UCAPAN SELAMAT TINGGAL, WASIAT, DO’A, DAN MEMINTA DO’A KEPADA KAWAN YANG AKAN BERPISAH UNTUK BEPERGIAN ATAU LAINNYA

April 03, 2017
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٣٢ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (QS. Al-Baqarah: 132-133)

Tafsir Ibnu Katsir:

Maksudnya, Ibrahim telah mewasiatkan agama ini (Islam). Karena kesungguhan mereka memeluk Islam dan kecintaan mereka kepadanya, maka mereka benar-benar memeliharanya sampai akhir hayat. Mereka pun mewasiatkannya kepada anak cucu mereka yang lahir kemudian.

Penafsiran ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
 وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِيَةٗ فِي عَقِبِهِۦ...٢٨
Dan (lbrahim ‘alayhissalam) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya...” (QS. Az-Zukhruf [43]: 28)

Firman-Nya,
يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam", Maknanya, berbuat baiklah kalian semasa hidup ini, dan tetaplah pada agama ini, niscaya Allah Ta’ala akan menganugerahkan kematian dalam keadaan Islam. Karena pada umumnya seseorang itu akan meninggal dunia sesuai dengan agama yang diyakini selama hidupnya dan juga akan dibangkitkan dalam agama yang dianutnya itu. Dan Allah telah menetapkan Sunnah-Nya, bahwa siapa yang menghendaki kebaikan, dia akan diberikan taufiq dan dimudahkan untuk mencapainya. Dan barangsiapa berniat kepada suatu amal shalih, maka ia akan diteguhkan  padanya.

 Firman-Nya,
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"

Allah berfirman sebagai argumen atas orang-orang musyrik Arab dari keturunan Isma’il dan juga atas orang-orang kafir dari keturunan Israil (nama lain dari Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim ‘alayhimussalam) bahwa ketika kematian menjemputnya, Ya’qub berwasiat kepada anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Ya’qub berkata, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq.’” Hal ini termasuk taghlib (penyamaran), karena sebenarnya Isma’il adalah paman Ya’qub.

An-Nahhas berkata, “Masyarakat Arab biasa menyebut paman dengan sebutan ayah.” Demikian juga yang dinukil oleh al-Qurthubi.


Hadits ke 596
فَمِنْهَا حَديْثُ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –الَّذِي سَبَقَ فِي بَابِ إِكْرَامِ أَهْلِ بَيْتِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْنَا خَطِيْبًا، فَحَمِدَ اللهَ، وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ: أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيْبُ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلَهُمَا: كِتَابُ اللهِ، فِيْهِ الْهُدَى وَالنُّورُ، فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ، وَاسْتَمْسِكُوابِهِ، فَحَثَّ عَلى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ، ثُمَّ قَالَ: وَأَهْلُ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي.
“Di antaranya adalah hadits Zaid bin Arqam radhiyyallahu ‘anhu –yang telah dijelaskan dalam Bab Menghormati  Keluarga Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam– ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berdiri di antara kami sebagai khatib. Beliau memuja dan memuji Allah, menasihati dan mengingatkan lalu bersabda: ‘Amma ba’du, ketahuilah wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa yang mungkin sudah akan datang utusan Rabbku kepadaku sehingga aku harus menyambut panggilan. Dan aku meninggalkan dua pusaka berat (agung) kepada kalian semua. Yang pertama adalah Kitabullah. Di dalamnya petunjuk dan cahaya, maka amalkan semua yang terkandung di dalam Kitabullah dan berpegangteguhlah kepadanya.’ Beliau memerintahkan dan menghimbau untuk mengamalkan Kitabullah, lalu bersabda, ‘Juga keluargaku, kuingatkan kalian semua dengan nama Allah berkenaan dengan keluargaku’.” (Diriwayatkan oleh Muslim)


Hadits Ke-600
عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْنَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَسُوُلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيْماً رَفِيْقاً، فَظَنَّ أَنَا قَدِ اشْتَقْنَا أَهْلَنَا، فَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا مِنْ أَهْلِنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، فَقَالَ: اِرْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيْمُوْا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوهُمْ، وَصَلُّوْا صَلَاةَ كَذَا فِي حِيْنَ كَذَا، وَصَلُّوْا كَذَا فِي حِيْنَ كَذَا، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
“Dari Abu Sulaiman Malik bin Al-Hawairits radhiyallahu ‘anhu ia berkata, ‘Kami para pemuda yang sangat akrab datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dán tinggal pada beliau selama dua puluh malam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat kasih dan sayang kepada kami sehingga beliau menyangka bahwa kami telah rindu untuk kembali kepada keluarga kami. Sehingga beliau bertanya kepada kami tentang siapa-siapa dari keluarga kami yang kami tinggalkan. Kami menyampaikan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Kembalilah kalian semua kepada keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka. Ajarilah dan perintahlah mereka untuk shalat. Lakukan shalat demikian pada waktu demikian, lakukan shalat demikian pada waktu demikian. Jika tiba waktu shalat hendaknya salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan hendaknya yang paling tua di antara kalian menjadi imam’.” (Muttafaq alaih).
Dalam riwayatnya AI-Bukhari menambahkan, “Dan shalatlah kalian semua sebagaimana kalian melihat aku menunaikan shalat.”

Faidah Hadits:
1). Generasi muda lebih kuat untuk mengemban ilmu dan melakukan perjalanan untuk mencarinya.
2). Barangsiapa menginginkan ilmu dan pengetahuan maka hendaklah dia mencarinya, bersabar dalam memperolehnya, serta siap meninggalkan keluarga dan orang-orang yang dicintai dalam rangka menggapainya.
3). Bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah seorang yang masyhur sebagai sosok yang penuh kasih dan sayang kepada orang lain.
4). Seharusnya setiap orang merasakan perasaan orang lain. Tidak boleh egois sehingga lupa dengan orang lain.
5). Setiap orang lebih layak jika tinggal di tengah-tengah keluarganya seoptimal mungkin. Tidak layak baginya untuk mengasingkan diri atau menjauhkan diri dari mereka.
6). Setiap orang diperintahkan untuk mengajar keluarganya tata cara shalat[1].
7). Jika seorang penuntut ilmu pulang kepada suatu kaum yang memiliki ilmu lebih sedikit maka dia harus mengajari mereka.
8). Bahwa adzan tidak sah sebelum tiba waktunya[2].
9). Shalat wajib itu mempunyai beberapa waktu yang tidak mungkin diketahui kecuali melalui pengajaran.
10). Shalat jama’ah adalah wajib hukumnya (termasuk untuk para musafir).
11). Mengutamakan orang yang paling tua untuk menjadi imam[3].
12). Bahwa setiap orang harus memberikan pengarahan berkenaan dengan segala urusan, sekalipun diperkirakan mereka sudah mengetahui perkara itu.
13). Bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengajar semua orang dengan perkataan dan perbuatan.
14). Bahwa wajib atas setiap manusia untuk mengetahui bagaimana Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menunaikan shalat, sehingga perintah beliau dapat dilaksanakan dengan baik.

Hadits ke-601
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعُمْرَةِ ، فَأَذِنَ ، وَقَالَ:  لا تَنْسَنَا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ
فَقَال: كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي بِهَا الدُنْيَا.
“Dari Umar bin Al-Khalhthab radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Aku meminta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menunaikan ibadah umrah. Beliau mengizinkan dan bersabda, Jangan lupakan kami wahai saudaraku, do‘anya’. Lalu Umar berkata, beliau mengatakan suatu ungkapan yang membuatku sangat gembira sehingga karenanya seakan-akan aku memiliki dunia ini.”
Dalam riwayat yang lain, beliau bersabda, “lkutkanlah kami wahai saudaraku dalam do‘amu.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits hasan shahih”).

Hadits ke-602
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنْ عَبْدَ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، كَانَ يَقُولُ لِلرَّجُلِ إِذَا أرَادَ سَفَرًا: اُدْنُ مِنِّي حَتَّى أُوَدِّعَكَ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يُوَدِّعُنَا، فَيَقُولُ: ((أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكَ، وَأَمَانَتَكَ، وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ))
رواه الترمذي، وقال: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحيحٌ
“Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwa Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata kepada seseorang jika orang itu hendak bepergian, ‘Mendekatlah kepadaku hingga aku memberi selamat kepadamu, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi selamat kepada kami. Lalu ia berucap, (aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan penutup semua amal perbuatanmu).” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits hasan shahih”).

Hadits Ke-603
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيدٍ الْخَطْمِيِّ الصَّحَابِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أنْ يُوَدِّعَ الجَيشَ، قَالَ: ((أسْتَوْدِعُ اللهَ دِينَكُمْ، وَأَمَانَتَكُمْ، وَخَوَاتِيمَ أعْمَالِكُمْ)) حديث صحيح، رواه أَبُو داود وغيره بإسناد صحيح
“Dari Abdullah bin Yazid Al-Khathmiy Ash-Shahabi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hendak mengucapkan selamat kepada pasukan perang, maka beliau berucap,  (Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan penutup semua amal perbuatanmu)’.” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud dan Iain-lainnya dengan isnad yang shahih).

Faidah Hadits:
1). Disunnahkan untuk memberi selamat jalan kepada orang yang hendak melakukan perjalanan, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam .
2). Keinginan yang besar dari para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk mendapatkan petunjuk dalam seluruh urusan mereka.
3). Disunnahkan bagi orang Muslim untuk medo’akan saudaranya sesama Muslim dalam setiap keadaan, baik dari jauh[4] atau dari dekat.
4). Yang paling agung dan berharga yang dimiliki seseorang dalam kehidupannya dan dia takut akan hilang dalam agama.
5). Harapan seorang Muslim adalah (Khusnul Khatimah) akhir yang baik bagi saudaranya Muslim, sebagaimana dia berharap agar diberi akhir yang baik bagi dirinya sendiri.
6). Taufiq itu berada di tangan Allah, oleh karena itu, hendaklah seorang Muslim meminta hal tersebut dengan cara menempuh semua jalannya dan mengetuk pintunya.

Hadits Ke-604
وَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهِ عَنهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله إنّي أُرِيدُ سَفَرًا، فَزَوِّدْنِي، فَقَالَ: ((زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى)) قَالَ: زِدْنِي قَالَ: ((وَغَفَرَ ذَنْبَكَ)) قَالَ: زِدْنِي، قَالَ: ((وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ)). رواه الترمذي، وقال: حَدِيثٌ حَسَن
“Dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Datanglah seseorang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya hendak bepergian, maka berilah saya bekal’. Beliau bersabda, ‘Semoga Allah memberimu bekal taqwa’. Orang itu berkata lagi, ‘Berilah saya tambahan’. Beliau bersabda, ‘Dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu’. Orang itu berkata lagi, ‘Berilah saya tambahan’. Beliau bersabda, ‘Semoga Allah memudahkan engkau untuk mendapatkan kebaikan di manapun engkau berada’.” (Diriwayatkan At-Tìrmidzi, dan ia berkata, “Hadits hasan”).

Faidah Hadits:
1). Disunnahkan meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika hendak melakukan perjalanan dan memberitahu beliau perihal kepergian tersebut.
2). Kegigihan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk mendapatkan do’a dari beliau untuk mereka baik dalam perjalanan maupun ucapan mereka.
3). Pesan yang paling berharga dari seorang hamba kepada saudaranya sesama Muslim adalah Taqwa kepada Allah, karena ia merupakan bekal jiwa yang mala-ul a’laa tidak mungkin digapai kecuali dengannya.
4). Disunnahkan menambah kebaikan dengan memperbanyak do’a dari orang-orang shalih.




[1] Perintah mengajari shalat kepada keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسۡ‍َٔلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ ١٣٢
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعٍ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرٍ
“Perintahlah anakmu untuk menunaikan shalat pada umur tujuh tahun dan pukullah mereka untuk itu pada umur sepuluh tahun.”
[2] Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا ١٠٣
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)

[3] Standar pemilihan imam shalat:
“Hendaklah orang yang mengimami shalat suatu kamu adalah orang yang paling fasih bacaan al-Qur`annya. Jika kefasihan bacaan mereka sama, hendaklah orang yang paling mengetahui mengenai Sunnah. Jika pengetahuan mereka mengenai Sunnah sama, hendaklah orang yang paling dahulu melaksanakan hijrah. Jika pelaksanaan hijrah mereka sama, hendaklah yang paling tua usianya.” (HR. Muslim).

[4] Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Do’a seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah ditugasi dengan hal itu. Setiap kali dia mendo’akan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang ditugasi tersebut mengucapkan: ‘Amin dan bagimu juga seperti itu.” (HR. Muslim, no. 2733)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »