Pembahasan
Kitab Riyadhushshalihin kali ini adalah menganai “Disunnahkan Memberikan Kabar
Gembira dan Memberi Ucapan Selamat Yang Baik”.
Seperti biasa
pengarang kitab ini, yaitu Imam An-Nawawi rahimahullah menukil beberapa
ayat Al-Qur’an sebelum menjelaskan hadits-hadits yang berkaitan dengan tema.
Berikut beberapa
ayat al Qur’an terkait dengan tema ini:
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ ٱجۡتَنَبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ
أَن يَعۡبُدُوهَا وَأَنَابُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰۚ فَبَشِّرۡ
عِبَادِ ١٧ ٱلَّذِينَ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحۡسَنَهُۥٓۚ
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
١٨
“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut
(yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita
gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. Yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Az-Zumar: 17-18)
يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم
بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ٢١
“Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh
didalamnya kesenangan yang kekal.” (QS. At-Taubah: 21)
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ
رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ
تُوعَدُونَ ٣٠
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu".” (QS. Fussilat: 30)
فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ ١٠١
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 101)
وَلَقَدۡ جَآءَتۡ
رُسُلُنَآ إِبۡرَٰهِيمَ بِٱلۡبُشۡرَىٰ قَالُواْ سَلَٰمٗاۖ قَالَ سَلَٰمٞۖ فَمَا
لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجۡلٍ حَنِيذٖ ٦٩
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami
(malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira,
mereka mengucapkan: "Selamat". Ibrahim menjawab:
"Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging
anak sapi yang dipanggang.” (QS. Hud: 69)
وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ
فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ ٧١
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu
dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran)
Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya´qub.”
(QS. Hud: 71)
فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ
مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
٣٩
“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil
Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang
membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri
(dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".”
(QS. Ali Imran: 39)
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ
عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ
٤٥
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata:
"Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya,
namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat
dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS.
Ali Imran: 45)
Hadist
Pertama
عن أبي
إِبراهيمَ وَيُقَالُ أبو محمد ويقال أَبو مُعَاوِيةَ عبدِ اللَّه بن أبي أَوْفي
رضي اللَّه عنه أَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بَشَّرَ خَدِيجَةَ
، رضي اللَّه عنها ، بِبيْتٍ في الجنَّةِ مِنْ قَصَبٍ ، لاصَخبَ فِيه ولا نَصب .
متفقٌ عليه .
“Dari Abu Ibrahim, dikatakan
pula bahwa namanya ialah Abu Muhammad dan ada yang mengatakan Abu Mu'awiyah
yaitu Abdullah bin Aufa radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah memberikan
berita gembira kepada Khadijah -istrinya- dengan memperoleh sebuah rumah di
dalam syurga yang terbuat dari mutiara berlobang. Di situ tidak ada teriakan
apapun dan tidak pula ada kelelahan.” (Muttafaq 'alaih)
Faidah
Hadits
1. Penjelasan mengenai
keutamaan Khadiah binti Khuwailid, dia termsuk orang pertama yang masuk Islam,
yang telah membantu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam
menghadapi berbagai kesulitan dengan mengerahkan seluruh harta bendanya yang
sangat berharga.
2. Dalil yang menunjukan
keagungan Khadijah dalam pandangan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
3. Orang-orang yang diberi
kabar gembira dengan masuk surga lebih dari sepuluh orang. Kalaupun disebut,
maka yang dimaksudkan adalah mereka yang disebutkan di dalam satu hadits.
4. Di dalam hadits tersebut
juga terdapat dalil yang menunjukan kesetiaan, menjaga kesucian cinta, serta
menjaga kehormatan sahabat dan teman hidup baik selama masih hidup maupun
setelah mati.
5. Alloh yang maha mulia
lagi maha perkasa memberi kabar gembira kepada siapa saja yang Dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya mengenai apa yamg telah disediakan baginya kelak di akhirat
setelah kematianya.
Hadits kedua
وعن أبي موسى
الأشعريِّ رضي اللَّه عنه ، أَنَّهُ تَوضَّأَ في بيتهِ ، ثُمَّ خَرَجَ فقال:
لألْزَمَنَّ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، ولأكُونَنَّ معَهُ يوْمِي
هذا ، فجاءَ المَسْجِدَ ، فَسَأَلَ عَن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
فقَالُوا : وَجَّهَ ههُنَا ، قال : فَخَرَجْتُ عَلى أَثَرِهِ أَسأَلُ عنْهُ ،
حتَّى دَخَلَ بئْرَ أريسٍ فجلَسْتُ عِنْدَ الْباب حتَّى قَضَى رسولُ اللَّه صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حاجتَهُ وتَوضَّأَ، فقُمْتُ إِلَيْهِ ، فإذا هُو قَدْ جلَس
على بئر أَريس ، وتَوسطَ قفَّهَا ، وكَشَفَ عنْ ساقَيْهِ ودلاهمَا في البِئِر ،
فَسلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْصَرفتْ . فجَلسْتُ عِند الباب فَقُلت : لأكُونَنَّ
بَوَّاب رسُولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم اليوْم . فَجاءَ أَبُو بَكْرٍ
رضي اللَّهُ عنه فدفَع الباب فقُلْتُ : منْ هَذَا ؟ فَقَالَ : أَبُو بكرٍ ، فَقلْت
: على رِسْلِك ، ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُلتُ : يا رسُول اللَّه هذَا أَبُو بَكْرٍ
يسْتَأْذِن ، فَقال: « ائْذَنْ لَه وبشِّرْه بالجنَّةِ » فَأَقْبَلْتُ حتَّى قُلت لأبي
بكرٍ : ادْخُلْ ورسُولُ اللَّه يُبشِّرُكَ بِالجنةِ ، فدخل أَبُو بَكْرٍ حتَّى
جلَس عنْ يمِينِ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم معَهُ في القُفِّ ، ودَلَّى
رِجْلَيْهِ في البئِرِ كما صنَعَ رَسُولُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وكَشَف
عنْ ساقيْهِ ، ثُمَّ رَجَعْتُ وجلسْتُ ، وقد ترَكتُ أَخي يتوضأُ ويلْحقُني ،
فقُلْتُ : إنْ يُرِدِ اللَّه بِفُلانٍ يُريدُ أَخَاهُ خَيْراً يأْتِ بِهِ . فَإِذا
إِنْسانٌ يحرِّكُ الباب ، فقُلت : منْ هَذَا ؟ فَقال : عُمَرُ بنُ الخطَّابِ :
فقُلْتُ: على رِسْلِك ، ثمَّ جئْتُ إلى رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، فَسلَّمْتُ عليْهِ وقُلْتُ : هذَا عُمرُ يَسْتَأْذِنُ ؟ فَقَالَ: «
ائْذنْ لَهُ وبشِّرْهُ بِالجَنَّةِ » فَجِئْتُ عمر ، فَقُلْتُ : أَذِنَ أُدخلْ
وَيبُشِّرُكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِالجَنَّةِ، فَدَخَل
فجَلَسَ مَعَ رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في القُفِّ عَنْ يسارِهِ
ودَلَّى رِجْلَيْهِ في البِئْر ، ثُمَّ رجعْتُ فَجلَسْتُ فَقُلْت : إن يُرِدِ
اللَّه بِفلانٍ خَيْراً يعْني أَخَاهُ يأْت بِهِ . فجاء إنْسانٌ فحركَ الباب
فقُلْتُ : مَنْ هذَا ؟ فقَال : عُثْمانُ بنُ عفانَ . فَقلْتُ : عَلى رسْلِكَ ،
وجئْتُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَأْخْبرْتُه فَقَالَ : «
ائْذَن لَهُ وبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ مَعَ بَلْوى تُصيبُهُ » فَجئْتُ فَقُلتُ :
ادْخلْ وَيُبشِّرُكَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِالجَنَّةِ مَعَ
بَلْوَى تُصيبُكَ ، فَدَخَل فَوَجَد القُفَّ قَدْ مُلِئَ ، فَجَلَس وُجاهَهُمْ
مِنَ الشَّقِّ الآخِرِ . قَالَ سَعِيدُ بنُ المُسَيَّبِ : فَأَوَّلْتُها
قُبُورهمْ.
متفقٌ عليه .
“Dari Abu Musa al-Asy'ari
radhiyallahu anhu bahwa dirinya mengambil wudhu di rumahnya lalu pergi keluar
dan berkata, “Tentu aku akan selalu dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam dan aku akan selalu bersama beliau hari ini’. Lalu dia datang ke
masjid. Dia bertanya tentang dimana keberadaan Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam. Orang-orang menjawab, ‘Beliau menuju ke
sebelah sini’.
Aku keluar menelusuri jalur bekas beliau berlalu untuk
mencari beliau. Sehingga beliau masuk ke Sumur Aris. Aku duduk di pintu hingga
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam usai memenuhi hajatnya dan
mengambil wudhu. Aku berdiri menju beliau. Ternyata beliau dudu di Sumur Aris. Beliau
di bagian tengah bangunan menglilingi sumur itu dengan membuka kedua betis
beliau dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada
beliau, lalu aku kembali ke tempat semula. Aku duduk di bagian pintu, lalu
kukatakan, ‘Sekarang ini aku pasti harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam’.
Datanglah Abu Bakar menekan pintu sehingga kukatakan
kepadanya, ‘Siapa ini?’ Ia menjawab, ‘Abu Bakar’. Kukatakan, ‘Bersabarlah
sebentar’. Lalu aku pergi dan kukatakan, ‘Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar
meminta izin’. Maka beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan sampaikan berita
gembira bahwa dia akan masuk surga’.
Aku menghampiri dan berkata kepada Abu Bakar, ‘Masuklah
dan Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga’. Masuklah
Abu Bakar hingga duduk di sebelah kanan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersamanya di atas bangunan mengelilingi sumur itu. Dia menjulurkan
kedua kakinya ke dalam sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam. Dia juga membuka kedua betisnya. Aku pun kembali dan
duduk. Aku tinggalkan saudaraku berwudhu lalu bertemu denganku lagi. Maka aku
katakan, ‘Jika Allah menghendaki si Fulan –yang dimaksud adalah saudaranya itu-
mendapat kebaikan maka Dia akan membawa kebaikan itu kepadanya’.
Tiba-tiba ada orang yang menggerakkan pintu. Maka kukatakan,
‘Siapa itu?’ Ia menjawab, ‘Umar bin Al-Khaththab’. Aku mengatakan, ‘Bersabarlah
sebentar’. Lalu kau pergi mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam, kuucapkan salam kepada beliau, lalu kukatakan, ‘Ini Umar meminta
izin’. Maka beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan sampaikan berita gembira bahwa
dia akan masuk surga’. Aku menghampiri dan berkata kepada Umar, ‘Masuklah dan
Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga’.
Masuklah Umar hingga duduk bersama Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam di sebelah kiri beliau di atas bangunan mengelilingi
sumur itu. Dia menjulurkan kedua kakinya ke dalam. Aku pun kembali dan duduk. Kukatakan,
‘Jika Allah menghendaki si Fulan –yang dimaksud adalah saudaranya itu-
mendapatkan kebaikan, maka Dia akan membawa kebaikan itu kepadanya’.
Datanglah orang lain menggerakkan pintu. Maka kukatakan,
‘Siapa itu?’ Ia menjawab, ‘Utsman bin ‘Affan’. Kukatakan kepadanya, ‘Bersabarlah
sebentar’. Lalu aku pergi mendatangi Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,
kusampaikan berita kepada beliau, lalu beliau bersabda, ‘Beri dia izin dan
sampaikan berita gembira bahwa dia akan masuk surga dengan sedikit musibah yang
menimpanya’.
Aku menghampiri dan berkata kepadanya, ‘Masuklah dan
Rasulullah memberimu berita gembira bahwa engkau akan masuk surga dengan
sedikit musibah yang akan menimpamu’. Masuklah Utsman dan mendapati bangunan
yang mengelilingi sumur itu telah penuh. Sehingga ia duduk di hadapan mereka
dari sebelah sisi yang lain.
Said bin Al-Musayyab berkata, ‘Kutakwilkan tempat duduk
mereka sebagaimana kubur mereka’.” (Muttafaq
'alaih)
Tambahan dalam suatu riwayat, “Dan
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
menyuruhku untuk menjaga pintu. Di dalamnya: bahwa ketika Utsaman diberi berita
gembira, ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala lalau berucap, اللهُ
الْمُسْتَعَانُ (Allah tempat meminta
pertolongan).”
Faidah Hadits
1. Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak
memiliki penjaga pintu yang pasti, dan beliau menyuruh Abu Musa menjaga pintu
hanya untuk selama waktu beliau buang hajat dan berwudhu tetapi keinginan dari
Abu Musa sendiri untuk melanjutkan penjagaan pintu tersebut.
Hadits di atas mencakup beberapa adab sopan santun
meminta izin, di antaranya:
1). Harus meminta izin sebelum masuk rumah orang.
2). Permohonan izin itu harus disampaikan dengan cara
dan tata krama yang baik.
3). Menyebutkan nama pada saat meminta izin.
4). Hendaklah orang yang meminta izin itu tidak masuk
sehingga dia diizinkan masuk.
2. Orang yang diberi tugas tertentu tidak boleh melakukan
sesuatu kecuali dengan seizin orang yang memberi tugas.
3. Penjelasan mengenai keutamaan Abu Bakr, Umar dan
Utsman, yang mereka semuanya termasuk penghuni surga.
4. Hadits ahad yang shohih bisa menjadi hujjah dalam hal
Aqidah dan hukum syari’at.
5. Hadits di atas merupakan salah satu dalil kenabian,
dimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah memberi tahu Utsman mengenai apa yang
akan menimpanya, dan ternyata apa yang beliau sampaikan itu memang benar
terjadi.
6. Mengenai musibah yang dimaksudkan, Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam mengisyarakatkan kepada apa yang menimpa Utsman pada akhir
kekhilafahanya. Dan telah banyak hadits-hadits shohih lagi jelas yang
menerangkan mengenai hal tersebut.
7. Ucapan Sa’id Al Musayyab rohimahulloh, “maka aku
menakwilkanya dengan kuburan mereka” mengisyaratkan adanya takwil dalam keadaan
sadar, dan itulah yang disebut dengan firasat. Dan yang dimaksudkan adalah
berkumpul kuburan kedua sahabatb itu dengan kuburan Nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam dan pemisahan kuburan Utsman dari mereka, yaitu di Baqi’.
8. Masuknya Abu Bakr, Umar, dan kemudian Utsman seperti
susunan tersebut, menemui Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam ditakwilkan
sebagai urutan dalam kekhilafahan. Alloh
A’lam.
9. Disunahkan menggembirakan orang lain dengan berbagai
kebaikan, sebagaimana yang dikerjakan oleh Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa
sallam dimana beliau menggembirakan ketiga sahabtnya dengam surga.
وعنْ أبي
هريرة رضي اللَّه عنهُ قال : كُنَّا قُعُوداً حَوْلَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم، وَمعَنَا أَبُو بكْرٍ وعُمَرُ رضي اللَّه عنهما في نَفَر ،
فَقامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مِنْ بينِ أَظْهُرِنا
فَأَبْطَأَ علَيْنَا وخَشِينا أَنْ يُقْتَطَعَ دُونَنا وَفَزِعْنَا فقُمنا ،
فَكُنْتُ أَوّل من فَزِع . فَخَرَجْتُ أَبْتغي رسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم ، حتى أَتَيْتُ حَائِطاً للأَنْصَارِ لِبني النَّجَّارِ ، فَدُرْتُ بِهِ
هَلْ أَجِدُ لَهُ باباً ؟ فلَمْ أَجِدْ ، فإذَا ربيعٌ يدْخُلُ في جوْف حَائِط مِنْ
بِئرٍ خَارِجَه والرَّبيعُ: الجَدْوَلُ الصَّغيرُ فاحتَفزْتُ ، فدَخلْتُ عَلى
رسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم .
فقال : « أَبو هُريرة ؟ » فَقُلْتُ : نَعَمْ يَا رسُولَ اللَّهِ ، قال : « ما شَأنُك » قلتُ : كُنْتَ بَيْنَ ظَهْرَيْنَا فقُمْتَ فَأَبَطأْتَ علَيْنَا ، فَخَشِينَا أَنْ تُقَتطعَ دُونَنا ، ففَزعنَا، فَكُنْتُ أَوَّلَ منْ فَزعَ فأَتَيْتُ هذَا الحائِطَ ، فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعلبُ ، وَهؤلاءِ النَّاسُ وَرَائي . فَقَالَ : « يَا أَبا هريرة » وأَعطَاني نَعْلَيْهِ فَقَال : « اذْهَبْ بِنَعْلَي هاتَيْنِ ، فَمنْ لقيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذا الحائِط يَشْهَدُ أَنْ لا إلهِ إلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقناً بها قَلبُهُ ، فَبَشِّرْهُ بالجنَّةِ » وذَكَرَ الحدِيثَ بطُولِهِ ، رواه مسلم .
فقال : « أَبو هُريرة ؟ » فَقُلْتُ : نَعَمْ يَا رسُولَ اللَّهِ ، قال : « ما شَأنُك » قلتُ : كُنْتَ بَيْنَ ظَهْرَيْنَا فقُمْتَ فَأَبَطأْتَ علَيْنَا ، فَخَشِينَا أَنْ تُقَتطعَ دُونَنا ، ففَزعنَا، فَكُنْتُ أَوَّلَ منْ فَزعَ فأَتَيْتُ هذَا الحائِطَ ، فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعلبُ ، وَهؤلاءِ النَّاسُ وَرَائي . فَقَالَ : « يَا أَبا هريرة » وأَعطَاني نَعْلَيْهِ فَقَال : « اذْهَبْ بِنَعْلَي هاتَيْنِ ، فَمنْ لقيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذا الحائِط يَشْهَدُ أَنْ لا إلهِ إلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقناً بها قَلبُهُ ، فَبَشِّرْهُ بالجنَّةِ » وذَكَرَ الحدِيثَ بطُولِهِ ، رواه مسلم .
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, ‘Kami sedang duduk di sekitar Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam dan bersama kami Abu Bakat dan Umar radhiyallahu
‘anhuma serta beberapa orang shahabat. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam bangkit dari sekitar kami lalu pergi lama sekali sehingga kami
merasa sangat khawatir dan takut jika beliau diculik.
Kami bangkit. Aku adalah orang yang pertama-tama
ketakutan. Maka aku keluar untuk mencari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam hingga aku sampai di sebuah dinding kebun milik seorang Anshar dari
Bani an-Najjar. Aku mencoba mengelilinginya untuk mnedapatkan pintu masuknya. Aku
tidak menemukannya. Namun sebuah saluran air masuk dari tengah pagar dari
sebuah sumur di bagian luarnya.
Aku pun berusaha masuk dan akhirnya berhasil masuk ke
dekat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Beliau bersabda, ‘Abu
Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah’. Beliau bertanya, ‘Bagaimana
keadaanmu?’ Kukatakan, ‘Engkau berada di tengah-tengah kami, lalu engkau
bangkit dan pergi lama sekali sehingga kami merasa sangat takut engkau diculik
dari kami. Sehingga kami sangat khawatir dan aku adalah orang yang pertama-tama
merasa khawatir itu.
Sehingga aku mendatangi dinding kebun ini dan melompat
laksanan seekor musang sedang melompat. Sedangkan rombongan orang-orang itu
berada di belakangku’. Maka beliau bersabda, ‘Wahai Abu Hurairah’, lalu beliau
menyerahkan kedua sandal baliau, dan berabda, ‘Pergilah dengan dua buah
sandalku ini. Maka siapa pun yang engkau temukan di belakang dinding kebun ini
yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah selain Allah
dengan hati yang yakin, maka berikan kabar kepadanya berita gembira bahwa
baginya surga’. Kemudian disebutkan hadits seutuhnya.” (Riwayat Muslim)
Faidah
Hadits
1. Penjelasan mengenai kesungguhan dan perhatian para sahabat
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam terhadap beliau.
2. Upaya orang-orang mencari pemimpin mereka dan
mencemaskanya pada saat mencarinya.
3. Di dalam terdapat pemberian isyarat atau tanda yang menunjukan
kejujuran orang yang diutus.
4. Ahlu tauhid (orang-orang
yang bertauhid) adalah mereka
yang memberikan perhatian kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan orang-orang sholih, dan mereka itulah
orang-orang yang lebih berhak mendapatkan kabar gembira daripada yang lain.
5. Ucapan La
Ilaaha illallaah mengharuskan pengucapnya masuk surga jika diucapkan secara
tulus dari dalam hatinya.
وعن ابنِ شُماسَةَ قالَ : حَضَرْنَا
عَمْرَو بنَ العاصِ رضي اللَّهُ عنه ، وَهُوَ في سِيَاقَةِ المَوْتِ فَبَكى
طَويلاً ، وَحَوَّلَ وَجْهَهُ إِلى الجدَارِ ، فَجَعَلَ ابْنُهُ يَقُولُ : يا
أَبَتَاهُ ، أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بكَذَا
؟ أَما بشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بكَذَا ؟ فَأَقْبلَ
بوَجْههِ فَقَالَ : إِنَّ أَفْضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللَّه ، وأَنَّ مُحمَّداً رسُول اللَّه إِنِّي قَدْ كُنْتُ عَلى أَطبْاقٍ ثَلاثٍ
: لَقَدْ رَأَيْتُني وَمَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضاً لرَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم مِنِّي ، وَلا أَحبَّ إِليَّ مِنْ أَنْ أَكُونَ قَدِ استمْكنْت
مِنْهُ فقَتلْتهُ ، فَلَوْ مُتُّ عَلى تِلْكَ الحالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّار
. فَلَمَّا جَعَلَ اللَّهُ الإِسْلامَ في قَلْبي أَتيْتُ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم فَقُلْتُ : ابْسُطْ يمينَكَ فَلأُبَايعْكَ ، فَبَسَطَ يمِينَهُ
فَقَبَضْتُ يَدِي ، فقال : « مالك يا عمرو ؟ » قلت : أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرطَ قالَ
: « تَشْتَرطُ ماذَا ؟ » قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لي ، قَالَ : أَمَا عَلمْتَ أَنَّ
الإِسْلام يَهْدِمُ ما كَانَ قَبلَهُ، وَأَن الهجرَةَ تَهدمُ ما كان قبلَها ،
وأَنَّ الحَجَّ يَهدِمُ ما كانَ قبلَهُ ؟ » وما كان أَحَدٌ أَحَبَّ إِليَّ مِنْ
رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وَلا أَجَلّ في عَيني مِنْه ، ومَا
كُنتُ أُطِيقُ أَن أَملأَ عَيني مِنه إِجلالاً له ، ولو سُئِلتُ أَن أَصِفَهُ ما
أَطَقتُ ، لأَنِّي لم أَكن أَملأ عَيني مِنه ولو مُتُّ على تِلكَ الحَال لَرَجَوتُ
أَن أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ . ثم وُلِّينَا أَشيَاءَ ما أَدري ما حَالي
فِيهَا ؟ فَإِذا أَنا مُتُّ فلا تصحَبنِّي نَائِحَةٌ ولا نَارٌ ، فإذا دَفَنتموني
، فشُنُّوا عليَّ التُّرَابَ شَنًّا ، ثم أَقِيمُوا حولَ قَبري قَدْرَ ما تُنَحَرُ
جَزورٌ ، وَيقْسَمُ لحْمُهَا ، حَتَّى أَسْتَأْنِس بكُمْ ، وأنظُرَ ما أُراجِعُ
بِهِ رسُلَ ربي . رواه مسلم .
“Dari Abu Syumamah, ia berkata, ‘Kami
mengunjungi Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu ketika ia akan wafat, di
mana ia menangis berkepanjangan dengan memalingkan wajahnya ke dinding. Anaknya
bertanya kepadanya, ‘Wahai ayahku, bukankah Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam telah memberimu berita gembira sedemikian
rupa? Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam telah memberimu
kabar gembira sedemikian rupa?’.
Ia pun menghadap dengan wajahnya kepadanya, lalu
berkata, ‘Sesungguhnya sesuatu yang terbaik untuk kita persiapkan adalah
persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Aku telah berada pada tiga tingkatan
masa: Aku telah melihat diriku sendiri dan tak seorang pun yang paling benci
kepada Rasulullah selain diriku. Tidak ada yang paling kusukai selain mendapat
kesempatan untuk membunuh beliau. Jika aku mati dalam keadaan seperti itu,
tentu aku menjadi ahli neraka.
Maka ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku aku
bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam lalu kukatakan kepada
beliau, ‘Ulurkan tangan kanan engkau, aku pasti harus berbai’at kepada engkau’.
Beliau mengulurkan tangan kanannya, lalu kutarik
tanganku. Maka beliau bertanya, ‘Kenapa wahai Amr?’ Aku menjawab, ‘Aku
menghendaki sebuah syarat’. Beliau bersabda, ‘Apa yang kau jadikan syarat?’
Kukatakan, ‘Agar aku diampuni semua dosaku’. Beliau bersabda, ‘Apakah engkau
tidak tahu bahwa Islam menghancurkan dosa-dosa sebelumnya. Hijrah menghancurkan
dosa-dosa sebelumnya. Haji menghancurkan dosa-dosa sebelumnya?’.
Pada masa kedua ini tak ada seorang pun yang paling
kucintai daripada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Tak seorang
pun yang paling membanggakan di mataku selain beliau. Aku tidak memapu
memandang beliau sepenuh mataku karena kemuliaan beliau. Jika aku diminta untuk
menyebutkan sifat-sifat beliau, aku takkan mampu karena aku tidak pernah
memandang beliau sepenuh mataku. Jika aku mati pada masa itu, maka aku tentu
bisa berharap menjadi ahli surga.
Kemudian pada masa ketiga ini aku dijadikan penguasa
yang berkuasa atas segala sesuatu yang aku sendiri tidak mengetahui keadaanku
di dalam mengemban kekuasaan itu? Jika aku mati, maka jangan diiringi dengan
tangisan, jangan iringi aku dengan api. Jika kalian memakamkanku, maka
masukkanlah tanah perlahan-lahan. Lalu berdiamlah di sekitar makamku sekedar
selama orang memotong ternak dan membagi-bagikan daginya. Sehingga aku merasa
senang dengan keberadaan kalian semua dan aku bisa menetapkan jawaban untuk
para utusan Rabbku yang akan mengujiku’.” (Riwayat
Muslim)
Faidah
Hadits
1. Agungnya posisi Islam, hijrah dan haji, masing-masing
dapat menghapuskan berbagai kemaksiatan yang dilakukan sebelumya.
2. Disunahkan mengingatkan orang yang tengah menghadapi
kematian untuk berbaik sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, juga
membacakanya ayat-ayat pengharapan dan juga hadits-hadits pengampunan di dekatnya
serta menyampaikan apa-apa yang telah dijanjikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
bagi kaum muslimin.
3. Disunahkan menyebutkan amal kebiaknya, agar dia
berbaik sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan meninggal dalam
keadaan berbaik sangka kepada-Nya.
4. Tingginya penghormatan dan pengagungan para sahabat
kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan para penuntut ilmu
seharusnya melakukan hal yang sama terhdap para ulama.
5. Di dalam hadits tersebut terdapat ketaatan kepada
larangan Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam, untuk tidak
mengiringinya dengan ratapan dan api.
6. Disunahkan untuk menimbunkan tanah kedalam kubur, dan
tidak dianjurkan untuk duduk di atas kuburan.
7. Diharamkan duduk di atas kuburan, karena adanya
larangan yang jelas lagi shohih mengenai hal itu.
8. Penetapan adanya fitnah kubur dan adanya pertanyaan
dua malaikat.
9. Yang termasuk sunnah adalah tinggal di kuburan dalam
waktu yang singkat, dengan mendo’akan si mayit dan memohonkan keteguhan
untuknya.
Artikel terkait:
EmoticonEmoticon