Remaja:
Usia dewasa, bukan anak bukan pula orang tua. Prestasi: Hasil yang telah
dicapai, dilakukan, dikerjakan, dll.
Remaja
berprestasi adalah dambaan setiap orang. Ia menjadi kebanggaan bagi setiap
orang tua, guru dan teman-teman sebayanya. Seorang remaja mendapat gelar
‘remaja berprestasi’ ketika ia memiliki kelebihan-kelebihan/keunggulan-keunggulan
tertentu (positif) dibanding dengan para remaja yang lainnya. Berbagai event
kejuaraan dapat dimenangkannya. Piala dan tropi penghargaan memenuhi kamar
pribadinya. Semua itu adalah hasil dari kerja keras dalam belajarnya.
Ketika
dia adalah seorang remaja muslim/muslimah, maka ia adalah seorang remaja yang
tumbuh berkembang dalam peribadahan kepada Allah. Beriman dan bertakwa
kepada-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ia adalah seorang remaja yang selalu rindu mendekat kepada Allah, rindu dengan
masjid, rindu tilawah al-Qur’an dan rindu mempelajari ilmu-ilmu agama. Ia juga
mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajarinya dan aktif mendakwahkan kepada
teman-temannya. Inilah remaja muslim berprestasi.
Untuk
menjadi remaja muslim berprestasi, kita bisa mengamalkan beberapa point berikut
ini:
1.
Berdo’a kepada Allah
Sebagai seorang mukmin, selayaknya segala keinginan dan
cita-citanya harus digantungkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena
Dia-lah tempat bergantung segala sesuatu. Allah subhanahu wa ta’ala adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan do’a, Dia
menyeru hamba-hamba-Nya agar berdo’a memohon kepada-Nya atas segala keinginan
dan cita-citanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (QS. Al-Mukmin: 60)
Lihatlah wahai para remaja, betapa Allah mendambakan
hamba-hamba-Nya untuk berdo’a meminta kepada-Nya. Dia senantiasa siap dan mampu
untuk mengabulkan segala permohonan kita. Dia juga berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Rasulullah shallallhu
‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ
لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang enggan berdo’a kepada
Allah, maka Dia pun marah kepadanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
2.
Belajar dan
Beramal
Belajar
merupakan salah satu proses untuk mendapatkan prestasi terbaik. Dengan belajar
seseorang akan mendapatkan ilmu-ilmu yang belum dia ketahui, dengan cara inilah
ilmunya akan terus bertambah dan bertambah. Ilmu dalam kaitan prestasi seorang
ramaja sangat penting kedudukannya, karena ilmu adalah kunci keberahasilan untuk
meraih cita-cita. Imam Syafi’i rahimahullah berkata;
مَنْ
أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الْأَخِرَةِ
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barang siapa
yang menghendaki dunia, hendaknya dia berilmu, dan barang siapa yang
menghendaki akhirat, hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki
keduanya (dunia dan akhirat), maka hendaknya dia berilmu.”
Karena begitu
pentingnya ilmu, maka setiap muslim diwajibkan untuk menuntutnya. Rasulullah shallallohu
‘alayhi wa sallam menekankan kepada ummatnya untuk terus menuntut ilmu.
Beliau bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَي كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan beliau
sendiri mendapat bimbingan dari Allah subhanahu wa ta’ala agar
senantiasa memohon dan berdo’a untuk meminta tambahan ilmu. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا…
“Ya Rabb, tambahkanlah kepadaku ‘ilmu” (QS. Thohaa: 114)
“Ya Rabb, tambahkanlah kepadaku ‘ilmu” (QS. Thohaa: 114)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan tentang ayat di atas,
“Dan cukuplah ayat ini menjadi bukti bagi kemuliaan ilmu, bahwa Allah
memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan ilmu”. Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan, mengutip parkataan Ibnu ‘Uyainah rahimahullah “Dan
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam senantiasa meminta tambahan
ilmu hingga beliau wafat.”
Maka beliau shalallahu
‘alayhi wa sallam pun mengajarkan kepada ummatnya beberapa do’a untuk
dipanjatkan kepada Rabbul ‘alamin:
اللهُمَّ
انْفَعْنِي بِمَا علَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَايَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah..
berikan manfaat atas apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkan
kepadaku apa yang bermanfaat bagiku dan tambahkan kepadaku ilmu”
METODE BELAJAR
A.
MEMBACA
Membaca adalah
kemampuan dasar yang dapat membantu Anda untuk memahami pelajaran. Dengan
banyak membaca Anda akan semakin banyak menyerap pengetahuan, wawasan dan kosa
kata. Ada beberapa petunjuk yang harus Anda perhatikan di dalam aktivitas
belajar. Di antaranya:
·
Bacalah pelajaran terlebih dahulu,
sekali dua kali atau lebih. Di sini di perlukan perhatian yang serius dan
kehati-hatian anda dalam membaca.
·
Tulislah kalimat-kalimat atau
rangkaian kata yang belum Anda mengerti pada buku catatan dan carilah
keterangan melalui literature yang dimiliki atau Tanya langsung, melalui
surat/telepon/fax kepada ahlinya.
·
Kembangkanlah satu rangkaian kalimat
yang difahami dengan keterangan-keterangan yang pernah didengar, dibaca dan
dipelajari, atau pemahaman-pemahaman yang pernah diketahui dengan membuat
pertanyaan-pertanyaan pokok, antara lain: dimana, kapan, apa, bagaimana,
kenapa, siapa dan lain-lain.
B.
MENULIS
Tulisan
merupakan modal penting dalam belajar. Anda harus rajin menulis setiap hari
dari pelajaran-pelajaran yang telah Anda terima dengan memuat materi-materi
penting, membaca disertai menulis membantu anda untuk lebih memahami
pelajaran. Cobalah Anda memiliki dua buku catatan, pertama untuk menulis
keterangan dalil satu masalah (Al-Qur’an dan haditsnya) dan yang kedua sebagai
catatan materi-materi pokok dan isi.
C.
MENGHAFAL
Menghafal
sangat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Untuk itu kita harus
berusaha mengatur situasi-situasi dan kondisi yang dapat memudahkan kita untuk
menghafal pelajaran. Di antaranya:
·
Tentukanlah waktu dan kondisi yang
baik untuk menghafal seperti menjelang subuh, di dalam masjid atau di dalam
kamar belajar yang memenuhi syarat.
·
Hafalah ayat-ayat penting atau
hadits-hadits yang shahih dalam satu masalah secara lengkap. Artinya himpunlah ayat-ayat
atau hadits dalam satu bahasa tersebut pada buku catatan, lalu urutlah untuk
menghafalnya.
Untuk memahami
dan memantapkan pemahaman pada pelajaran, maka hal-hal di bawah ini perlu
dijadikan acuan:
·
Kebenaran sumber, artinya agama
bersumber dari al Qur’an dan Sunnah. Maka untuk menentukan tepat atau tidaknya
satu keputusan masalah, harus dipertanyakan dalil kebenarannya dalam al Qur’an
dan Sunnah (surat apa dan ayat berapa/riwayat apa dan shahih atau tidak)
·
Kebenaran faham. Artinya bahwa untuk
memahami agama secara tepat dan benar, kita harus meruju’ kepada bagaimana para
shahabat Nabi
yang mengalami langsung kebenara (al Qur’an
dan Sunnah) itu memahami kandungan al Qur’an dan Sunnah tersebut, maka carilah
rujukan pemahaman mereka dengan baik dan benar.
Setelah
belajar, maka kita dituntut untuk mengamalkanya. Pengamal ilmu yang sudah kita
pelajari akan semakin mengokohkan ilmu tersebut dalam diri-diri kita. Bahkan
pengamalan ilmu yang diketahui akan menambah ilmu-ilmu yang lainnya. Jika kita
mempraktekkan teori-teori yang kita serap dari pelajaran sekolah yang telah
lalu, maka dapat dipastikan kita akan mendapat ilmu baru dari praktek tersebut.
Begitu juga ketika kita bersungguh-sungguh belajar ilmu Agama dan
mengamalkannya, maka kita akan mendapatkan ilmu baru yang belum kita ketahui.
Allah Ta’ala berfirman:
﴿ وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴾
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (men-cari
keridoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Alloh
benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” [QS. al-‘Ankabut (29): 69]
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir
berkata:
( اَلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ بِمَا
يَعْلَمُوْنَ يَهْدِيْهِمُ اللهُ لِمَا لاَ يَعْلَمُوْنَ )
“Yaitu orang-orang yang mengamalkan
apa-apa yang diketahuinya, maka Alloh akan menunjuki mereka ilmu-ilmu yang belum mereka ketahui.”
Seorang pelajar yang banyak berlatih mengerjakan soal dan
banyak mempraktikan teori-teori yang dipelajarinya akan mendapat keajaiban yang
sangat luar biasa dalam dirinya. Ia akan mampu
menghadapi ujian dengan baik, dan pasti akan dapat mengungguli teman-temannya
yang malas belajar.
Ibnul
Qoyyim rahimahullah berkata:
فَإِنَّ
العَزِيْمَةَ وَالْمَحَبَّةَ تُذْهِبُ الْمَشَقَةُ، وَتُطَيِّبُ السَّيْرِ
“Sesungguhnya tekad yang kuat
dan cinta dapat mengenyahkan kesulitan dan memperindah jalan berliku”
3.
Bertakwa
Kepada Allah.
Takwa adalah
“Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya”. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir disebutkan satu kisah tentang dialog antara Umar bin
Khaththab dan Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhuma. Kisahnya seperti di
bawah ini;
Umar bin Al-Khaththab
: bertanya
kepada Ubay bin Ka’ab
tentang taqwa
Dikatakan
bahwa ‘Umar bin al-Khoththob pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab
mengenai takwa. Lalu Ubay bertanya kepadanya,
“Apakah engkau pernah melewati jalan berduri?” Umar menjawab, “Ya.” Ubay
bertanya lagi: “Lalu apa yang engkau lakukan?” ‘Umar menjawab, “Aku akan
berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk menghindarinya.” Lalu Ubay
mengatakan: “Itulah Taqwa.” (*Tafsir al Baghawi [I/59], Jami’ul
‘Ulum wal Hikam [I/160])
Ali
bin Abi Thalib radhiyallohu ‘anhu berkata tentang takwa, bahwa takwa
adalah;
الخَوْف عَنِ الجَلِيْلِ وعَمَلُ بِ التَّنْزِيْلِ
وَالقَنَعَةُ بِ القَلِيْلِ وَالإِسْتِعْدَادُ بِ يَوْمِ الرَّخِيْل
“Takut kepada Yang Mahamulia, dan beramal
dengan al-Qur’an dan Sunnah, dan merasa cukup dengan yang sedikit, serta
bersiap-siap untuk menyongsong hari Akhirat.”
Selama
soerang Muslim bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka
kesuksesan akan diraihnya siang-malam, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan
kesuksesan bagi orang-orang yang bertakwa:
Allah
Ta’ala berfirman:
﴿ يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَءَامِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ
كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُونَ
بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴾
“Hai orang-orang yang
beriman (kepada para rosul), bertaqwalah kepada Alloh dan
ber-imanlah kepada Rosul-Nya, niscaya
Alloh memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian, dan menjadikan
untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Alloh Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hadid (57): 28]
﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
إِنْ تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ﴾
“Hai
orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Alloh mempunyai
karunia yang besar.” [QS. al-Anfal (8): 29]
Dengan
takwa, seorang hamba akan mendapat jalan keluar pada setiap keselitan-kesulitan
yang dihadapinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
…وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
EmoticonEmoticon