Ini adalah hasil pengalaman tarbiyah dari
siroh (perjalanan hidup) pendidik yang handal untuk memberikan gizi bagi hati
yang teriris kepedihan dosa, kemudian diwarisi oleh orang-orang yang tumbuh
dalam didikannya, lalu mereka mendidik generasi setelahnya. Ahmad bin Ismail
menagatakan, “Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil karena bintik-bintik kecil
sangat berpengaruh pada pakaian yang bersih.” [2]
Saudaraku, hati-hatilah terhadap diri
Anda karena
dosa kecil mampu membunuh. Ibnul Jauzi mengatakan, “Jangan
meremehkan dosa kecil! Karena rumput yang lemahpun bisa dipintal menjadi tali
yang kuat untuk mencekik unta yang gemuk.” [3]
Berapa banyak tempat yang sudah kita
gunakan untuk berbuat dosa? Naifnya, kita melewatinya begitu saja tanpa mengambil
pelajaran darinya atau hati tidak tergerak untuk menyesalinya.
Generasi Tabi’in mendidik kita untuk
tidak melupakan apa yang telah kita perbuat, dan agar kita tidak lalai. Abdul Wahid
bin Zid mengatakan, “Aku pergi bersama Utbah al-Ghulam untuk suatu keperluan. Ketika
kami berada di halaman rumah para jagal, aku melihat Utbah berkeringat deras
sampai basah, padahal hari itu sangatlah dingin. Akupun bertanya kepadanya, ‘Utbah,
engkau basah dengan keringat, padahal hari ini sangat dingin?’ Dia diam dan
tidak berkata satu patah kata pun. Aku bertanya lagi, ‘Apa yang engkau rasakan?’
Aku terus bertanya kepadanya sampai dia menjawab, ‘Aku teringat dosa yang
pernah aku kerjakan di tempat ini’.”
Dosa demi dosa telah kita kerjakan, namun
kita tetap merasa nikmat makan, minum, tidur, bangun, bermain, bergembira dan
lupa dengan dosa yang telah kita kerjakan. Adapun para pendahulu kita, generasi
tabi’in mempunyai pandangan lain. Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya
seorang mukmin kalau berbuat dosa, maka ia akan selalu bersedih hingga berhasil
masuk surga.”[4]
Bagitulah keadaan mereka. Pantaslah kalau
mereka menjadi orang-orang yang paling ahli dalam beribadah. Aku melihat bahwa
merekalah yang diisyaratkan oleh Said bin Jubair dengan telunjuknya. Sungguh merekalah
yang beliau maksud tatkala dikatakan kepada beliau, “Siapakah orang yang paling
ahli dalam beribadah?’ Beliau menjawab, “Orang yang pernah terjerembab ke dalam
dosa, namun setiap kali dia ingat dosanya maka dia menganggap keacil ibadah
yang telah dia kerjakan.”[5]
Tatkala generasi tabi’in mengetahui
dosa mereka dan benar-benar menghitungnya, maka mereka sangat khawatir kalau
amal kebaikan mereka tidak diterima disebabkan dosa-dosa yang telah mereka
hitung dan kenali dengan baik. Hasan al-Bashri berkata tentang mereka, “Aku
berjumpa dengan suatu kaum yang sangat zuhud dengan apa yang dihalalkan Alloh
kepada mereka, bahkan lebih zuhud daripada kezuhudan kalian terhadap apa yang
diharamkan Alloh kepada kalian. Aku juga menjumpai suatu kaum yang sangat
khawatir terhadap amal kabaikan mereka kalau tidak diterima, lebih dari
kekhawatiran mereka terhadap kejelakan mereka.”[6]
Saudaraku, engkau adalah penentu atas
keselamatan atau kebinasaanmu sendiri. Setiap kali engkau menganggap besar dosa
dalam hatimu maka dia kecil di sisi Alloh. Sebaliknya, setiap kali engkau
meremehkannya maka dia sangatlah besar di sisi Alloh. Oleh karena itu,
agungkanlah Alloh dalam hatimu maka dosamu akan terlihat besar di matamu agar
engkau benar-benar menjadi seorang mukmin. Kalau tidak begitu, sungguh, engkau
telah menuliskan dirimu dalam daftar orang-orang munafik.
EmoticonEmoticon