Salah
satu hikmah (kebijaksanaan) Alloh di alam ciptaan-Nya, ialah Dia membuat di
hadapan segala sesuatu yang berharga berbagai macam rintangan yang tidak
sanggup dilalui hawa nafsu, dan hanya orang-orang yang berjuang dan bersabar
sajalah yang dapat sampai kepadanya.
Surga
adalah salah satu yang paling didambakan setiap jiwa dan perkara terbesar yang
diinginkan setiap ruh. Maka, sudah pasti, bila surga ditabiri dengan berbagai
syahwat yang menjauhkan dan menghalangi pelakunya agar tidak sampai kepadanya.
Hingga ketika jiwa bergatung pada pilar-pilar keteguhan, dan berpegang dengan
kemauan yang kuat, maka pada akhirnya ia sampai ke surga itu, bagaimanapun
kondisinya saat mencapainya.
Alloh
berfirman.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ
تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ (٢١٤)
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu
Amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)
Alloh
berfirman.
وَلِيُمَحِّصَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (١٤١)أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
(١٤٢)
“Dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum
nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Imran:
141-142)
Alloh
berfirman dalam surat:
الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ
أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ (٣)
“Alif laam
miim*. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 1-3)
Di
antara ungkapan ‘paling simple dan padat’ (jawami’ al kalim) dari
Rasululloh
berkenaan dengan hal ini adalah hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhori
dengan sanadnya sendiri dari Abu Hurairah
bahwa Rasululloh
bersabada:
حُجِبَتِ النَّارُ
بِا لشَهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالمَكَارِهِ
“Neraka itu
ditabiri dengan berbagai macam syahwat, dan surga itu ditabiri dengan berbagai
hal yang tidak disukai (manusia)” (HR. Bukhari dalam shahihnya)
Dikeluarkan oleh Muslim dengan
sanadnya sendiri, dari Anas bin Malik
bahwa ia menuturkan,
Rasululloh
bersabda:
حُفَّتِ الجَنَّةُ
بِالمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِا لشَّهَوَاتِ
“Surga ditutupi dengan hal-hal yang
dibenci manusia, dan neraka ditutupi dengan syahwat (hal-hal yang disenangi)” (HR.
Muslim no. 2822)
“Surga itu ditutupi dengan hal-hal
yang dibenci,” demikian disebutkan dalam riwayat Muslim. Sementara dalam
riwawyat Bukhori disebutkan “Hujibat (ditabiri)” namun ada juga riwayat
Bukhori menggunakan kata “Khuffat (ditutupi)” . keduanya shahih. Para
ulama menjelaskan ini merupakan keindahan bahasa, kefasihan dan jawami’
al-kalim (ucapan ringkas tapi mengandung makna yang luas) yang
dianugerahkan Alloh kepada Nabi
berupa perumpamaan
yang indah. Artinya, seseorang tidak akan nyampai ke Surga kecuali dengan
melakuka hal-hal yang tidak disukainya, dan tidak pula sampai ke Neraka kecuali
dengan mengerjakan hal-hal yang disenangi nafsunya. Demikian pula surga dan
neraka ditabiri dengan keduanya (sehingga tidak terlihat). Barang siapa yang
membuka tabir tersebut, maka ia sampai pada suatu yang ditutupi itu. Membuka
tabir surga, caranya dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai. Sedangkan
membuka tabir neraka ialah dengan melakukan hal-hal yang disukai.[1]
Al-Hafizh
Ibnu Hajar
menjelaskan:
Hadits ini termasuk ungkapan beliau
yang simple dan padat, serta sangat indah gaya bahasanya dalam mencela syahwat,
meskipun jiwa manusia cenderung kepadanya, dan menganjurkan ketaatan, meskipun
tidak disukai dan amat berat dirasakan jiwa manusia.
Ada riwayat yang menjelaskan hal itu
dari jalur periwayatan Abu Hurairah
. Dikeluarkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim, dari jalur periwayatan berbeda, dari Abu Hurairah secara
marfu’:
“Ketika Alloh menciptakan surga dan
neraka, Alloh mengutus Jibril
menuju surga, sambil
berfirman; ‘Lihatlah surga itu.” Tak lama malaikat itu kembali kepada Alloh dan
melapor, ‘Demi Keagungan-Mu, setiap orang yang mendengar tentang surga pasti
akan memasukinya.’ Lalu Alloh memerintahkan agar surga itu ditutupi dengan
hal-hal yang tidak disukai manusia. Kemudian Alloh memerintahkan Jibril agar
melihat surga. Tak lama ia kembali sambil melapor, ‘Demi Keagungan-Mu! Sungguh
aku khawatir tidak seorang pun yang akan memasukinya.’ Alloh berfirman,
‘Lihatlah neraka.’ Tak lama Jibril kembali untuk melapor, ‘Demi Keagungan-Mu!
Setiap orang yang mendengarnya pasti tidak akan memasukinya.’ Alloh lalu
memerintahkan agar neraka itu ditutupi dengan hal-hal yang disukai (oleh
nafsu). Lalu Alloh memerintahkan Jibril agar kembali melihatnya. Tak lama
Jibril datang untuk melapor, ‘Demi Keagungan-Mu! Sungguh aku kahawatir tidak
seorang pun yang selamat darinya”[2]
Riwayat ini menafsirkan riwayat Al-A’raj.
Sebab, yang dimaksud dengan al-makarih (hal-hal yang dibenci manusia) di
sini adalah segala yang diperintahkan kepada mukallaf (setiap muslim
yang sudah dibebani kewajiban), dengan mencurahkan kemampuan darinya di
dalamnya, baik mengerjakan atau meninggalkan. Seperti melaksanakan berbagai
ibadah dengan cara yang benar dan menjaganya, serta menjauhi hal-hal yang
dilarang, baik ucapan maupun perbuatan. Disebut ‘hal-hal yang tidak disukai’
karena memang berat dan sulit dilaksanakan. Diantaranya, bersabar dalam
menghadapi musibah, dan menerima keputusan Alloh berkenaan dengan hal itu.
Sementara yang dimaksud dengan syahwat di sini adalah segala yang mendatangkan
kenikmatan dari berbagai urusan keduniaan yang dilarang syari’at untuk
dikerjakan. Baik dilarang secara otentik, maupun dilarang karena dengan
mengerjakannya akan berakibat ditinggalkanya salah satu perintah Alloh. Hal-hal
yang bisa dikategorikan dengan hal itu adalah berbagai syubhat dan memperbanyak
hal-hal yang diperbolehkan karena dikahawatirkan akan menjerumuskan ke dalam
keharaman. Seolah-oleh beliau mengatakan demikian: “Seseorang hanya sampai ke
surga dengan melakukan berbagai kesulitan yang diungkapkan dengan ‘hal-hal yang
tidak disukai’, dan seseorang hanya akan sampai ke neraka dengan memperturutkan
syahwat. Surga dan neraka ditabiri. Barang siapa sanggup membuka tabirnya,
pasti ia berhasil memasukinya.[3]
Imam an-Nawawi mengatakan, “Menurut
para ulama, ucapan beliau ini merupakan keindahan bahasa, kefasihan, dan ucapan
yang simple tapi padat yang dianugerahkan kepada beliau
, berupa perumpamaan yang indah. Artinya, seseorang tidak
sampai ke surge kecuali dengan melakukan hal-hal yang tidak disukainya, dan
tidak pula sampai ke neraka kecuali dengan mengerjakan hal-hal yang disenangi nafsunya. Demikian pula surga dan
neraka ditabiri dengan keduanya (sehingga tidak terlihat). Barang siapa yang
membuka tabir tersebut, maka ia sampai pada suatu yang ditutupi itu. Membuka
tabir surga caranya dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai. Sedangkan
membuka tabir neraka ialah dengan melakukan hal-hal yang disenangi. Adapun yang
termasuk dalam katagori hal-hal yang tidak disukai (makarih) ialah,
bersungguh-sungguh dalam beribadah, konsisten dan tabah menjalani kepenatan
beribadah, menahan amarah, memaafkan, sabar, jujur, berbuat baik kepada orang
yang berbuat jahat, dan tabah menghadapi godaan syahwat yang diharamkan;
seperti minuman keras, zina, melihat wanita yang bukan mahram, bergunjing
(ghibah) menggunakan alat-alat music dan sejenisnya.
EmoticonEmoticon