Surat Al Baqarah Ayat 253 Kontradiski dengan Ayat 285?

Oktober 21, 2016
Karena keterbatasan ilmu kita tentang makna-makna Al Qur’an, terkadang kita mendapati beberapa ayat Al Qur’an terlihat kontradiktif. Namun pada hakikatnya semua ayat Al Qur’an tidak kontradiktif dan beritanya adalah benar. Maka setiap muslim wajib meyakini kebenaran Al Qur’an tanpa keraguan sedikit pun.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin pernah ditanya: Bagaimana cara kita mengambil benang merah antara firman Allah subhanahu wa ta’ala:
۞تِلۡكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ...
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain..” (QS. Al Baqarah: 253)
Dengan firman-Nya:
...لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ ...
“..."Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al Baqarah: 285)

Syaik ‘Utsaimin menjawab:
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain..” (QS. Al Baqarah: 253). Mirip dengan firman-Nya:
...وَلَقَدۡ فَضَّلۡنَا بَعۡضَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ عَلَىٰ بَعۡضٖۖ ...
“...Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain)...” (QS. Al-Isra: 55)

Tidak ada keraguan bahwa sebagian Nabi dan rasul itu lebih baik dari sebagian yang lain. Para Rasul lebih afdhal (lebih utama) dari para Nabi. Dan rasul ulul azami itu lebih afdhal daripada rasul selain mereka yang bukan ulul azmi. Rasul ulul azmi adalah lima nabi yang disebutkan dalam dua ayat Al Qur’an. Firman-Nya:
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ مِيثَٰقَهُمۡ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٖ وَإِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۖ
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam...” (QS. Al-Ahzab: 7)
Yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa bin Maryam ‘alayhimussalam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
۞شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ ...
“Dia telah mensyari´atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa...” (QS. Asy-Syura: 13)

Mereka berjumlah lima dan lebih mulia dari selain mereka. Adapun fimrman Allah subhanahu wa ta’ala tentang orang-orang yang beriman:
...كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ ...
“..Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al Baqarah: 285)

Maksudnya adalah, kita tidak membeda-bedakan para nabi dalam keimanan kepada mereka. Kita mengimani bahwa mereka adalah para rasul yang diutus Allah dengan benar dan mereka tidak pernah berdusta, mereka adalah orang-orang yang benar, dan dibenarkan oleh Allah. Inilah maksud dari firman-Nya: "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”..” (QS. Al Baqarah: 285). Yaitu dalam keimanan kepada mereka. Kita beriman bahwa mereka adalah para rasul yang diutus Allah subhanahu wa ta’ala dengan benar.

Tetapi dalam masalah iman yang berkonsekwensi mengikuti, hal ini bagi siapa saja yang ada sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dikhususkan (mengikuti) kepada Nabi saja. Karena Nabi adalah Rasul yang diikuti dan syariat beliau telah menghapus dan membatalkan semua syari’at sebelumnya. Dengan demikian, kita mengetahui bahwa iman itu kepada para nabi, kita beriman kepada mereka bahwa mereka adalah para Rasul Allah yang sebenarnya serta bahwa syari’at Allah yang mereka bawa adalah benar. Sedangkan sesudah diutusnya Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, semua agama terdahulu sudah dihapus dan dibatalkan oleh syari’at beliau. Sehingga wajib atas seluruh umat manusia untuk menolong (agama) ini. Allah telah menghapus dengan hikmah-Nya semua agama selain agama Rasulullah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُمۡ جَمِيعًا ٱلَّذِي لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ فَ‍َٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِيِّ ٱلۡأُمِّيِّ ٱلَّذِي يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَكَلِمَٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٥٨
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk" (QS. Al A’raf: 158)

Maka semua agama selain agama Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam telah dihapus. Tetapi beriman kepada para rasul dan bahwa mereka benar adalah sesuatu yang wajib. Wallahu waliyyut taufiq. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il (I/330-332), karya, Syaikh Utsaimin, dihimpun oleh Fahd as-Shlaiman).
Sumber materi: Buku Menjawab Ayat dan Hadits Kontroversi. Oleh Tim Dar ats-Tsabat.

 Program Dauroh Syar'iyyah DUa Bulan

 Manfaat Luar Biasa dari Mizar

Baca juga artikel menarik berikut ini:




Artikel Terkait

Previous
Next Post »