Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٖ وَمَآ
أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٞ كِتَٰبٞ
مَّرۡقُومٞ
“Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang
durhaka tersimpan dalam sijjin. Tahukah kamu apakah sijjin itu. (Ialah) kitab
yang bertulis” (QS. Al-Muthaffifin: 7-9)
Tafsir Ibnu
Katsir:
Allah
berfirman, “Sesungguhnya, catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan
dalam sijjiin,” Yakni tempat kembali
dan berpulang mereka ke sijjin. Kata sijjin merupakan wazan فِعْلٌ dari kata السِّجْنُ yaitu kesempitan.
Karena itu Allah mengagungkan perkaranya, maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman (mempertanyakannya), “Dan tahukah engkau apakah
sijjin itu?” Yakni, sijjin itu perkara yang besar, penjara yang
permanen dan adzab yang pedih. Kemudian ada ulama yang mengatakan bahwa sijjin
itu berada di bawah bumi ketujuh. Dan telah disebutkan dalam hadits yang
panjang dari riwayat al-Bara’ bin ‘Azib bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman tentang ruh orang kafir, “Tulislah catatan amalnya dalam sijjin!”
Dan sijjin berada di bawah bumi ketujuh.
Tempat kembali orang-orang durhaka ialah di Neraka Jahannam, yaitu
tempat yang paling rendah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengajarkan kebijakan.” (QS. At-Tiin: 5-6)
Dan dalam ayat di atas Allah berfirman,
“Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka
benar-benar tersimpan dalam sijjiin. Dan tahukah engkau apakah sijjiin itu?” Tempat ini menggabung antara kesempitan
dan kerendahan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan
apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di Neraka dengan dibelanggu,
mereka di sana berteriak mengharapkan
kebinasaan.” (QS. Al-Furqan: 13)
Selanjutnya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, كِتَٰبٞ
مَّرۡقُومٞ -kitaabun
marqum- “(Yaitu)
Kitab yang berisi catatan (amal).” Ayat ini bukan sebagai tafsir dari ayat, وَمَآ
أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٞ ”Dan tahukah engkau apakah sijjiin itu?” Akan tetapi sebagai tafsir dari tempat
kembali yang telah ditetapkan untuk mereka ke dalam sijjin. Yakni,
berisi catatan amal, tertulis secara lengkap, telah dirampungkan tanpa
dilebih-lebihkan dan tanpa dikurangi sedikit pun. Demikianlah pendapat yang
dikemukakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi.
EmoticonEmoticon