Terdapat
banyak hadits yang meriwayatkan mengenai keutamaan Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu
‘anhuma yang agung, kedudukan yang tinggi, ilmunya yang luas dan pengetahuannya
yang mendalam mengenai Tafsir, Fiqih, Hadits, Sya’ir, Adab, Tarikh (sejarah)
dan ilmu-ilmu yang lainnya. Beliau rodhiyallohu ‘anhuma adalah
seorang yang berpikiran genius, memiliki akal yang kuat, sampai ke tingkatan
Amirul Mukminin. Umar radhiyallohu ‘anhu menyandingkan beliau
di majelisnya bersama para pembesar sahabat, walau pun usia beliau masih kecil.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma bahwasanya
Umar bin Al-Khoththob radhiyallohu ‘anhu memanggil para
pengikut perang badar dan memanggilku bersamanya. Sebagian mereka tidak suka
dengan yang demikian itu, dan berkata, “Beliau mengijinkan anak muda ini
bersama kita, padalah kita juga memiliki anak yang sama dengannya.”
Umar radhiyallohu ‘anhu berkata kepada mereka, “Dia
adalah seorang yang seperti Anda ketahui –yaitu sangat cerdas dan akalnya
sangat kuat.” Suatu hari Umar radhiyallohu ‘anhu memanggil
mereka dan memanggilku bersamanya. Beliau bertanya kepada mereka mengenai
surat:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ
وَالْفَتْحُ
“Apabila
telah datang pertolongan Alloh dan kemenangan.” (QS. An-Nashr: 1)
Mereka menjawab, “Alloh memerintahkan kepada Nabi-Nya, apabila dia berhasil
melakukan penaklukan agar beristighfar dan bertaubat kepada-Nya.”
Umar radhiyallohu ‘anhu berkata, “Bagaimana pendapatmu wahai
Ibnu ‘Abbas? Aku menjawab, “Bukan demikian, tetapi Alloh memberitahukan kepada
Nabi-Nya mengenai dekatnya ajal beliau dan berfirman, “Apabila telah datang
pertolongan Alloh dan kemenangan. Itu adalah tanda-tanda kematianmu. Firman
Alloh, “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
Umar radhiyallohu ‘anhu berkata, “Aku tidak mengetahui
tafsirnya kecuali seperti yang Anda katakana.”
Dengan itu Umar radhiyallohu ‘anhu ingin memastikan kepada
mereka keagungan, dan ketinggian posisi Ibnu ‘Abbas dalam bidang ilmu dan
pemahaman.
Suatu hari Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma ditanya,
“Bagaimana Anda mendapatkan ilmu (yang banyak) ini? Beliau menjawab, “Dengan
lisan yang banyak bertanya dan hati yang selalu memahami.”
Umar radhiyallohu ‘anhu berkata, “Sebaik-baik penerjemah
(penafsir) Al Qur’an adalah Abdulloh bin ‘Abbas.” Apabila Umar melihatnya
datang, beliau berkata, “Telah datang seorang pemuda genius, pemilik lisan yang
banyak bertanya dan hati yang banyak memahami.”
Suatu hari Umar radhiyallohu ‘anhu juga berkata kepadanya,
“Sesungguhnya engkau benar-benar menjadi pemuda kami yang paling pintar, paling
mulia akhlaknya dan paling paham terhadap kitab Alloh.”
Ayahnya Al-Abbas radhiyallohu ‘anhu berkata kepadanya,
“Sesungguhnya Umar radhiyallohu ‘anhu mendekatkanmu kepadanya
dan menyuruhmu duduk bersama para pembesar sahabat, maka ingatlah dariku tiga
hal: jangan sekali-kali membeberkan rahasianya, jangan menggunjing seorang pun
di sisinya, dan jangan pernah mencoba untuk berdusta.”
Asy-Sya’bi berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu
‘anhuma bahwa setiap satu pasti lebih baik dari seribu.” Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu
‘anhuma menjawab, “Bahkan setiap satu lebih baik dari sepuluh ribu.”
Beliau telah mencapai tingkatan ilmu yang luar biasa, sehingga orang-orang
memuji beliau dan bersaksi akan keistimewaannya, kemudian berkumpul (untuk
belajar) padanya. Di samping itu, beliau juga seorang yang sangat tawadhu’,
mencari hadits Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam dengan
menempuh perjalanan yang jauh untuk mendapatkannya.
Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata, “Sesungguhnya sampai
kepadaku bahwa ada satu hadits pada salah seorang sahabat, kemudian aku
mendatangi pintu rumahnya sementara dia sedang istirahat. Aku berbantalkan
selendangku di depan rumahnya, tertiup angin dan tertimpa debu. Dia keluar
kemudian dia melihatku dan berkata, “Wahai anak paman Rosululloh, apa
keperluanmu? Mengapa tidak mengutus seseorang sehingga aku mendatangimu? Aku
berkata, “Tidak, aku lebih berhak untuk mendatangimu dan bertanya kepadamu
mengenai satu hadits. Orang tersebut hidup sampai melihat saya yang dikerumuni
oleh orang banyak. Mereka bertanya kepadaku (mengenai hadits). Dia berkata,
“Pemuda ini jauh lebih pintar dariku.”
Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhuma berkata tentang beliau rodhiyallohu
‘anhuma, “Ibnu ‘Abbas adalah ummat Muhammad yang paling mengetahui tentang
apa yang diturunkan kepada Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam.”
‘Aisyah radhiyallohu ‘anha berkata, “Dia adalah orang masih
hidup yang paling mengetahui tentang sunnah.”
Ubaidillah bin Abdulloh bin Utbah radhiyallohu ‘anhu berkata,
“Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui tentang hadits dari
Ibnu ‘Abbas. Juga tentang putusan Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiyallohu
‘anhum. Tidak ada orang yang lebih paham darinya. Tidak ada yang lebih
mengetahui tentang tafsir Al Qur’an, bahasa Arab, Sya’ir, Ilmu Hisab
(Matematika), Faraid dari beliau. Suatu hari beliau duduk untuk mengajar Fiqih,
sautu hari untuk Tafsir, sehari untuk Maghazi (peperangan), sehari untuk sya’ir
dan sehari untuk sejarah Arab. Aku tidak pernah melihat seorang alim yang duduk
di hadapannya kecuali akan tunduk kepadanya. Juga tidak ada seorang yang
bertanya kepadanya, kecuali akan mendapatkan ilmu darinya.”
Mujahid rahimahulloh berkata, “Ibnu ‘Abbas digelari dengan
Al-Bahru, karena keluasan ilmunya.”
Atho’ rahimahulloh berkata, “Aku tidak pernah melihat majelis
yang lebih mulia dari majelis Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhuma.
Yang paling banyak ilmunya, paling tinggi kejeniusannya darinya. Para Ahli
Al-Qur’an bertanya kepadanya. Ahli Nahwu juga bertanya kepadanya. Mereka semua
mendatangi lembah (ilmu) yang luas tersebut.”
Baca juga artikel terkait:
EmoticonEmoticon