Manusia akan menjadi mulia selama tetap berpegang kepada wahyu itu, dan
akan hancur serta hina bila mengabaikannya. Kemungkinan terjadinya wahyu dan
eksistensinya sudah tak dapat diragukan lagi, dan manusia perlu kembali kepada
petunjuk wahyu demi jiwanya yang haus akan nilai-nilai luhurnya.
Muhammad Rasulullah shalallahu
‘alayhi wa sallam, bukanlah rasul pertama yang diberi wahyu. Allah juga
telah menurunkan wahyu kepada para rasul sebelumnya.
“Sungguhnya Kami telah
memberikan wahyu kepada mu (hai Muhammad), sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nabi Nuh, dan nabi-nabi yang diutus sesudahnya; Kami juga telah
memberikan wahyu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isma’il, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub,
dan nabi-nabi keturunannya, Nabi Isa, Nabi Ayub, Nabi Yunus, Nabi Harun, dan
Nabi Sulaiman; juga kami telah memberikan kepada Nabi Dawud; Kitab Zabur. Dan
(kami telah mengutuskan) beberapa orang rasul yang telah Kami ceritakan
kepadamu dahulu sebelum ini, juga rasul-rasul yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Dan Allah benar-benar telah berkata-kata secara langsung kepada Nabi Musa
dengan kata-kata.” (QS. An-Nisa: 163-164)
“Patutkah manusia merasa heran
dengan sebab Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki dari antara mereka;
Berilah peringatan kepada umat manusia (yang ingkar), dan sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, bahwa bagi mereka kedudukan yang
sungguh mulia di sisi Tuhan mereka. (Setelah Nabi Muhammad datang kepada
mereka), berkatalah orang-orang kafir (yang merasa heran) itu, “Sesungguhnya
(Muhammad) itu tukang sihir yang nyata. (QS. Yunus: 2)
Arti Wahyu
Dikatakan; wahaitu ilaihi
dan auhaitu. Kalimat ini digunakan jika tidak ingin orang lain
mendengarnya. Wahyu mengandung makna isyarat yang cepat. Itu terjadi biasanya
melalui pembicaraan yang berupa simbol, terkadang melalui suara semata, dan
terkadang pula melalui isyarat sebagaian anggota badan.
Al-Wahyu (wahyu) adalah kata
mashdar (infinitif). Dia menunjuk pada dua pengertian dasar, yaitu; tersembunyi
dan cepat. Oleh sebab itu, dikatakan, “Wahyu ialah informasi secara tersmbunyi
dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang
lain. Inilah pengeritan dasarnya (mashdar). Tetapi terkadang tanpa juga
bermaksud al-muha, yaitu pengertian isim maf’ul, maknanya yang
diwahyukan. Secara etimologi (kebahasaan) pengertian wahyu meliputi:
1. Ilham al-fithri li al-insan
(ilham yang menjadi fitrah manusia). Seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa,
وَأَوۡحَيۡنَآ
إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَرۡضِعِيهِۖ ...
“Dan
kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia...” (QS. Al
Qashash: 7)
2. Ilham
yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah,
وَأَوۡحَىٰ
رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ
وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ ٦٨
“Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (QS. An-Nahl: 68)
3.
Isyarat yang cepat melalui isyarat, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan
al-Qur’an,
فَخَرَجَ
عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ
بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا ١١
“Maka
ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 11)
4.
Bisikan setan untuk menghias yang buruk agar tampak indah dalam diri manusia.
...وَإِنَّ
ٱلشَّيَٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوۡلِيَآئِهِمۡ لِيُجَٰدِلُوكُمۡۖ... ١٢١
“Sesungguhnya
syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu...” (QS. Al
An’am: 112)
“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)...” (QS.
Al An’am: 112)
5. Apa
yang disampaikan Allah kepada para malaikat-Nya berupa perintah untuk
dikerjakan.
إِذۡ
يُوحِي رَبُّكَ إِلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَنِّي مَعَكُمۡ فَثَبِّتُواْ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْۚ ...
“(Ingatlah),
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”.” (QS. Al
Anfal: 12)
Sedangkan
wahyu Allah kepada Nabi-Nya, secara syariat mereka didefinisikan sebagai “Kalam
Allah yang diturunkan kepada seorang nabi.”. Definisi ini menggunakan
pengertian maf’ul, yaitu al-muha (yang diwahyukan).
Materi lainnya:
Macam-macam Cara Turunnya Wahyu Dari Allah
Macam-macam Cara Turunnya Wahyu Dari Allah
EmoticonEmoticon