Tujuan
hidup manusia di muka bumi bukanlah untuk sekadar makan, minum dan
bersenang-senang. Sebab jika demikian, kita tak ubahnya orang-orang kafir
maupun binatang. Prioritas mereka dalam kehidupan ini hanyalah makan dan
kesenangan hidup. Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan mereka dalam
firman-Nya:
“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 2).
“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 2).
Tujuan
keberadaan kita dan ditundukannya segala apa yang ada di bumi hanyalah untuk
mewujudkan ibadah kepada Allah semata. Karenanya yang harus dilakukan adalah
semaksimal mungkin menata waktu yang sangat terbatas agar selalu produktif
dengan amal shalih. Itulah yang menyebabkan seseorang menempati posisi mulia di
Surga.
Perlu
difahami oleh anak-anak muda, setiap detik waktu yang terlewati akan sangat
menentukan nasib kita di akhirat. Jika waktu yang sangat singkat itu dipenuhi
sikap bermalas-malasan, maka hanya penyesalan di Hari Kiamat yang akan kita
tuai. Penyesalan, saat itu, tak lagi bermanfaat. Mereka akan berteriak, “Duhai
celaka! Sekiranya dulu di dunia aku memanfaatkan waktuku dengan sebaik-baiknya,
mengisinya dengan amal shalih sebanyak mungkin niscaya nasibku tidak seperti
sekarang.”.
Kehidupan
manusia dibatasi oleh tahun, hari, bahkan detik. Kita tak mampu menambah atau
mengurangi waktu barang sedetik saja. Sebesar apa pun tenaga yang dicurahkan
untuk mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya, tetap saja jatah hidup kita di
dunia ini dibatasi waktu. Umur umat Nabi Muhammad n lebih singkat dibandingkan dengan usia
umat-umat terdahulu. Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Usia
umatku antara 60 sampai 70 (tahun). Sedikit di antara mereka yang melebihi
batas itu.” (HR. Tirmidzi).
Usia
produktif manusia tidak lebih dari 20 tahun seluruh umurnya. Setelah dikurangi
sepertiganya untuk tidur, 15 tahun masa kanak-kanak, kurang lebih 2 tahun untuk
makan dan minum, buang hajat dan urusan-urusan mendadak lainnya. Untuk itu
diperlukan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu-waktu yang tersedia dan tidak
bermalas-malasan.
Islam sangat
mencela sifat malas dan menyanjung sifat antusias dalam kebaikan. Karena dalam
sifat malas terdapat banyak sekali keburukan dan kerugian. Sedangkan dalam sifat antusias terdapat banyak
sekali kebaikan dan keberuntungan. Orang yang mempunyai sifat malas akan
kehilangan banyak sekali kesempatan beramal shalih sedangkan orang yang rajin
dan bersemangat tidak akan membiarkan waktu dan kesempatannya hilang begitu
saja.
Begitu
buruknya sifat malas, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam
selalu berlindung dari sifat tersebut. Anas bin Malik rahimahullah selalu
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berdo’a:
اللّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ
وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, Saya
berlindung kepadaMu dari kesedihan dan kegelisahan. Dari ketidakmampuan dan
kemalasan. Dari sifat pelit dan pengecut. Juga dari lilitan hutang dan paksaan
orang-orang.” (HR. Al-Bukhari).
Selagi masih muda, selagi masih banyak kesempatan untuk
memperbanyak bekal kembali kepada Allah, maka manfaatkanlah masa-masa ini
dengan sebaik-baiknya. Tinggalkan kegiatan-kegiatan mubah yang tak bermanfaat
dunia dan akhirat. Bersabarlah dalam menuntut ilmu dan beramal. Bergabunglah
bersama komunitas orang-orang shalih sehingga setiap saat kita dapat meneladani
mereka dalam amal kebajikan. Wallahu a’lam.
Artikel terkait:
Gaya Muda Islami (GAMIS)
Pendidikan Pemuda
Menumbuhkan Jiwa Kreatifitas
Harta Terpendam "Kisah Pemuda Kahfi"
Tinggalkan Kata "Nanti-nanti", Segera Kerjakan!!
Rajin Belajar Menyongsong Masa Depan
Pemuda Yang Tumbuh di Masjid
Jurus Ampuh Membentengi Diri Dari Narkoba
Hukum Narkoba
EmoticonEmoticon