Kisah Air Zamzam Yang Shahih

Juli 08, 2017
Kisah Air Zam-zam

Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar (istrinya) dan Isma’il (anaknya) di dekat Baitullah, di dekat sebuah pohon besar, tepat di atas sumur Zamzam, di dataran atas Masjid. Saat itu Mekkah tidak dihuni seorang pun, juga tidak ada air di sana. Ibrahim menempatkan Hajar dan Isma’il di sana dengan membekali sebuah ransel berisi kurma dan geriba air.

Setelah persediaan air habis, Hajar kehausan, seperti itu juga anaknya. Hajar kemudian menatap anaknya yang tengah berbaring. Ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya adalah bukit Shafa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Shafa dan melihat ke sana ke mari apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. Ia kemudian turun dari Shafa, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah keletihan. Setelah melalui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya, di sana ia melihat apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. Hajar melakukan hal itu sebanyak tujuh kali.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, ‘Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menyampaikan, ‘Itulah sa’i orang-orang di antara Shafa dan Marwa.”

Saat berada di atas bukit Marwa, Hajar (istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam) mendengar suara, ia pun berkata dalam hati, ‘Diamlah’. Sesaat kemudian Hajar mendengar suara yang sama, Hajar pun berkata, ‘Kami mendengar suaramu, jika kau bisa menolong, tolonglah kami!’ Ternyata di hadapannya ada seorang malaikat di tempat Zamzam berada. Malaikat itu lantas menghetakkan tumitnya –atau sayapnya– hingga air memancar, Hajar kemudian mengumpulkan air itu dengan tangannya dan memasukkan air ke dalam geriba. Air itu memancar deras setelah diciduk Hajar.


Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, ‘Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Semoga Allah merahmati Ibu Ismail (Hajar), andai ia membiarkan Zam-zam –atau beliau bersabda, ‘Andai ia tidak menciduk Zamzam– niscaya akan mengalir (ke seluruh permukaan bumi).’ Ia pun minum dan menyusui Ismail kecil, kemudian malaikat itu berkata kepadanya, ‘Jangan takut terlantar karena di sini akan berdiri Rumah Allah yang dibangun bocah ini dan Ayahnya, Allah tidak akan menelantarkan ‘keluarganya’.’

Pada mulanya Ka’bah berada di ketinggian seperti bukit, kemudian banjir besar melanda hingga mengikis sebelah kiri dan kanannya. Kondisi Hajar tetap bertahan seperti itu hingga sekawanan dari Jurhum –atau keluarga dari Jurhum– melintas melalui jalan Kada’, mereka singgah di kawasan bawah Mekkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar, mereka berkata, ‘Sungguh, burung itu berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di lembah ini tidak ada air.’ Mereka akhirnya mengutus perwakilan, mereka menemukan air, setelah itu para utusan itu kembali untuk memberitahukan keberadaan air. Setelah semuanya dberdatangan –saat itu Hajar berada di dekat air– mereka berkata, ‘Apa engkau mengizinkan kami untuk singgah di tempatmu?’
‘Ya, tapi kalian tidak memiliki hak atas air ini.’ Sahut Hajar.
‘Baik.’ Kata mereka.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, ‘Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Hal tersebut membuat Ibnu Isma’il senang, ia senang ada temannya. Mereka singgah dan mengirim utusan untuk menemui keluarga, akhirnya semuanya tinggal bersama-sama di sana hingga beranak-pinak.

[Sumber: Kitab Qashash al-Anbiya (Kisah Para Nabi) karya Ibnu Katsir]



 MIZAR

Artikel Terkait

Previous
Next Post »