MANAJEMEN MERUPAKAN BAGIAN DARI SYARI’AT ISLAM

Mei 08, 2014

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.

Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa salalm bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani.
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمُ العَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah sangat mecintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).” (HR. Thabrani)

Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah subhanahu wa ta’ala.

Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyari’atkan dalam ajaran Islam.

Demikian pula dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abi Ya’la, Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa salalm bersabda:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلي كُلِّ شَيْئٍ...
“Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu.” (HR. Muslim)

Kata ihsan bermakna ‘melakukan sesuatu secara optimal dan maksimal’. Tidak boleh seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan, tanpa adanya pemikiran dan tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifatnya emergency. 

Akan tetapi, pada umumnya dari hal yang kecil hingga hal yang besar harus dilakukan secara ihsan, secara optimal, secara baik, benar dan tuntas.

“Manajemen dalam arti mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan terarah merupakan sesuatu yang disyari’atkan ajaran Islam”

Demikian pula ketika kita melakukan sesuatu itu dengan benar, baik, terencana, dan terorganisir dengan rapi, maka kita akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau dalam mengerjakan sesuatu. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan.

Sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan biasanya akan melahirkan hasil yang tidak optimal dan mungkin akhiranya tidak bermanfaat. Oleh karena itu, dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dan Nasa’i, Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa salalm bersabda,
دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَي مَا لَا يَرِيبُكَ
“Tinggalkan oleh engkau perbuatan yang meragukan, menuju perbuatan yang tidak meragukan.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

Proses-proses manajemen pada dasaranya adalah perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk malahirakn keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesaui dengan aturan serta memiliki manfaat.

Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasululloh shalallohu ‘alayhi wa salalm bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءَ تَرْكَهُ مَالَا يَعْنِيْهِ
“Di antara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmdzi)


Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncankan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen yang baik.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »