Kedudukan Akal Dalam Islam

September 30, 2016

A.        Definisi Akal
Akal (اَلْعَقْلُ) berasal dari akar kata (عَقَلَ-يَعْقِلُ-عَقْلاً) yang asalnya bermakna mencegah (اَلْمَنْعُ). Akal memiliki makna yang lain, di antaranya:
            (اَلْحَجْرُ)       ... Pencegahan
            (اَلنَّهْيُ)         ... Larangan
            (اَلدِّيَةُ)          ... Tebusan
Sedangkan menurut istilah, penggunaan akal mempunyai 4 makna yaitu:
1. (اَلْغَرِيْزَةُ المُدْرِكَةُ) (insting/naluri yang mampu merasa), yaitu naluri yang dimiliki manusia untuk mengetahui dan memikirkan sesuatu, sama seperti kekuatan melihat pada mata dan kekuatan merasa pada lidah. Ia adalah obyek taklif (pembebanan ibadah) yang dapat membedakan manusia dengan hewan.
2. (اَلْعُلُوْمُ الضَّرُوْرِيَّةُ) (ilmu-ilmu pasti/eksakta), yaitu ilmu yang diketahui oleh seluruh orang berakal, seperti pengetahuan tentang hal yang mungkin, yang wajib, dan lain-lain.
3. (اَلْعُلُوْمُ النَّظَرِيَّةُ) (ilmu-ilmu teoritis) yang diperoleh  melalui penalaran dan pencarian data.
4. Kerja-kerja berdasarkan ilmu.

Pengertian di atas dapat dirangkum dalam 2 makna:
1. Aksioma-aksioma rasional dan pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada pada setiap manusia.
2. Kesiapan bawaan yang bersifat instingtif dan kemampuan yang matang.

Akal adalah insting yang diciptakan Alloh subhanahu wa ta’ala kemudian diberi muatan pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ ... ٧٠
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.” (QS. Al-Isro’[17]: 70)
Karena itu, maka tempat akal terletak dalam hati yang merupakan pusat penilaian bagi Alloh   terhadap setiap gerak dan aktivitas manusia.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
... وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا ... ١٧٩
“..Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh).” (QS. Al-A’rof [7]: 179)

B. Kedudukan Akal dalam Syari’at Islam.
Syari’at Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat tinggi terhadap akal manusia. Itu dapat dilihat pada point-point berikut:

1. Alloh   hanya menyampaikan kalam-Nya kepada orang-orang yang berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syari’at-Nya.
Alloh   berfirman:
...وَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٤٣       
“...Dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Shood [38]: 43)

2. Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat menerima taklif (beban kewajiban) dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Hukum-hukum syari’at tidak berlaku bagi mereka yang tidak dapat menerima taklif. Dan di antara yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila karena kehilangan akalnya.

Rosululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
رُفِعَ اْلقَلَمُ عَنْ ثَلَأثٍ, وَمِنْهَا: اْلجُنُوْنُ حَتَّى يُفِيْقَ
“Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan, di antaranya; orang gila sampai dia kembali sadar (berakal).” (HR. Ahmad: 6/100, AbuDawud: 472, Nasa’i: 6/658, Ad-Darimi: 1/171, Ibnu Hibban: 1/178, Baihaqi: 6/84 dan Al-Hakim: 2/59)

Minyak Zaitun Ruqyah (MIZAR)

 PROGRAM DAUROH SYARI'YYAH DUA BULAN

3. Alloh   mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya celaan Alloh   terhadap ahli neraka yang tidak menggunakan akalnya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ١٠
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala,” (QS. Al-Mulk [67]: 10)


Dan Alloh subhanahu wa ta’ala pun mencela orang-orang yang tidak mengikuti syari’at dan petunjuk Nabi-Nya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
...أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَلَايَهۡتَدُونَ ١٧٠
“...(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk?.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 170)

4. Penyebutan akal begitu banyak, baik proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur’an, seperti: tadabbur, tafakkur, ta’aqqul dan lainnya. Seperti kalimat “La’allakum tatafakkarun” (mudah-mudahan kalian berpikir), atau “Afalaa ta’qilun” (apakah kalian tidak berakal), atau “Afalaa yatadabbarunal Qur’an” (apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) isi kandungan Al-Qur’an dan lainnnya.
5. Al-Qur’an banyak menggunakan penalaran logika rasional. Misalnya ayat-ayat berikut ini:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗا ٨٢
Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.”(QS. An-Nisaa’ [4]: 82)
لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ ٢٢
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Alloh, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 22)
 أَمۡ خُلِقُواْ مِنۡ غَيۡرِ شَيۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَٰلِقُونَ ٣٥
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?.” (QS. Ath-Thuur [52]: 35)
6. Islam mencela taqlid yang membatasi dan melumpuhkan fungsi kerja akal.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَآ أَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۚ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَلَايَهۡتَدُونَ ١٧٠
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk?.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 170)

Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan mengikuti kebenaran.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ ٱجۡتَنَبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ أَن يَعۡبُدُوهَا وَأَنَابُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰۚ فَبَشِّرۡ عِبَادِ ١٧ ٱلَّذِينَ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحۡسَنَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٨
Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Alloh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar [39]: 17-18)

7. Alloh subhanahu wa ta’ala menggunakan bekas (tanda) untuk membuktikan adanya pemberi bekas (tanda) tersebut. Dan itu merupakan suatu proses berpikir yang dibutuhkan untuk mengetahui adanya hubungan antara bekas dan pemberi bekas.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ٣ ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ ٤
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan suatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk [67]: 3-4)

Itulah sedikit ulasan kedudukan akal manusia di dalam Islam. Islam sangat menjunjung tinggi akal sehat yang tidak bertentangan dengan syari’at. Dan hakikatnya syari’at tidak akan bertentangan dengan akal sehat. Jika terlihat seolah-olah syari’at Islam bertentangan dengan akal sehat manusia, ini hanya karena keterbatasan ilmu kita dalam memahaminya.

Semoga ulasan di atas bermanfaat. Wallahu a’lam
Bogor, 30 September 2016

BACA JUGA ARTIKEL INI:
Larangan Menyilangkan Jari-jari Saat Menunggu Shalat


 Hal-hal Yang Makruh Dilakukan di Masjid









Artikel Terkait

Previous
Next Post »