5- بَابُ الْمُرَاقَبَةِ.
BAB MUROQOBAH
(Mawas Diri)
Muroqobah
memiliki dua aspek:
Pertama: merasa bahwa Alloh
senantiasa mengawasi.
Kedua :
sesungguhnya Alloh senatiasa mengawasimu.
Merasa diawasi Alloh berarti kita tahu
bahwa Alloh mengetahui segala sesuatu yang kita katakan, mengetahui apa yang
kita kerjakan dan mengetahui apa yang kita yakini. Alloh melihat kita ketika
kita bangun atau di waktu malam ketika manusia bangun di tempat yang sepi dan
tidak diketahui oleh seorang pun, maka Alloh mengetahuinya, hingga walaupun di
tempat yang sangat gelap gulita, Alloh tetap melihatnya.
Ingatlah bahwa Alloh selalu mengetahui
kita, baik apa yang kita rahasiakan maupun apa yang terbetik di dalam hati
kita.
Alloh
Ta’ala berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: { الَّذِي يَرَاكَ حِينَ
تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ } [الشعراء: 219-220]
"Dan (melihat pula)
perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia
adalah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui." [QS. asy-Syu'ara (26):
219-220]
Faidah-faidah
Ayat:
1. Ayat
ini menunjukkan ke-Mahatahu-an Alloh. Sehingga Alloh mengetahui semua
gerak-gerik para hamba-Nya.
2. Perintah
untuk merasa selalu diawasi oleh Alloh di manapun dan bagaimanapun kita berada.
3. Ayat
ini senada dengan hadits Jibril yaitu hadits tentang ihsan.
Alloh
Ta’ala berfirman:
{ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُم }
[الحديد:4]
"Dan Dia bersama
kalian di mana saja kalian berada." [QS. al-Hadid (57): 4]
Faidah-faidah
Ayat:
1. Alloh
selalu menyertai para hamba-Nya dengan pengawasan-Nya. Hendaknya seorang hamba
tidak merasa aman dari pengawasan Alloh.
2. Perintah untuk selalu merasa diawasi oleh Alloh.
Hadits:
عن أنسٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ ، قَالَ: إِنَّكُمْ
لَتعمَلُونَ أعْمَالاً هي أدَقُّ في أعيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ، كُنَّا نَعُدُّهَا
عَلَى عَهْدِ رَسُول الله صَلَّي اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّمَ مِنَ المُوبِقاتِ. رواه
البخاري (4692). وَقالَ: (( المُوبقاتُ )): المُهلِكَاتُ.
“Sesungguhnya kalian
sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang kalian anggap seringan rambut di
mata kalian, padahal pada masa Rosululloh shollallohu 'alayhi wa sallam perbuatan-perbuatan semacam itu kami anggap
termasuk hal-hal yang merusak agama (dosa besar).”
(HR.
Bukhori)
Faidah-faidah
hadits:
1. Peringatan
terhadap kecenderungan orang bersandar kepada amal perbuatanya sehingga
bangga dengan amal dan menganggap kecil kemaksiatan.
2. Sesunggungguhnya
dosa-dosa kecil dapat menjerat manusia dan kelak ia akan menjumpai Alloh, sedang
ia tidak mampu melepaskan diri darinya, hingga akhirnya hal itu juga
membinasakan dirinya
3. Orang
yang paling mengetahui Alloh setelah para nabi dan yang paling sempurna
kewara’anya serta yang paling takut kepadanya adalah para shahabat Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam. Mereka melihat hal-hal yang dianggap enteng oleh orang lain
sebagai sesuatu yang dapat menghancurkan. Hal itu di sebabkan oleh kesaksian
mereka akan kebesaran Alloh dan kesempurnaan ma’rifah mereka kepada-Nya.
4. Pemahaman
para sahabat terhadap kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shollallohu ‘alayhi wa
sallam mempunyai kedudukan, sebab ia merupakan jalan bagi orang-orang yang
beriman. Oleh karena itu, barangsiapa yang berjalan di atas jalan mereka akan
selamat dan barang siapa yang menyimpang dari jalan mereka pasti akan binasa
Hadits:
عن أبي هريرةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ ، عن
النَّبيّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّمَ ، قَالَ:
(( إنَّ الله تَعَالَى يَغَارُ، وَغَيرَةُ الله تَعَالَى، أنْ يَأتِيَ المَرْءُ
مَا حَرَّمَ الله عَلَيهِ )) متفق عَلَيهِ. البخاري (5223)، ومسلم (2761).
والغَيْرةُ: بفتحِ الغين، وَأَصْلُهَا الأَنَفَةُ.
“Sesungguhnya Alloh
subhanahu wa ta’ala cemburu, dan cemburunya Alloh adalah bila ada
seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan-Nya.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Faidah-faidah
hadist:
1. Seorang
hamba berkewajiban menjauhi segala bentuk kemaksiaatan, karena kemaksiatan
dapat menyebabkan kemurkaan Alloh Yang Mahasuci lagi Mahatinggi
2. Alloh
Yang Mahasuci membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan
Hadits:
عن أبي يعلى شداد بن أوس رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ ، عن النَّبيّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ ، قَالَ:
(( الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ، والعَاجِزُ مَنْ
أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ )) رواه الترمذي (2459)، وَقالَ:
(( حديث حسن )). قَالَ الترمذي وغيره من العلماء: معنى (( دَانَ نَفْسَهُ )):
حاسبها.
“Orang yang cerdik
adalah orang yang menahan dirinya dan mau beramal untuk bekal sesudah mati.
Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya,
tetapi ia mengangankan berbagai harapan (tinggi) kepada Alloh.”
(HR. Tirmidzi)
Faidah-faidah
hadits:
1. Keharusan
bersikap teguh dan mantap terhadap diri dengan penuh kesungguhan serta selalu
menginstropeksinya
2. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi kehidupan setelah kematian dengan amal shalih
3. Orang
yang berjalan dengan hawa nafsunya akan sesat dan menyesatkan
EmoticonEmoticon