فقال : « أَبو هُريرة ؟ » فَقُلْتُ : نَعَمْ يَا رسُولَ اللَّهِ ، قال : « ما شَأنُك » قلتُ : كُنْتَ بَيْنَ ظَهْرَيْنَا فقُمْتَ فَأَبَطأْتَ علَيْنَا ، فَخَشِينَا أَنْ تُقَتطعَ دُونَنا ، ففَزعنَا، فَكُنْتُ أَوَّلَ منْ فَزعَ فأَتَيْتُ هذَا الحائِطَ ، فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعلبُ ، وَهؤلاءِ النَّاسُ وَرَائي . فَقَالَ : « يَا أَبا هريرة » وأَعطَاني نَعْلَيْهِ فَقَال : « اذْهَبْ بِنَعْلَي هاتَيْنِ ، فَمنْ لقيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذا الحائِط يَشْهَدُ أَنْ لا إلهِ إلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقناً بها قَلبُهُ ، فَبَشِّرْهُ بالجنَّةِ » وذَكَرَ الحدِيثَ بطُولِهِ ، رواه مسلم .
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Kami sedang duduk di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan bersama kami Abu Bakat dan Umar radhiyallahu ‘anhuma serta beberapa orang shahabat. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bangkit dari sekitar kami lalu pergi lama sekali sehingga kami merasa sangat khawatir dan takut jika beliau diculik.

Kami bangkit. Aku adalah orang yang pertama-tama ketakutan. Maka aku keluar untuk mencari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam hingga aku sampai di sebuah dinding kebun milik seorang Anshar dari Bani an-Najjar. Aku mencoba mengelilinginya untuk mnedapatkan pintu masuknya. Aku tidak menemukannya. Namun sebuah saluran air masuk dari tengah pagar dari sebuah sumur di bagian luarnya.

Aku pun berusaha masuk dan akhirnya berhasil masuk ke dekat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Beliau bersabda, ‘Abu Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu?’ Kukatakan, ‘Engkau berada di tengah-tengah kami, lalu engkau bangkit dan pergi lama sekali sehingga kami merasa sangat takut engkau diculik dari kami. Sehingga kami sangat khawatir dan aku adalah orang yang pertama-tama merasa khawatir itu.

Sehingga aku mendatangi dinding kebun ini dan melompat laksanan seekor musang sedang melompat. Sedangkan rombongan orang-orang itu berada di belakangku’. Maka beliau bersabda, ‘Wahai Abu Hurairah’, lalu beliau menyerahkan kedua sandal baliau, dan berabda, ‘Pergilah dengan dua buah sandalku ini. Maka siapa pun yang engkau temukan di belakang dinding kebun ini yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah selain Allah dengan hati yang yakin, maka berikan kabar kepadanya berita gembira bahwa baginya surga’. Kemudian disebutkan hadits seutuhnya.” (Riwayat Muslim)

Faidah Hadits
1. Penjelasan mengenai kesungguhan dan perhatian para sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam terhadap beliau.
2. Upaya orang-orang mencari pemimpin mereka dan mencemaskanya pada saat mencarinya.
3. Di dalam terdapat pemberian isyarat atau tanda yang menunjukan kejujuran orang yang diutus.
4. Ahlu tauhid (orang-orang yang bertauhid) adalah mereka yang memberikan perhatian kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam  dan orang-orang sholih, dan mereka itulah orang-orang yang lebih berhak mendapatkan kabar gembira daripada yang lain.
5. Ucapan La Ilaaha illallaah mengharuskan pengucapnya masuk surga jika diucapkan secara tulus dari dalam hatinya.

وعن ابنِ شُماسَةَ قالَ : حَضَرْنَا عَمْرَو بنَ العاصِ رضي اللَّهُ عنه ، وَهُوَ في سِيَاقَةِ المَوْتِ فَبَكى طَويلاً ، وَحَوَّلَ وَجْهَهُ إِلى الجدَارِ ، فَجَعَلَ ابْنُهُ يَقُولُ : يا أَبَتَاهُ ، أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بكَذَا ؟ أَما بشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بكَذَا ؟ فَأَقْبلَ بوَجْههِ فَقَالَ : إِنَّ أَفْضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّه ، وأَنَّ مُحمَّداً رسُول اللَّه إِنِّي قَدْ كُنْتُ عَلى أَطبْاقٍ ثَلاثٍ : لَقَدْ رَأَيْتُني وَمَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضاً لرَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مِنِّي ، وَلا أَحبَّ إِليَّ مِنْ أَنْ أَكُونَ قَدِ استمْكنْت مِنْهُ فقَتلْتهُ ، فَلَوْ مُتُّ عَلى تِلْكَ الحالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّار . فَلَمَّا جَعَلَ اللَّهُ الإِسْلامَ في قَلْبي أَتيْتُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقُلْتُ : ابْسُطْ يمينَكَ فَلأُبَايعْكَ ، فَبَسَطَ يمِينَهُ فَقَبَضْتُ يَدِي ، فقال : « مالك يا عمرو ؟ » قلت : أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرطَ قالَ : « تَشْتَرطُ ماذَا ؟ » قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لي ، قَالَ : أَمَا عَلمْتَ أَنَّ الإِسْلام يَهْدِمُ ما كَانَ قَبلَهُ، وَأَن الهجرَةَ تَهدمُ ما كان قبلَها ، وأَنَّ الحَجَّ يَهدِمُ ما كانَ قبلَهُ ؟ » وما كان أَحَدٌ أَحَبَّ إِليَّ مِنْ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وَلا أَجَلّ في عَيني مِنْه ، ومَا كُنتُ أُطِيقُ أَن أَملأَ عَيني مِنه إِجلالاً له ، ولو سُئِلتُ أَن أَصِفَهُ ما أَطَقتُ ، لأَنِّي لم أَكن أَملأ عَيني مِنه ولو مُتُّ على تِلكَ الحَال لَرَجَوتُ أَن أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ . ثم وُلِّينَا أَشيَاءَ ما أَدري ما حَالي فِيهَا ؟ فَإِذا أَنا مُتُّ فلا تصحَبنِّي نَائِحَةٌ ولا نَارٌ ، فإذا دَفَنتموني ، فشُنُّوا عليَّ التُّرَابَ شَنًّا ، ثم أَقِيمُوا حولَ قَبري قَدْرَ ما تُنَحَرُ جَزورٌ ، وَيقْسَمُ لحْمُهَا ، حَتَّى أَسْتَأْنِس بكُمْ ، وأنظُرَ ما أُراجِعُ بِهِ رسُلَ ربي . رواه مسلم .
“Dari Abu Syumamah, ia berkata, ‘Kami mengunjungi Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu ketika ia akan wafat, di mana ia menangis berkepanjangan dengan memalingkan wajahnya ke dinding. Anaknya bertanya kepadanya, ‘Wahai ayahku, bukankah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah memberimu berita gembira sedemikian rupa? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah memberimu kabar gembira sedemikian rupa?’.

Ia pun menghadap dengan wajahnya kepadanya, lalu berkata, ‘Sesungguhnya sesuatu yang terbaik untuk kita persiapkan adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Aku telah berada pada tiga tingkatan masa: Aku telah melihat diriku sendiri dan tak seorang pun yang paling benci kepada Rasulullah selain diriku. Tidak ada yang paling kusukai selain mendapat kesempatan untuk membunuh beliau. Jika aku mati dalam keadaan seperti itu, tentu aku menjadi ahli neraka.

Maka ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku aku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam lalu kukatakan kepada beliau, ‘Ulurkan tangan kanan engkau, aku pasti harus berbai’at kepada engkau’.

Beliau mengulurkan tangan kanannya, lalu kutarik tanganku. Maka beliau bertanya, ‘Kenapa wahai Amr?’ Aku menjawab, ‘Aku menghendaki sebuah syarat’. Beliau bersabda, ‘Apa yang kau jadikan syarat?’ Kukatakan, ‘Agar aku diampuni semua dosaku’. Beliau bersabda, ‘Apakah engkau tidak tahu bahwa Islam menghancurkan dosa-dosa sebelumnya. Hijrah menghancurkan dosa-dosa sebelumnya. Haji menghancurkan dosa-dosa sebelumnya?’.

Pada masa kedua ini tak ada seorang pun yang paling kucintai daripada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Tak seorang pun yang paling membanggakan di mataku selain beliau. Aku tidak memapu memandang beliau sepenuh mataku karena kemuliaan beliau. Jika aku diminta untuk menyebutkan sifat-sifat beliau, aku takkan mampu karena aku tidak pernah memandang beliau sepenuh mataku. Jika aku mati pada masa itu, maka aku tentu bisa berharap menjadi ahli surga.

Kemudian pada masa ketiga ini aku dijadikan penguasa yang berkuasa atas segala sesuatu yang aku sendiri tidak mengetahui keadaanku di dalam mengemban kekuasaan itu? Jika aku mati, maka jangan diiringi dengan tangisan, jangan iringi aku dengan api. Jika kalian memakamkanku, maka masukkanlah tanah perlahan-lahan. Lalu berdiamlah di sekitar makamku sekedar selama orang memotong ternak dan membagi-bagikan daginya. Sehingga aku merasa senang dengan keberadaan kalian semua dan aku bisa menetapkan jawaban untuk para utusan Rabbku yang akan mengujiku’.” (Riwayat Muslim)

Faidah Hadits
1. Agungnya posisi Islam, hijrah dan haji, masing-masing dapat menghapuskan berbagai kemaksiatan yang dilakukan sebelumya.
2. Disunahkan mengingatkan orang yang tengah menghadapi kematian untuk berbaik sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, juga membacakanya ayat-ayat pengharapan dan juga hadits-hadits pengampunan di dekatnya serta menyampaikan apa-apa yang telah dijanjikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bagi kaum muslimin.
3. Disunahkan menyebutkan amal kebiaknya, agar dia berbaik sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan meninggal dalam keadaan berbaik sangka kepada-Nya.
4. Tingginya penghormatan dan pengagungan para sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan para penuntut ilmu seharusnya melakukan hal yang sama terhdap para ulama.
5. Di dalam hadits tersebut terdapat ketaatan kepada larangan Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam, untuk tidak mengiringinya dengan ratapan dan api.
6. Disunahkan untuk menimbunkan tanah kedalam kubur, dan tidak dianjurkan untuk duduk di atas kuburan.
7. Diharamkan duduk di atas kuburan, karena adanya larangan yang jelas lagi shohih mengenai hal itu.
8. Penetapan adanya fitnah kubur dan adanya pertanyaan dua malaikat.

9. Yang termasuk sunnah adalah tinggal di kuburan dalam waktu yang singkat, dengan mendo’akan si mayit dan memohonkan keteguhan untuknya. 

Artikel terkait:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »