DEFINISI AL QUR'AN

Oktober 24, 2016

Definisi Al Qur’an
“Qara`a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira`ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a-qira’atan wa qur’anan. Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan,
إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ ١٧  فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ ١٨
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu” (QS. Al-Qiyamah: 17-18)

Qur’anah di sini berarti qira’ah (bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tashrif) dari kata fu’lan seperti “ghufran” dan “syukran”. Anda dapat mengatakan; qara’tuhu, qur’an, qira’atan dan qur’anan, dengan satu makna. Dalam konteks ini maqru’ (yang dibaca, sama dengan qur’an) yaitu satu penamaan isim maf’ul dengan masdar.

Secara khusus, Al Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Maka, jadilah ia sebagai sebuah identitas diri.

Dan sebutan Al Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tetapi juga begian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka, jika Anda mendengar satu ayat Al Qur’an dibaca misalnya, Anda dibenarkan bahwa si pembaca itu membaca Al Qur’an.
“Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204)

Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an di antara kitab-kitab Allah itu, karena kitab ini juga mencakup esensi dari kitab-kitab-Nya, bahkan mencakup esensi dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam firman-Nya,
وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٖ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِهِمۡۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ تِبۡيَٰنٗا لِّكُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ ٨٩
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)
وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا طَٰٓئِرٖ يَطِيرُ بِجَنَاحَيۡهِ إِلَّآ أُمَمٌ أَمۡثَالُكُمۚ مَّا فَرَّطۡنَا فِي ٱلۡكِتَٰبِ مِن شَيۡءٖۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يُحۡشَرُونَ ٣٨
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am: 38)

Sebagian ulama berpendapat, kata Al-Qur’an itu pada asalnya tidak berhamzah –sebagai kata jadian-, mungkin karena ia dijadikan sebagai satu nama bagi suatu firman yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, bukan kata jadian yang diambil dari qara’a, atau mungkin juga karena ia berasal dari kata qurina asy-syai’u bisy-syai’i yang berarti menggandengkan sesuatu dengan lainnya, atau juga berasal dari kata qara’in, karena ayat-ayatnya saling menyerupai. Maka berarti huruf nun yang ada di akhir kalimat itu asli. Namun pendapat ini masih dianggap kurang valid, dan yang shahih adalah pendapat yang pertama.

Al Qur’an memang sukar dibatasi dengan definisi-definisi rasional yang memiliki jenis-jenis, bagian-bagian dan ketentuan-ketentuannya yang khas, yang mana dengannya pendefinisiannya dapat dibatasi secara tepat. Tapi batasan yang tepat itu dapat dihadirkan dalam pikiran atau realita yang dapat diraas, misalnya Anda memberikan isyarat tentangnya dengan sesuatu yang tertulis dalam mushaf atau yang terbaca dengan lisan. Lalu, Anda katakan Al Qur’an adalah apa yang ada di antara dua kitab, atau Anda katakan Al Qur’an adalah yang berisi bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah... sampai dengan min al-jinnati wa an-nas.

Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan lainnya bahwa Al Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, yang pembacaannya menjadi suatu ibadah. Maka kata “Kalam” yang termaktub dalam definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam, dan penyadarannya kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.

Kalimat “al-munazzal” (yang diturunkan), berarti tidak termasuk kalam-Nya yang sudah khusus menjadi miliknya.
قُل لَّوۡ كَانَ ٱلۡبَحۡرُ مِدَادٗا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّي لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ قَبۡلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّي وَلَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِهِۦ مَدَدٗا ١٠٩
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.” (QS. Al Kahfi: 109)
وَلَوۡ أَنَّمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن شَجَرَةٍ أَقۡلَٰمٞ وَٱلۡبَحۡرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦ سَبۡعَةُ أَبۡحُرٖ مَّا نَفِدَتۡ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٢٧
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27)

Batasan dengan kata “Kepada Muhammad” menunjukkan, al Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum seperti Taurat dan Injil.


Adapun “al-muta’abbad bitilawatih” (membacanya adalah ibadah) mengecualikan hadits-hadits Ahad dan qudsi. Jika kita katakan misalnya; ia diturunkan dari sisi Allah dengan lafazhnya –sebab itu pembacaannya dianggap satu ibadah artinya membacanya di dalam shalat atau lainnya termasuk ibadah. Tida demikian halnya dengan hadits ahad dan hadits qudsi.

---------------------------------------------------
Info penting:
Anda ingin belajar Islam setiap saat..??
Silahkan dengarkan siaran dakwah radio Fajri 99,3 FM
Atau via streaming www.fajrifm.com.
Telah hadir aplikasi android radio fajri streaming.
Silahkan search “radio fajri” di google play store,
Kemudian pasang di hp android Anda.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »