Hendaknya setiap
muslim memperhatikan cara berbicaranya, sebab setiap ucapan yang keluar dari
lisan-lisan kita mempunyai konsekuensi tersendiri. Setiap ucapan baik akan
berkonsekuensi baik dan setiap ucapan yang buruk akan berkonsekuensi buruk
pula. Ucapan yang baik yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhai adalah salah satu
amal yang dapat meninggikan derajat pelakunya dalam surg. Abu Hurairah
menuturkan, Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya ada
seorang hamba berkata-kata dengan kalimat yang diridhai Allah, meskipun orang
tersebut tidak memberi perhatian padanya (karena dianggap sederhana), namun
karenanya Allah mengangkat derajatnya. Dan ada seorang hamba berkata-kata
dengan kalimat yang dimurkai Allah dan orang tersebut tidak ambil peduli
padanya, padahal karenanya Allah melemparkan ia ke dalam neraka jahannam.
"
Ketika menjelaskan hadits ini, menukil
perkataan segolongan ulama, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Bahwa
kalimat yang bisa menyebabkan pengucapnya dilemparkan dalam neraka, adalah
kalimat yang ia ucapkan di hadapan penguasa zhalim berupa tuduhan gila atau
fasik terhadap muslim yang lain, memandang enteng hak nubuwwah (untuk
dimuliakan) dan syariat sekalipun ia tidak beri'tikad demikian. Adapun kalimat
yang membuat derajat pelakunya terangkat serta dicatat baginya keridhaan adalah
kalimat yang mampu membela seorang muslim yang terzhalimi, atau melapangkan kesulitannya atau dengannya ia
dapat menolong orang yang terzhalimi... "
Kalimat apa saja yang kita ucapkan akan
dicacat, dan bakal dimintai pertanggungjawaban, sama saja apakah kalimat itu
baik atau buruk. Allah Ta'ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (١٨)
"Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir." (Qaaf:
18)
Terkadang, kalimat
yang diucapkan itu sangat besar bahayanya. Sebagaimana ia merupakan sebab
seseorang masuk Islam, ia dapat pula menjadi petaka hingga pelakunya keluar
dari Islam. Seperti orang yang bercanda, atau bersenda gurau dengan sesuatu
yang ada hubungannya dengan perkara-perkara agama, malaikat, para Nabi dan
Rasul dan sebagainya, atau mengucapkan kalimat yang dapat membatalkan amal-amal
shalehnya sendiri.
Oleh karena itu, maka
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia
mengucapkan kata-kata yang baik atau kalau tidak bisa maka lebih baik diam
saja.
Imam Asy-Syafi'i
berkata, "Seyogyanya setiap orang berfikir dahulu terhadap segala apa yang
hendak ia ucapkan dan merenungkan akibat dari ucapannya tersebut. Jika ternyata
tampak baginya kebaikan dan tidak menimbulkan kerusakan serta tidak menariknya
pada perkara yang dilarang, maka boleh ia ucapkan. Kalau tidak, maka hendaklah
ia diam menahan diri."
Ketika Alqamah AI-Muzani mendengar hadits yang
diriwayatkan oleh Bilal bin Harits Al-Muzani dari Rasulullah saw., "Sesungguhnya
seorang berkata-kata dengan kalimat yang diridhai Allah Ta'ala, sementara ia
tidak menyangka besarnya balasan yang ia dapatkan. Allah Ta'ala menuliskan
(balasan) baginya lantaran kalimat tersebut berupa keridhaan-Nya hingga hari
pertemuan dengan-Nya. Dan sesungguhnya seorang berkata-kata dengan kalimat yang
dimurkai Allah, sementara ia tidak menduga apa yang bakal ia dapatkan, Allah
Ta'ala mencatat baginya lantaran kalimat tersebut berupa kern urkaanNya hingga
hari pertemuan dengan-Nya. "
Mendengar hadits ini,
Alqamah berkata, "Alangkah banyak perkataan yang ingin aku ucapkan, akan
tetapi terhalangi oleh hadits Bilal bin Al-Harits ini."
Apakah Anda juga mengucapkan seperti perkataan
beliau di atas? Syaikh Adi bin Hatim meriwayatkan, Rasulullah bersabda, "Takutlah
kalian akan neraka walau hanya dengan bershadaqah sebutir kurma, jika kalian
tidak mendapatkan hal itu maka dengan mengucapkan kata-kata yang baik. "
Wahai saudaraku,
biasakan lidahmu mengucapkan kata-kata yang baik. Sambutlah seruan Allah yang
termaktub dalam firman-Nya:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (٥٣)
"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku,
‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Al Isra': 53)
EmoticonEmoticon