Surga Ditabiri Dengan Hal Yang Tidak Disukai

Januari 01, 2014
          Salah satu hikmah (kebijaksanaan) Alloh di alam ciptaan-Nya, ialah Dia membuat di hadapan segala sesuatu yang berharga berbagai macam rintangan yang tidak sanggup dilalui hawa nafsu, dan hanya orang-orang yang berjuang dan bersabar sajalah yang dapat sampai kepadanya.

            Surga adalah salah satu yang paling didambakan setiap jiwa dan perkara terbesar yang diinginkan setiap ruh. Maka, sudah pasti, bila surga ditabiri dengan berbagai syahwat yang menjauhkan dan menghalangi pelakunya agar tidak sampai kepadanya. Hingga ketika jiwa bergatung pada pilar-pilar keteguhan, dan berpegang dengan kemauan yang kuat, maka pada akhirnya ia sampai ke surga itu, bagaimanapun kondisinya saat mencapainya.
            Alloh  berfirman.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ (٢١٤)
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

            Alloh  berfirman.
وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (١٤١)أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ (١٤٢)
 “Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 141-142)
                                                               
            Alloh  berfirman dalam surat:
الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
 “Alif laam miim*. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 1-3)

            Di antara ungkapan ‘paling simple dan padat’ (jawami’ al kalim) dari Rasululloh  berkenaan dengan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhori  dengan sanadnya sendiri dari Abu Hurairah  bahwa Rasululloh  bersabada:
حُجِبَتِ النَّارُ بِا لشَهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالمَكَارِهِ
“Neraka itu ditabiri dengan berbagai macam syahwat, dan surga itu ditabiri dengan berbagai hal yang tidak disukai (manusia)” (HR. Bukhari dalam shahihnya)

            Dikeluarkan oleh Muslim dengan sanadnya sendiri, dari Anas bin Malik  bahwa ia menuturkan, Rasululloh  bersabda:
حُفَّتِ الجَنَّةُ بِالمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِا لشَّهَوَاتِ
Surga ditutupi dengan hal-hal yang dibenci manusia, dan neraka ditutupi dengan syahwat (hal-hal yang disenangi)” (HR. Muslim no. 2822)

            “Surga itu ditutupi dengan hal-hal yang dibenci,” demikian disebutkan dalam riwayat Muslim. Sementara dalam riwawyat Bukhori disebutkan “Hujibat (ditabiri)” namun ada juga riwayat Bukhori menggunakan kata “Khuffat (ditutupi)” . keduanya shahih. Para ulama menjelaskan ini merupakan keindahan bahasa, kefasihan dan jawami’ al-kalim (ucapan ringkas tapi mengandung makna yang luas) yang dianugerahkan Alloh kepada Nabi  berupa perumpamaan yang indah. Artinya, seseorang tidak akan nyampai ke Surga kecuali dengan melakuka hal-hal yang tidak disukainya, dan tidak pula sampai ke Neraka kecuali dengan mengerjakan hal-hal yang disenangi nafsunya. Demikian pula surga dan neraka ditabiri dengan keduanya (sehingga tidak terlihat). Barang siapa yang membuka tabir tersebut, maka ia sampai pada suatu yang ditutupi itu. Membuka tabir surga, caranya dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai. Sedangkan membuka tabir neraka ialah dengan melakukan hal-hal yang disukai.[1]
           
Al-Hafizh Ibnu Hajar  menjelaskan:

            Hadits ini termasuk ungkapan beliau yang simple dan padat, serta sangat indah gaya bahasanya dalam mencela syahwat, meskipun jiwa manusia cenderung kepadanya, dan menganjurkan ketaatan, meskipun tidak disukai dan amat berat dirasakan jiwa manusia.

            Ada riwayat yang menjelaskan hal itu dari jalur periwayatan Abu Hurairah  . Dikeluarkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari jalur periwayatan berbeda, dari Abu Hurairah secara marfu’:

            “Ketika Alloh menciptakan surga dan neraka, Alloh mengutus Jibril  menuju surga, sambil berfirman; ‘Lihatlah surga itu.” Tak lama malaikat itu kembali kepada Alloh dan melapor, ‘Demi Keagungan-Mu, setiap orang yang mendengar tentang surga pasti akan memasukinya.’ Lalu Alloh memerintahkan agar surga itu ditutupi dengan hal-hal yang tidak disukai manusia. Kemudian Alloh memerintahkan Jibril agar melihat surga. Tak lama ia kembali sambil melapor, ‘Demi Keagungan-Mu! Sungguh aku khawatir tidak seorang pun yang akan memasukinya.’ Alloh berfirman, ‘Lihatlah neraka.’ Tak lama Jibril kembali untuk melapor, ‘Demi Keagungan-Mu! Setiap orang yang mendengarnya pasti tidak akan memasukinya.’ Alloh lalu memerintahkan agar neraka itu ditutupi dengan hal-hal yang disukai (oleh nafsu). Lalu Alloh memerintahkan Jibril agar kembali melihatnya. Tak lama Jibril datang untuk melapor, ‘Demi Keagungan-Mu! Sungguh aku kahawatir tidak seorang pun yang selamat darinya”[2]

            Riwayat ini menafsirkan riwayat Al-A’raj. Sebab, yang dimaksud dengan al-makarih (hal-hal yang dibenci manusia) di sini adalah segala yang diperintahkan kepada mukallaf (setiap muslim yang sudah dibebani kewajiban), dengan mencurahkan kemampuan darinya di dalamnya, baik mengerjakan atau meninggalkan. Seperti melaksanakan berbagai ibadah dengan cara yang benar dan menjaganya, serta menjauhi hal-hal yang dilarang, baik ucapan maupun perbuatan. Disebut ‘hal-hal yang tidak disukai’ karena memang berat dan sulit dilaksanakan. Diantaranya, bersabar dalam menghadapi musibah, dan menerima keputusan Alloh berkenaan dengan hal itu. Sementara yang dimaksud dengan syahwat di sini adalah segala yang mendatangkan kenikmatan dari berbagai urusan keduniaan yang dilarang syari’at untuk dikerjakan. Baik dilarang secara otentik, maupun dilarang karena dengan mengerjakannya akan berakibat ditinggalkanya salah satu perintah Alloh. Hal-hal yang bisa dikategorikan dengan hal itu adalah berbagai syubhat dan memperbanyak hal-hal yang diperbolehkan karena dikahawatirkan akan menjerumuskan ke dalam keharaman. Seolah-oleh beliau mengatakan demikian: “Seseorang hanya sampai ke surga dengan melakukan berbagai kesulitan yang diungkapkan dengan ‘hal-hal yang tidak disukai’, dan seseorang hanya akan sampai ke neraka dengan memperturutkan syahwat. Surga dan neraka ditabiri. Barang siapa sanggup membuka tabirnya, pasti ia berhasil memasukinya.[3]

            Imam an-Nawawi mengatakan, “Menurut para ulama, ucapan beliau ini merupakan keindahan bahasa, kefasihan, dan ucapan yang simple tapi padat yang dianugerahkan kepada beliau , berupa perumpamaan yang indah. Artinya, seseorang tidak sampai ke surge kecuali dengan melakukan hal-hal yang tidak disukainya, dan tidak pula sampai ke neraka kecuali dengan mengerjakan hal-hal yang  disenangi nafsunya. Demikian pula surga dan neraka ditabiri dengan keduanya (sehingga tidak terlihat). Barang siapa yang membuka tabir tersebut, maka ia sampai pada suatu yang ditutupi itu. Membuka tabir surga caranya dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai. Sedangkan membuka tabir neraka ialah dengan melakukan hal-hal yang disenangi. Adapun yang termasuk dalam katagori hal-hal yang tidak disukai (makarih) ialah, bersungguh-sungguh dalam beribadah, konsisten dan tabah menjalani kepenatan beribadah, menahan amarah, memaafkan, sabar, jujur, berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat, dan tabah menghadapi godaan syahwat yang diharamkan; seperti minuman keras, zina, melihat wanita yang bukan mahram, bergunjing (ghibah) menggunakan alat-alat music dan sejenisnya.


[1] Penjelasa singkat dari Muhammad Fuad Abdul Baqi terhadap shahih Muslim (4/2174)
[2] HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Abi Dawud, an-Nasa’I dan at-Tirmidzi.
[3] Fath al-Bari bisyarh shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar (11/327)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »