Menikah Dengan Khadijah
Ketika Muhammad pulang ke Makkah dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap
harta yang diserahkan kepadanya, begitu
juga dengan keberkahan dari hasil perdagangannya yang belum pernah didapatinya
sebelum itu, ditambah lagi informasi dari budaknya, Maisara perihal budi
pekerti beliau nan demikian manis, sifat-sifat yang mulia, ketajaman berpikir,
cara bicara yang jujur dan cara hidup yang penuh amanah, maka dia seakan
menemukan apa yang didambakannya selama ini (yakni calon pendampin idalam, pent).
Padahal banyak
sekali para pemuka dan kepala suku yang demikian antusias untuk menikahinya,
namun semuanya dia tolak. Akhirnya dia menyampaikan curahan hatinya kepada
teman wanitanya, Nafisah bin Muniyah yang kemudian bergegas menemui beliau shallallahu
‘alayhi wa sallam dan membeberkan rahasia tersebut kepadanya seraya
menganjurkan agar beliau menikahi Khadijah.
Beliau pun
menyetujuinya dan merundingkan hal tersebut dengan paman-pamannya. Kemudian mereka
mendatangi paman Khadijah untuk melamarnya buat beliau.
Tak berapa
lama setelah itu, pernikahan dilangsungkan. Akad tersebut dihadiri oleh Bani
Hasyim dan pada pemimpin Suku Mudhar. Pernikahan tersebut berlangsung dua bulan
setelah kepulangan beliau dari negeri Syam.
Beliau menyerahkan
mahar sebanyak dua puluh ekor unta muda. Ketika itu, Khadijah sudah berusia 40
tahun. Dia adalah wanita yang paling terhormat nasabnya, paling banyak hartanya
dan paling cerdas otaknya di kalangan kaumnya.
Dialah wanita
pertama yang dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
beliau tidak pernah memadunya dengan wanita lain hingga dia wafat.
Putra-putri Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam
Semua putra-putri
beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam berasal dari pernikahan beliau
dengannya kecuali putra beliau, Ibrahim. Putra-putri beliau dari hasil
perkawinan dengannya tersebut adalah:
1. Al-Qasim
(dengan nama ini beliau dijuluki –Abul Qasim–)
2. Zainab
3. Ruqayyah
4. Ummu
Kultsum
5. Fathimah
6. Abdullah
(Julukannya adalah Ath-Thayyib [yang baik] dan Ath-Thahir [yang
suci].
Semua putra
beliau meninggal dunia di masa kanak-kanak, sedangkan putri-putri beliau
semuanya hidup pada masa Islam dan memeluk Islam serta juga ikut berhijrah,
namun semuanya meniggal dunia semasa beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam
masih hidup, kecuali Fathimah radhiyallahhu ‘anha yang meninggal dunia
enam bulan setelah beliau wafat.
[Sumber:
Kitab Ar-Rahiq al-Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury]
Share..!!
EmoticonEmoticon