Allah selalu mengabulkan do’aku,
kecuali satu hal...
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menulis
sebuah buku tentang Imam Ahmad rahimahullah. Beliau menceritakan
detailnya dengan indah yang mengajarkan kepada kita pentingnya dzikir harian.
Imam Ahmad sangat dikenal di
kalangan umat Islam. Baik sebelum maupun sesudah datangnya fitnah (ujian)
selama hidupnya. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa ia
memiliki pelayat terbanyak pada masa itu. Dalam satu hari, 1,3 juta orang
datang berdo’a untuknya. Subhanallah. Coba bayangkan betapa terkenal dan
dicintainya beliau. Beliau selalu menutup wajahnya ketika bepergian menuntut
ilmu sehingga orang-orang tidak akan mengenalnya. Lihatlah betap rendah hatinya
beliau.
Suatu hari, ia bepergian ke Syam. Dalam
perjalanan, ia berhenti sejenak di Masjid untuk beristirahat. Penjaga masjid
berkata kepadanya, “Keluar kau, masjid ini sudah tutup”.
“Saya tidak punya tempat untuk
pergi,” kata Imam Ahmad.
“Pergilah.. keluar!!” kata penjaga.
Sebenarnya bisa saja ia berkata, “Saya
adalah Imam Ahmad,” tapi ternyata tidak. Justru sebaliknya, beliau rahimahullah,
mengemas barang-barangnya dan pergi menuju tangga masjid untuk istirahat. Penjaga
masjid datang dari luar dan mengatakan kepadanya untuk turun tangga dan pergi
ke tempat lain. Imam Ahmad tidak tahu harus berbuat apa.
Penjaga tersebut kemudian memegang
kaki Imam Ahamd dan menyeretnya ke tengah jalan.
“Uhh.. baiklah saya pergi..” Kata
Imam Ahmad sambil menahan sakit.
Kemudian, ada seorang tukang roti
yang memiliki toko roti di seberang jalan melihatnya dan berkata, “Anda dapat
bermalam di toko roti saya. Saya akan melakukan beberapa pekerjaan, sementara
itu, Anda bisa beristirahat di sini.” Tukan roti itu kemudian menunjukkan
tempat istirahat kepada beliau.
Imam Ahmad rahimahullah mengamati
orang ini. Dia mencampur adonan kemudian memasukkannya ke dalam oven. Di setiap
proses membuat kue, menguleni, mencetak, memanggang, dan seterusnya, si tukan
roti itu berucap:
Subhanallah, alhamdulillah, laa
ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa
ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Subhanallah, alhamdulillah, laa
ilaaha illallah, Allahu Akbar...
Sepanjang malam senantiasa bertasbih
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Imam Ahmad terkejut. Ia berpikir,
biasanya orang-orang cepat bosan ketika berdzikir, baik ketika tahajud, i’tikaf,
dan ibadah lainnya, namun orang ini selalu melakukan dzikir setiap saat di
tempat kerjanya.
Imam Ahmad kemudian bertanya
kepadanya (tukang roti ini tidak tahu siapa yang menjadi tamunya), “Sudah
berapa lama engkau melakukan hal ini?”
Dia menjawab, “Hal yang mana?”
“Dzikir kepada Allah,” Jawab Imam
Ahmad.
“Seumur hidupku,” Kata tukang roti.
Lalu Imam Ahmad bertanya kepadanya
dengan pertanyaan kedua, “Apa yang Allah berikan dari semua dzikir yang engkau
lakukan setiap hari ini? Apa hasilnya?”
“Maa da’utullaha li syai’in,
illaa a’taani iyyaya..” (Apa saja yang saya pinta kepada Allah, semua pasti
dikabulkan oleh-Nya).”
Imam Ahmad berkata, “Subhanallah,
setiap engkau berdo’a Allah pasti mengabulkannya?!”
Pria itu mengulangi.., “Saya selalu
meminta kepada Allah, dan Dia pasti memberikannya padaku.. kecuali satu hal.”
Imam Ahmad rahimahullah
berkata, “Apa itu?”
Ia berkata, “Saya ingin punya
kesempatan untuk bertemu dengan Imam Ahmad.”
Imam Ahmad rahimahullah tak
kuat menahan haru, ia menangis hingga meneteskan air mata. Imam Ahmad memeluk
erat orang tersebut dan berkata:
“Subhanallah! Qad jaa’aka bi
Ahmad. Yajurruhu bi rijlihi ila makhbazikh..” (Subnahallah! Allah telah
membawamu Ahmad. Allah menyeret kaki Ahmad ke toko roti Anda). Kalau bukan
untuk Anda, saya bisa tidur dengan tenang di Masjid.”
Subhanallah...
وَٱذۡكُر
رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ
وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٢٠٥
“Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)
[Sumber: Buku Golden Stories, Dari
Orang Hebat hingga Orang Biasa. Karya Abdullah bin Abdurrahman]
Merenungi kisah nyata di atas akan
membawa manfaat yang sangat besar untuk setiap pembacanya. Di antara pelajaran
yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah:
* Hendaknya kita senantiasa
menyembunyikan amal-amal shalih kita agar lebih terjaga keikhlasannya. Seperti
Imam Ahmad rahimahullah yang selalu menutup wajahnya ketika bepergian
mencari ilmu.
* Hendaknya kita tetap bersabar
atas perlakuan orang lain yang tidak kita sukai, karena di balik semua itu ada
hal yang baik yang Allah siapkan untuk kita. Imam Ahmad rahimahullah
tetap bersabar ketika diusir dari Masjid, meskipun beliau bisa berterus terang
sehingga mendapat ijin untuk menginap di Masjid tersebut atau bahkan akan
mendapat perlakuan yang istimewa dari sang penjaga Masjid.
* Menawarkan bantuan kepada orang
yang membutuhkan pertolongan. Seperti yang dilakukan oleh tukang roti kepada
Imam Ahmad.
* Memuliakan tamu, dengan
menjamunya dan memberikan tempat terbaik untuk sekadar duduk atau bahkan
menginap jika diperlukan.
* Memperbanyak berdzikir kepada
Allah dalam segala aktifitas kita (kecuali pada waktu dan tempat yang dilarang
untuk berdzikir). Dzikir akan memberi pengaruh yang sangat besar bagi diri
kita. Ia ibarat air bagi ikan. Ikan tidak akan dapat hidup kecuali di air.
Begitu pula hati. Akan mati ketika kosong dari dzikir. Dzikir juga menjadi
penyebab terkabulnya berbagai do’a yang kita mohonkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.
Semoga tulisan ringkas ini
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Bogor, 17 November 2016, HASMI
Artikel lainnya:
1 komentar:
Write komentarmengharukan kisah para imam mazhab, sangat bermanfaat kisahnya
ReplyEmoticonEmoticon