Tafsir Surat Al-Baqarah: 132-133 "Wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya'qub Kepada Anak Cucunya"

April 02, 2017
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٣٢ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (QS. Al-Baqarah: 132-133)

Tafsir Ibnu Katsir:

Maksudnya, Ibrahim telah mewasiatkan agama ini (Islam). Karena kesungguhan mereka memeluk Islam dan kecintaan mereka kepadanya, maka mereka benar-benar memeliharanya sampai akhir hayat. Mereka pun mewasiatkannya kepada anak cucu mereka yang lahir kemudian.

Penafsiran ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
 وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِيَةٗ فِي عَقِبِهِۦ...٢٨
Dan (lbrahim ‘alayhissalam) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya...” (QS. Az-Zukhruf [43]: 28)

Firman-Nya,
يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam", Maknanya, berbuat baiklah kalian semasa hidup ini, dan tetaplah pada agama ini, niscaya Allah Ta’ala akan menganugerahkan kematian dalam keadaan Islam. Karena pada umumnya seseorang itu akan meninggal dunia sesuai dengan agama yang diyakini selama hidupnya dan juga akan dibangkitkan dalam agama yang dianutnya itu. Dan Allah telah menetapkan Sunnah-Nya, bahwa siapa yang menghendaki kebaikan, dia akan diberikan taufiq dan dimudahkan untuk mencapainya. Dan barangsiapa berniat kepada suatu amal shalih, maka ia akan diteguhkan  padanya.

 Firman-Nya,
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"

Allah berfirman sebagai argumen atas orang-orang musyrik Arab dari keturunan Isma’il dan juga atas orang-orang kafir dari keturunan Israil (nama lain dari Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim ‘alayhimussalam) bahwa ketika kematian menjemputnya, Ya’qub berwasiat kepada anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Ya’qub berkata, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq.’” Hal ini termasuk taghlib (penyamaran), karena sebenarnya Isma’il adalah paman Ya’qub.



An-Nahhas berkata, “Masyarakat Arab biasa menyebut paman dengan sebutan ayah.” Demikian juga yang dinukil oleh al-Qurthubi. 

Artikel Terkait:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »