KISAH TUKANG ROTI DAN IMAM AHMAD

November 17, 2016
Allah selalu mengabulkan do’aku, kecuali satu hal...

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menulis sebuah buku tentang Imam Ahmad rahimahullah. Beliau menceritakan detailnya dengan indah yang mengajarkan kepada kita pentingnya dzikir harian.

Imam Ahmad sangat dikenal di kalangan umat Islam. Baik sebelum maupun sesudah datangnya fitnah (ujian) selama hidupnya. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa ia memiliki pelayat terbanyak pada masa itu. Dalam satu hari, 1,3 juta orang datang berdo’a untuknya. Subhanallah. Coba bayangkan betapa terkenal dan dicintainya beliau. Beliau selalu menutup wajahnya ketika bepergian menuntut ilmu sehingga orang-orang tidak akan mengenalnya. Lihatlah betap rendah hatinya beliau.

Suatu hari, ia bepergian ke Syam. Dalam perjalanan, ia berhenti sejenak di Masjid untuk beristirahat. Penjaga masjid berkata kepadanya, “Keluar kau, masjid ini sudah tutup”.

“Saya tidak punya tempat untuk pergi,” kata Imam Ahmad.

“Pergilah.. keluar!!” kata penjaga.

Sebenarnya bisa saja ia berkata, “Saya adalah Imam Ahmad,” tapi ternyata tidak. Justru sebaliknya, beliau rahimahullah, mengemas barang-barangnya dan pergi menuju tangga masjid untuk istirahat. Penjaga masjid datang dari luar dan mengatakan kepadanya untuk turun tangga dan pergi ke tempat lain. Imam Ahmad tidak tahu harus berbuat apa.

Penjaga tersebut kemudian memegang kaki Imam Ahamd dan menyeretnya ke tengah jalan.

“Uhh.. baiklah saya pergi..” Kata Imam Ahmad sambil menahan sakit.

Kemudian, ada seorang tukang roti yang memiliki toko roti di seberang jalan melihatnya dan berkata, “Anda dapat bermalam di toko roti saya. Saya akan melakukan beberapa pekerjaan, sementara itu, Anda bisa beristirahat di sini.” Tukan roti itu kemudian menunjukkan tempat istirahat kepada beliau.

Imam Ahmad rahimahullah mengamati orang ini. Dia mencampur adonan kemudian memasukkannya ke dalam oven. Di setiap proses membuat kue, menguleni, mencetak, memanggang, dan seterusnya, si tukan roti itu berucap:
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, Allahu Akbar...

Sepanjang malam senantiasa bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Imam Ahmad terkejut. Ia berpikir, biasanya orang-orang cepat bosan ketika berdzikir, baik ketika tahajud, i’tikaf, dan ibadah lainnya, namun orang ini selalu melakukan dzikir setiap saat di tempat kerjanya.

Imam Ahmad kemudian bertanya kepadanya (tukang roti ini tidak tahu siapa yang menjadi tamunya), “Sudah berapa lama engkau melakukan hal ini?”
Dia menjawab, “Hal yang mana?”
“Dzikir kepada Allah,” Jawab Imam Ahmad.
“Seumur hidupku,” Kata tukang roti.

Lalu Imam Ahmad bertanya kepadanya dengan pertanyaan kedua, “Apa yang Allah berikan dari semua dzikir yang engkau lakukan setiap hari ini? Apa hasilnya?”

Maa da’utullaha li syai’in, illaa a’taani iyyaya..” (Apa saja yang saya pinta kepada Allah, semua pasti dikabulkan oleh-Nya).”

Imam Ahmad berkata, “Subhanallah, setiap engkau berdo’a Allah pasti mengabulkannya?!”

Pria itu mengulangi.., “Saya selalu meminta kepada Allah, dan Dia pasti memberikannya padaku.. kecuali satu hal.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Apa itu?”

Ia berkata, “Saya ingin punya kesempatan untuk bertemu dengan Imam Ahmad.”

Imam Ahmad rahimahullah tak kuat menahan haru, ia menangis hingga meneteskan air mata. Imam Ahmad memeluk erat orang tersebut dan berkata:
“Subhanallah! Qad jaa’aka bi Ahmad. Yajurruhu bi rijlihi ila makhbazikh..” (Subnahallah! Allah telah membawamu Ahmad. Allah menyeret kaki Ahmad ke toko roti Anda). Kalau bukan untuk Anda, saya bisa tidur dengan tenang di Masjid.”

Subhanallah...

وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)
[Sumber: Buku Golden Stories, Dari Orang Hebat hingga Orang Biasa. Karya Abdullah bin Abdurrahman]

Merenungi kisah nyata di atas akan membawa manfaat yang sangat besar untuk setiap pembacanya. Di antara pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah:

* Hendaknya kita senantiasa menyembunyikan amal-amal shalih kita agar lebih terjaga keikhlasannya. Seperti Imam Ahmad rahimahullah yang selalu menutup wajahnya ketika bepergian mencari ilmu.

* Hendaknya kita tetap bersabar atas perlakuan orang lain yang tidak kita sukai, karena di balik semua itu ada hal yang baik yang Allah siapkan untuk kita. Imam Ahmad rahimahullah tetap bersabar ketika diusir dari Masjid, meskipun beliau bisa berterus terang sehingga mendapat ijin untuk menginap di Masjid tersebut atau bahkan akan mendapat perlakuan yang istimewa dari sang penjaga Masjid.

* Menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Seperti yang dilakukan oleh tukang roti kepada Imam Ahmad.

* Memuliakan tamu, dengan menjamunya dan memberikan tempat terbaik untuk sekadar duduk atau bahkan menginap jika diperlukan.

* Memperbanyak berdzikir kepada Allah dalam segala aktifitas kita (kecuali pada waktu dan tempat yang dilarang untuk berdzikir). Dzikir akan memberi pengaruh yang sangat besar bagi diri kita. Ia ibarat air bagi ikan. Ikan tidak akan dapat hidup kecuali di air. Begitu pula hati. Akan mati ketika kosong dari dzikir. Dzikir juga menjadi penyebab terkabulnya berbagai do’a yang kita mohonkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


Semoga tulisan ringkas ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.



Bogor, 17 November 2016, HASMI


Artikel lainnya:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Unknown
AUTHOR
18 November 2016 pukul 03.17 delete

mengharukan kisah para imam mazhab, sangat bermanfaat kisahnya

Reply
avatar