URGENSI DAKWAH

September 03, 2014

Oleh Anas Abdillah Al-Cilacapi

بسم الله الرحمن الرحيم
Kita semua faham dan sangat mengerti bahwa tujuan penciptaan kita adalah untuk beribadah. Allah memerintahkan ibadah kepada kita, bukan karena Dia membutuhkan peribadahan kita (Allah sangat tidak butuh peribadahan kita), akan tetapi kitalah yang membutuhkan peribadahan/kitalah yang butuh beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Definisi ibadah adalah semua hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya baik ucapan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin. Jadi ibadah cakupannya sangat luas.
            Salah satu bentuk peribadahan yang agung yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman adalah da’wah ilallah. Keagungan dakwah dapat dilihat dari para pengusungnya (para Nabi dan Rasul)[1], karena besarnya pahala dakwah, dan banyaknya ayat-ayat  al Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam yang memerintahkan untuk berdakwah dan mengancam jika dakwah ditinggalkan.
            Perlu kita ketahui bahwa, hukum asal daripada da’wah adalah fardhu kifayah. Namun realita membuktikan bahwa kaum muslimin yang melakukan kewajiban da’wah belum mencapai derajat kifayah (mencukupi). Hal ini berdasarkan realita masyarakat kita:
1.      إنْتِشَارُ الجَهلِ : “Tersebarnya kebodohan” (Akibat dari kebodohan: Dg kebodohan Allah subhanahu wa ta’ala disekutukan, Nama dan sifat Allah di nafikan, Agama Allah dirubah semuanya)
2.      وَكَثْرَةُ الفَسَدِ : “Banyaknya kerusakan”
Berdasarkan realita tersebut, maka hukum dakwah menjadi fardhu ‘ain bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Syaikh Abdullah bin Bazz rahimahullah mengatakan: “Ketika jumlah para da’i minoritas, di sisi yang lain كَثْرَةٌ مُنْكَرَات (tersebarnya kemungkaran) –tidak imbang antara da’i yang berdakwah dan kemungkaran yang tersebar luas- ditambah lagi kebodohan justru mendominasi kaum muslimin sekarang ini, maka
 تَكُونُ الدَّعْوَةُ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَي كُلِّ وَاحِدٍ بِحَسْبِ طَاقَتِه (maka menjadi da’wah adalah fardhu ‘ain/wajib atas setiap individu sesuai dengan kemampuan)”
            Begitu juga imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Ali Imran: 104:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Ibnu Katsir rh;
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةً مُنْتَصِبَةً لِلْقِيَامِ بِأَمْرِ اللَّهِ فِي الدَّعْوَةِ إِلَي الْخَيْرِ، وَالْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ، وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ...وَإِنْ كَانَ ذَالِكَ وَاجِبًاعَلَي كُلِّ فَرْدٍ مِنَ الأُمَّةِ بِحَسَبِهِ
“Maksudnya, hendaklah ada di antara kalian segolongan ummat yang menyiapkan dirinya untuk mengemban perintah dari Alloh dalam mendakwahkan kebajikan, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran… perintah tersebut merupakan kewajiban setiap individu ummat sesuai dengan kemampuannya masing-masing
            Hukum asal meninggalkan perintah adalah berdosa. Maka kita sangat takut jika kita termasuk golongan orang-orang yang berdosa, karena meninggalkan kewajiban da’wah.


Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan di banyak ayat al Qur’an agar hamba-hamba-Nya berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (١٢٥)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٠٨)
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf: 108)[2].
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Sebab Akibat:
            Jika kita sudah melaksanakan apa yang Allah firmankan dalam ayat-ayat tersebut, maka insya Allah kita akan menjadi ummat yang terbaik, karena telah baramar amar ma'ruf nahi munkar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (١١٠)
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (٣٣)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushilat: 33)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَي هُدَى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا إِلَي ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ أَثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa mengajak orang lain menuju sebuah petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengikutinya, pahala itu tidak akan berkurang sedikitpun, dan barang siapa mengajak orang lain kepada perbuatan dosa, maka dia akan mendapat dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, dosa itu tidak akan berkurang dari mereka sedikitpun.”
 (HR. Muslim dalam kitab al-‘Ilm 16/347. No. 3647)
فَوَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرٌ النَّعَمْ
Demi Alloh, sungguhnya Alloh memberi hidayah kepada satu orang melaluimu, adalah lebih baik dari pada kamu memiliki unta merah” (HR. Bukhari dalam kitab al-Jihad 6/211 no. 2942)

Ancaman:
Namun sebaliknya jika da’wah kita tinggalkan, maka ancamannya sangat luar biasa. Jika kita meninggalkan amal da’wah ini, amal Jihad ini, dan lebih mencintai kehidupan dunianya, maka Allah mengancam dengan ancaman yang sangat dahsyat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (٢٤)
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Bencana Masal:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢٥)
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Sebuah perumpamaan. Rasulullah shallallahu a’alyhi wa sallam bersabda:
مَثَلُ القَائِمِ عَلَي حُدُوْدِاللهِ وَالوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمِ اسْتَهَمُوا عَلَي سَفِينَةٍ فَأَصَبَ بَعْضُهُمْ أعْلَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا’ فَكَانَ الّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْ مِنَ المَاءِ مَرَو عَلَي مَنْ فَوْقَهُمْ’ فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا’ فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُ وْا هَلَكُوا جَمِيْعًا’ وَإِنْ أَخَذُوا عَلَي أَيْدِيْهِمْ نَجَوْ وَنَجَوْ جَمِيْعًا
“Perumpamaan orang yang berdiri diatas larangan-larangan Alloh dan yang terjerumus di dalamnya, seperti kaum yang menaruh belas kasihan di atas kapal laut, sebagian mereka di atas  dan sebagian lainnya di bawah. Orang yang berada di bawah kapal jika mereka mencari air harus melewati orang yang di atasnya, mereka berkata: ‘Jika kita melubangi tempat kita sebuah lubang, maka tidak mengganggu orang yang di atas kita’. Apa bila mereka (yang diatas kapal) membiarkan keinginan mereka (yang di  bawah kapal), hancurlah semuanya. Dan apabila mereka mencegahnya, maka selamatlah semuanya.” (HR Al- Bukhori)

Rasulullah shallallahu ‘alayihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ قَوْمٍ يَعْمَلُ فِيْهِمْ بِالمَعَصِى ثُمَّ يَكْدِرُوْنَ أَنْ يُغَيِّرُ، وَلاّيُغَيِّرُوْنَ إلاَّ يُشَاكُّ أَنْ يَعُمَّهُ اللهُ بِالعِقَابِ
Tidak ada satu komunitas masyarakat yang di dalam kehidupan mereka berbagai maksiat dikerjakan, padahal mereka sanggup untuk merubahnya, tetapi mereka tidak merubahnya, kecuali pasti Alloh akan memberikan hukuman yang merata terhadap mereka semua.”(HR. Ibnu Majjah dengan sanad hasan)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرَنَّ بِالمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوَنَّ عَنِ المُنْكَارِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ’ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Alloh yang nyawaku ada ditangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, jika tidak niscaya Alloh akan mengirimkan adzab kepada kalian, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya tetapi tidak dikabulkan.” (HR At-Tirmidzi)
            Ummul Mu’minin Zainab radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللهُ، أَنُهْلَكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُونَ...؟ “Wahai Rasulullah shallallahu  ‘alayhi wa sallam, ‘Apakah kami akan tetap dibinasakan padahal di antara kami ada orang-orang yang shalih..?” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab: نَعَمْ،  إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ “Betul..!! –kalian akan tetap ditimpa bencana meskipun ada orang-orang shalih di antara kalian-, ketika keburukan, kemaksiatan telah mendominas masyarakat.”

            Bilal bin Sa’ad rahimahullah pernah mengatakan:
إِنَّ المَعْصِيَةَ إِذَاخَفِيَتْ لَمْ تَضُرَّ إِلاَّ صَاحِبُهَا “Sesungguhnya kemaksiatan apa bila tersembunyi dia tidak akan mencelakakan siapa-siapa kecuali pelakunya saja” وَإِذَا أُعْلِنَتْ وَلَمْ تُغَيَّرُ ضَرَّةِ العَمَّةِ “Akan tetapi apa bila kemaksiatan dilakukan secara terang-terangan, tampak secara tegas dan tidak ada upaya untuk merubahnya, maka celakanya akan menimpa keseluruh manusia/masyarakat”

            Gunakan kesempatan sebaik mungkin untuk beramal shalih, beramal da’wah karena waktu-waktu kita terus bergulir dan semua yang ada pada diri kita akan dimintai pertanggung jawaban.
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ
Dari Abu Barzah al-Aslami ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser di hari kiamat hingga ditanya tentang umurnya dipergunakan untuk apa, tentang ilmunya sudahkah diamalkan, tentang hartanya dari mana didapatkan dan dipergunakan untuk apa, serta tentang tubuhnya dipergunakan untuk apa?”. (HR. Tirmidzi dan dinyatakan hasan sahih oleh beliau)






[1] QS. An-Nahl: 36 “Sungguh Kami telah mengutus pada tiap-tiap kaum seorang Rasul untuk menyerukan sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut”
[2] Ibnul Qayyim rh mengatakan: “Siapa saja yang mengaku pengikut Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka wajib baginya menempuh jalan da’wah.”

Artikel Terkait

Previous
Next Post »