BAHAYA BID’AH

Januari 02, 2014

Ada sebuah pembahasan penting dalam syari’at Islam yang terkadang dianggap sebagai sesuatu yang tabu ketika kita diskusikan di tengah-tengah kaum Muslimin.

Di antara mereka ada yang mengira bahwa pembahasan tersebut dapat memecah belah ummat sehingga tidak perlu untuk dibahas di tengah-tengah kaum muslimin. Pembahasan yang dimaksud adalah bab Bid’ah dalam peribadahan.

Tapi benarkah perkataan tersebut?
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam sendiri yang telah mengingatkan kepada ummatnya lebih dari seribu empat ratus tahun yang silam bahwa bid’ah adalah hal yang berbahaya dan harus dijauhi oleh kaum Muslimin.

Berikut ini beberapa bahaya bid’ah bagi kaum Muslimin yang harus dijauhi:

1. Bahwa apa yang dibuat-buat (bid’ah) adalah sebuah kebatilan menurut al-Qur’an dan Sunnah, karena setiap sesuatu yang dibawa oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah sesuatu yang benar (haq).
Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ ….(٣٢(
“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.” (QS. Yunus: 32)

Adapun dalil dari Sunnah adalah sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam;
كُل بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Setiap bid’ah adalah sesat..”

Sudah pasti bahwa seorang mukmin tidak akan memilih jalan orang-orang yang tersesat, yaitu mereka yang dinyatakan (keingkarannya) oleh orang yang shalat dalam setiap shalatnya.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧(
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)

2. Sesungguhnya dalam praktek bid’ah, seseorang telah keluar dari mengikuti Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam. Alloh Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١(
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Jadi orang yang melakukan perbuatan bid’ah dalam ibadahnya kepada Alloh, maka dia telah keluar dari mengikuti Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam, karena Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam tidak pernah mensyari’atkannya, sehingga dia telah keluar dari syari’at Alloh Ta’ala.

3. Sesungguhnya bid’ah yang dilakukannya itu berarti meniadakan hakikat kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Alloh, karena orang yang telah menyatakan kesaksian bahwa Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah utusan Alloh, maka ibadahnya tidak akan keluar dari syari’at yang telah dibawa oleh Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam, bahkan ia selalu berupaya komitmen dengan syari’at tersebut, tidak keluar dari batasannya, dan tidak juga melalaikan pelaksanaannya.

Barang siapa yang melalaikan pelaksanaan syari’at atau menambahkannya, berarti ia telah lalai dalam ittiba’ (mengikuti Rasul). Dengan begitu ia tidak merealisasikan bahwa Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam adalah utusan Alloh.

4. Sesungguhnya esensi bid’ah itu adalah mencemarkan Islam, karena orang-orang yang melakukan bid’ah berarti ia menganggap bahwa Islam itu belum sempurna, dialah yang menyempurnakan Islam dengan bid’ahnya ini.

Alloh Ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا … (٣(
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu..” (QS. Al-Maidah: 3)

Dikatakan kepada pelaku bid’ah ini “Sekarang kamu datang membawa syari’at yang dengannya Islam tidak sempurna, ini berarti pencemaran terhadap Islam, walaupun tidak  secara langsung dari lisannya tetapi dibuktikan dengan perbuatannya.

Dimanakah Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam?
Dan dimanakah para shahabat radhiyallahu ‘anhum tentang ibadah yang engkau lakukan ini?

Apakah mereka jahil, tidak mengetahuinya..?
Ataukah mereka lalai dalam menjalankannya..?

5. Bid’ah juga mengandung celaan terhadap Rasululloh shalallahu ‘alayhi wa sallam. Karena bid’ah yang dianggap ibadah ini, adakalanya Rasul shalallahu ‘alayhi wa sallam belum mengetahuinya, dalam keadaan ini berarti beliau bodoh, ataupun beliau telah mengetahuinya tetapi beliau sembunyikan, dalam hal ini berarti beliau telah menyembunyikan risalah. Anggapan semacam ini sangatlah berbahaya sekali.

مَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ أَنَ مُحَمَّدًا خَانَ رِسَالَةً لِأَنَّهُ تَعَالي قَال :..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا.. (٣(
“Barang siapa yang membuat bid’ah dan dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sungguh dia telah menuduh Rasululloh shalallahu 'alayhi wa sallam berkhianat atas risalah. Karena Alloh Ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridho Islam sebagai agama Kalian.” (Imam Malik rahimahullah)


6. Sesungguhnya bid’ah itu mengandung perpecahan antar ummat Islam. Sebab jika ummat Islam dibolehkan membuka pintu bid’ah, maka jadilah setiap orang itu berbuat bid’ah yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang kita saksikan pada saat ini.


Share..!!

Artikel Terkait

Previous
Next Post »