Ada sebuah
pembahasan penting dalam syari’at Islam yang terkadang dianggap sebagai sesuatu
yang tabu ketika kita diskusikan di tengah-tengah kaum Muslimin.
Di antara
mereka ada yang mengira bahwa pembahasan tersebut dapat memecah belah ummat
sehingga tidak perlu untuk dibahas di tengah-tengah kaum muslimin. Pembahasan
yang dimaksud adalah bab Bid’ah dalam peribadahan.
Tapi
benarkah perkataan tersebut?
Rasulullah shalallahu
‘alayhi wa sallam sendiri yang telah mengingatkan kepada ummatnya lebih
dari seribu empat ratus tahun yang silam bahwa bid’ah adalah hal yang berbahaya
dan harus dijauhi oleh kaum Muslimin.
Berikut ini
beberapa bahaya bid’ah bagi kaum Muslimin yang harus dijauhi:
1. Bahwa apa
yang dibuat-buat (bid’ah) adalah sebuah kebatilan menurut al-Qur’an dan Sunnah,
karena setiap sesuatu yang dibawa oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam
adalah sesuatu yang benar (haq).
Sebagaimana
firman Alloh Ta’ala:
…فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا
الضَّلالُ ….(٣٢(
“Maka
tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.” (QS. Yunus: 32)
Adapun dalil
dari Sunnah adalah sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam;
كُل بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ
“Setiap
bid’ah adalah sesat..”
Sudah pasti
bahwa seorang mukmin tidak akan memilih jalan orang-orang yang tersesat, yaitu
mereka yang dinyatakan (keingkarannya) oleh orang yang shalat dalam setiap
shalatnya.
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧(
“Tunjukilah
Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS.
Al-Fatihah: 6-7)
2.
Sesungguhnya dalam praktek bid’ah, seseorang telah keluar dari mengikuti Nabi shalallahu
'alayhi wa sallam. Alloh Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١(
“Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali
Imran: 31)
Jadi orang
yang melakukan perbuatan bid’ah dalam ibadahnya kepada Alloh, maka dia telah
keluar dari mengikuti Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam, karena Nabi shalallahu
‘alayhi wa sallam tidak pernah mensyari’atkannya, sehingga dia telah keluar
dari syari’at Alloh Ta’ala.
3.
Sesungguhnya bid’ah yang dilakukannya itu berarti meniadakan hakikat kesaksian
bahwa Muhammad adalah utusan Alloh, karena orang yang telah menyatakan
kesaksian bahwa Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah utusan
Alloh, maka ibadahnya tidak akan keluar dari syari’at yang telah dibawa oleh
Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam, bahkan ia selalu berupaya
komitmen dengan syari’at tersebut, tidak keluar dari batasannya, dan tidak juga
melalaikan pelaksanaannya.
Barang siapa
yang melalaikan pelaksanaan syari’at atau menambahkannya, berarti ia telah
lalai dalam ittiba’ (mengikuti Rasul). Dengan begitu ia tidak
merealisasikan bahwa Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah utusan
Alloh.
4.
Sesungguhnya esensi bid’ah itu adalah mencemarkan Islam, karena orang-orang
yang melakukan bid’ah berarti ia menganggap bahwa Islam itu belum sempurna,
dialah yang menyempurnakan Islam dengan bid’ahnya ini.
Alloh Ta’ala
berfirman:
… الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا …
(٣(
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu..” (QS. Al-Maidah: 3)
Dikatakan
kepada pelaku bid’ah ini “Sekarang kamu datang membawa syari’at yang dengannya
Islam tidak sempurna, ini berarti pencemaran terhadap Islam, walaupun
tidak secara langsung dari lisannya
tetapi dibuktikan dengan perbuatannya.
Dimanakah Rasululloh
shalallahu ‘alayhi wa sallam?
Dan
dimanakah para shahabat radhiyallahu ‘anhum tentang ibadah yang engkau
lakukan ini?
Apakah
mereka jahil, tidak mengetahuinya..?
Ataukah
mereka lalai dalam menjalankannya..?
5. Bid’ah
juga mengandung celaan terhadap Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam.
Karena bid’ah yang dianggap ibadah ini, adakalanya Rasul shalallahu ‘alayhi
wa sallam belum mengetahuinya, dalam keadaan ini berarti beliau bodoh,
ataupun beliau telah mengetahuinya tetapi beliau sembunyikan, dalam hal ini
berarti beliau telah menyembunyikan risalah. Anggapan semacam ini sangatlah
berbahaya sekali.
مَنِ ابْتَدَعَ
بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ أَنَ مُحَمَّدًا خَانَ رِسَالَةً
لِأَنَّهُ تَعَالي قَال :..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا.. (٣(
“Barang
siapa yang membuat bid’ah dan dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka
sungguh dia telah menuduh Rasululloh shalallahu 'alayhi wa sallam
berkhianat atas risalah. Karena Alloh Ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atas
kalian dan Aku ridho Islam sebagai agama Kalian.” (Imam Malik rahimahullah)
6. Sesungguhnya
bid’ah itu mengandung perpecahan antar ummat Islam. Sebab jika ummat Islam
dibolehkan membuka pintu bid’ah, maka jadilah setiap orang itu berbuat bid’ah
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang kita
saksikan pada saat ini.
Share..!!
EmoticonEmoticon