Karena keterbatasan
ilmu kita tentang makna-makna Al Qur’an, terkadang kita mendapati beberapa ayat
Al Qur’an terlihat kontradiktif. Namun pada hakikatnya semua ayat Al Qur’an
tidak kontradiktif dan beritanya adalah benar. Maka setiap muslim wajib meyakini
kebenaran Al Qur’an tanpa keraguan sedikit pun.
Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin pernah ditanya: Bagaimana cara kita mengambil benang
merah antara firman Allah subhanahu wa ta’ala:
۞تِلۡكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ...
“Rasul-rasul
itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain..” (QS. Al
Baqarah: 253)
Dengan
firman-Nya:
...لَا
نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ ...
“..."Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al Baqarah: 285)
Syaik ‘Utsaimin
menjawab:
Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka
atas sebagian yang lain..” (QS. Al Baqarah: 253). Mirip dengan firman-Nya:
...وَلَقَدۡ
فَضَّلۡنَا بَعۡضَ ٱلنَّبِيِّۧنَ عَلَىٰ بَعۡضٖۖ ...
“...Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain)...” (QS. Al-Isra: 55)
Tidak ada
keraguan bahwa sebagian Nabi dan rasul itu lebih baik dari sebagian yang lain. Para
Rasul lebih afdhal (lebih utama) dari para Nabi. Dan rasul ulul azami
itu lebih afdhal daripada rasul selain mereka yang bukan ulul azmi. Rasul
ulul azmi adalah lima nabi yang disebutkan dalam dua ayat Al Qur’an.
Firman-Nya:
وَإِذۡ
أَخَذۡنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ مِيثَٰقَهُمۡ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٖ وَإِبۡرَٰهِيمَ
وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۖ
“Dan
(ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
(sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam...” (QS.
Al-Ahzab: 7)
Yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa bin
Maryam ‘alayhimussalam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
۞شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ
بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ
إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ ...
“Dia
telah mensyari´atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa...” (QS. Asy-Syura: 13)
Mereka berjumlah
lima dan lebih mulia dari selain mereka. Adapun fimrman Allah subhanahu wa
ta’ala tentang orang-orang yang beriman:
...كُلٌّ
ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ
بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ ...
“..Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al
Baqarah: 285)
Maksudnya
adalah, kita tidak membeda-bedakan para nabi dalam keimanan kepada mereka. Kita
mengimani bahwa mereka adalah para rasul yang diutus Allah dengan benar dan
mereka tidak pernah berdusta, mereka adalah orang-orang yang benar, dan dibenarkan
oleh Allah. Inilah maksud dari firman-Nya: "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al
Baqarah: 285). Yaitu dalam keimanan kepada mereka. Kita beriman bahwa mereka
adalah para rasul yang diutus Allah subhanahu wa ta’ala dengan benar.
Tetapi dalam
masalah iman yang berkonsekwensi mengikuti, hal ini bagi siapa saja yang ada
sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dikhususkan
(mengikuti) kepada Nabi saja. Karena Nabi adalah Rasul yang diikuti dan syariat
beliau telah menghapus dan membatalkan semua syari’at sebelumnya. Dengan
demikian, kita mengetahui bahwa iman itu kepada para nabi, kita beriman kepada
mereka bahwa mereka adalah para Rasul Allah yang sebenarnya serta bahwa syari’at
Allah yang mereka bawa adalah benar. Sedangkan sesudah diutusnya Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam, semua agama terdahulu sudah dihapus dan dibatalkan oleh
syari’at beliau. Sehingga wajib atas seluruh umat manusia untuk menolong
(agama) ini. Allah telah menghapus dengan hikmah-Nya semua agama selain agama
Rasulullah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلۡ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡ جَمِيعًا ٱلَّذِي لَهُۥ
مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ
فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِيِّ ٱلۡأُمِّيِّ ٱلَّذِي يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ
وَكَلِمَٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٥٨
“Katakanlah:
"Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu
Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk" (QS. Al A’raf: 158)
Maka semua
agama selain agama Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam telah dihapus. Tetapi
beriman kepada para rasul dan bahwa mereka benar adalah sesuatu yang wajib. Wallahu
waliyyut taufiq. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il (I/330-332), karya,
Syaikh Utsaimin, dihimpun oleh Fahd as-Shlaiman).
Sumber
materi: Buku Menjawab Ayat dan Hadits Kontroversi. Oleh Tim Dar ats-Tsabat.
Baca juga artikel menarik berikut ini:
EmoticonEmoticon