TAFSIR SURAT AL MULK AYAT 15

Januari 15, 2017

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

هُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولٗا فَٱمۡشُواْ فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ ١٥
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menjadikan bumi tunduk dan patuh untuk dilewati, digali, ditanami, dan didirikan bangunan di atasnya. Allah tidak menjadikan bumi itu sulit dan tidak mungkin, bagi siapa yang hendak melakukan semua itu terhadapnya.

Intinya, Allah menjadikan bumi seperti unta yang penurut, bagaimanapun ia dituntun, ia akan mengikuti. Karena bumi disifati dengan ذَلُولٌ, maka sangat tepat mengungkapkannya dengan kata مَنَاكِبِهَا, bukan dengan طُرُقِهَا, dan فِجَاجِهَا. Orang yang berjalan di atas manakib bumi, yaitu sesuatu yang tertinggi darinya. Karena itu manakib ditafsirkan dengan gunung-gunung, seperti manakib manusia, yaitu bagian tertinggi darinya.

Mereka berkata, itu merupakan isyarat bahwa berjalan di dataran rendahnya lebih mudah. Ada yang berkata, makna manakib adalah sisi-sisi dan penjuru-penjuru, darinya dikatakan manakib manusia, yaitu sisi-sisinya. Yang lebih nampak adalah yang dimaksud dengan manakib adalah bagian-bagian yang tinggi. Sisi inilah yang makhluk hidup berjalan di atasnya, yaitu bagian dari bumi yang tinggi bukan bagian yang berlawanan dengannya, karena permukaan bola adalah bagian atasnya dan berjalan hanya dilakukan di permukaannya, dan mengungkapkannya dengan manakib yang bagus, karena apa yang sudah hadir sebelumnya, yaitu bahwa bumi itu tunduk.

Ayat ini mengandung petunjuk tentang Rububiyah Allah, keesaanNya, kuasaNya, hikmahNya, dan kelembutanNya, mengingatkan nikmat-nikmat Allah dan kebaikan-kebaikanNya, juga memperingatkan dari sikap condong kepada dunia, dan menjadikan dunia sebagai tempat tinggal selamanya, sebaliknya kita berjalan dengan bergegas di dunia ini menuju alam akhirat dan surga. Sungguh menakjubkan apa yang dikandung oleh ayat ini, berupa pengetahuan tentang Allah, tauhidNya, peringatan tentang nikmat-nikmatNya, dorongan untuk berjalan kepadaNya, bersiap diri untuk bertemu dengan-Nya, dan pulang kepadaNya. Ayat ini memberitahukan bahwa Allah akan menggulung alam ini seolah-olah ia tidak pernah ada, dan bahwa Allah akan menghidupkan penduduknya sesudah Dia mematikan mereka, dan hanya kepadanNya semua akan kembali.

Tafsir Ibnu Katsir:
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan nikmat-Nya kepada makhluk-Nya yang telah menundukan bumi untuk mereka. Dia telah menjadikannya terhampar dan tenang, tidak goncang atau bergerak-gerak, karena Dia telah menjadikan gunung-gunung (sebagai pasaknya). Dia telah mengalirkan mata air, membentangkan padanya jalan-jalan, menyiapkan padanya berbagai manfaat serta tempat-tempat yang cocok untuk menanam tanaman-tanaman dan buah-buahan.

Allah berfirman, “Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya,” yakni pergilah kalian ke mana saja yang kalian suka di seluruh penjuru bumi. Dan berpencaranlah kalian di berbegai belahannya untuk melakukan berbagai aktivitas dan perdagangan. Ketahuilah bahwa kepergian kalian tidak akan lancar kecuali dengan izin Allah.
Oleh karenanya Allah berfirman, “..Dan makanlah sebagian rizki-Nya.” Dari perintah yang terdapat pada ayat ini difahami bahwa berusaha dalam rangka menjalankan sebab bagi datangnya rizki tidaklah meniadakan sikap tawakkal. Hal ini sebagaimana yangdiriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Umar bin al-Khoththob radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa dirinya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
“Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar- benarnya, niscaya Allah memberi kalian rizki, sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung yang berangkat di pagi hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dengan perut kenyang.”
Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi berkata, ini adalah hadits hasan shohih.”

Jadi, terbukti kalau burung itu bepergian pagi dan petang untuk menemukan rizki seraya bertawakkal kepada Allah karena Dia-lah Yang menundukkan, memudahkan dan mentakdirkannya. “Dan kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan,”, yakni kembali pada hari Kiamat.


Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Mujahid, as-Suddi dan Qatadah berkata, “Lafazh مَنَاكِبِهَا artinya setiap penjuru bumi dan setiap bagian-bagiannya. 

Artikel Terkait

Previous
Next Post »