Ramadhan Sebentar Lagi Berlalau: "Bagaimana Melepas Ramadhan"

Juli 19, 2014

Allah telah menetapkan bulan Ramadhan dalam durasi waktu yang tertentu, yaitu selama satu bulan (29 hari atau 30 hari). Bahkan dikatakan dalam al-Qur’an bahwa bulan itu hanya beberapa hari yang tertentu. Bulan ramadhan memiliki batas waktu, maka ada awal pasti ada akhir dan ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Bulan Ramadhan adalah bagian dari umur kita, maka dengan berlalunya bulan Ramadhan tak  ubahnya berlalunya sebagian dari kita. Hasan Al-Bashri[1]  berkata:
يَا بْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ كُلَّمَا  ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai anak Adam, engkau tidak lain adalah kumpulan hari-hari. Setiap satu hari berlalu, maka berlalu pula sebagian darimu.” Dan seorang penyair berkata: “Denyut jantung seseorang berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya kehidupan hanyalah kumpulan menit dan himpunan detik.

Adapun orang yang berbahagia adalah mereka yang menutup bulan Ramadhan dengan kebaikan dan menutup hidupnya atau mengakhiri usianya dengan husnul khotimah. Hal ini sesuai dengan hadits yang mengatakan “Sesungguhnya amalan itu ditentukan dengan penutupnya”, maka berbahagialah orang yang menutup bulan Ramadhan ini dengan amal-amal kebaikan. Dan kita berharap semoga Alloh  menganugerahkan kepada kita husnul khotimah.

Kepergian Ramadha Melahirkan Dua Golongan

1.       Al-Faizun (orang-orang yang beruntung)
Yaitu mereka yang amal shalihnya di bulan Ramadhan diterima oleh Alloh . Sehingga selepas bulan Ramadhan dosa-dosa mereka diampuni oleh Alloh  dan mendapatkan janji dari Alloh  berupa Surga dengan melalui pintu Ar-Rayyan.

2.      Al-Khosirun (orang-orang yang merugi)
Yaitu mereka yang amalnya tidak diterima, berpisah dengan Ramadhan sementara dosa-dosanya tidak diampuni dan dia terusir dari rahmat Alloh  karena telah  berlaku buruk di dalam bulan Ramadhan, menyia-nyiakan bulan Ramadhan dan menyia-nyiakan hak Alloh  dan Alloh pun menyia-nyiakannya. Rasululloh  pernah mengaminkan do’a Malaikat Jibril ketika Jibril  berkata: “Wahai Muhammad, siapa yang mendatangi bulan Ramadhan dan bulan Ramadhan berlalu darinya sementara dosa-dosa tidak terampuni, maka semoga Alloh menjauhkan orang itu (menjauhkan dari rahmat-Nya)- dalam riwayat lain: terhina dan rugilah orang itu-, maka ucapkanlah amiin wahai Muhammad. Maka Rasululloh  mengucapkan Amiin.”

Saudaraku kaum Muslimin.. di golongan manakah kita?, apakah kita termasuk golongan yang beruntung?, apakah amal ibadah kita telah diterima oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala?, ataukah kita termasuk ke dalam golongan yang merugi yang terusir dari rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala?. Tentu rasa ingin tahu kita sangat besar, sehingga kita akan bergembira dan bersyukur kepada Alloh  jika kita termasuk orang-orang yang beruntung. Dan kita akan bertaubat, akan menangis dan memohon ampunan kepada Alloh apabila kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.

Kepergian Ramadhan sangat berat dan sangat pahit terasa baik bagi golongan yang beruntung maupun golongan yang merugi. Kepahitan tersebut terasa karena hari-hari di bulan Ramadhan yang akan segera meninggalkan kita adalah hari-hari yang sangat indah, siangnya adalah sabar dan shiyam, malamnya adalah tilawah dan qiyam, udara sorenya adalah dzikir dan do’a, serta wewangiannya adalah tetesan air mata. Hari-hari yang membawa ampunan dari Alloh dan hari-hari pembebasan dari Neraka itu berlalu, sungguh sangat menyedihkan. Dan yang menambah kesedihan bagi kita adalah karena kita tidak tahu di golongan manakah kita berada?, dan yang membuat pilu hati kita adalah karena kita tidak tahu apakah kita masih dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang ataukah tidak??

Sesungguhnya penyempurnaan balasan amal-amal kita adalah di akhirat kelak.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ (١٨٥)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Dan janji Alloh terhadap orang yang diterima puasanya adalah benar. Di antara janji tersebut adalah:
~  Diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
~  Alloh  sendiri yang akan memberikan balasan bagi orang yang berpuasa.
~   Alloh menjajikan Surga dengan pintu Ar-Rayyan.
~  Pada setiap malam pada malam-malam bulan Ramadhan Alloh membebaskan hamba-hamba-Nya dari api Neraka.
~  Mendapat syafa’at dari ibadah puasa dan bacaan al-Qur’an di hari kiamat.
~  Mendapat dua kegembiraan, yakni kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Alloh .
   
      Setelah berakhirnya Ramadhan ini akan datang ‘Idul Fitri. Seluruh kaum Muslimin bergembira pada saat itu, karena di dalam Agama kita ada kelapangan. Betapa gembiranya kita karena telah meyelesaikan kewajiban kita secara tuntas. Betapa gembira kita karena ada harapan dosa-dosa kita terampuni dan kita dimerdekakan dari Api Neraka. Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:
وَإِنَمَا كَانَ يَوْمُ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَان عِيْدًا لِجَامِعِ الْأُمَّةِ لِأَنَّهُ يُعْتَقُ فِيْهِ أَهْلُ الْكَبَائِرِ مِنَ الصَّائِمِيْنَ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya hari Idul Fitri selepas Ramadhan itu dijadikan hari raya untuk segenap ummat Islam, karena pada hari itu para pendosa-pendosa besar yang telah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dimerdekakan dari api Neraka.

Sebagaimana ‘Idul Adha disebut ‘Idul Akbar, karena sehari sebelum ‘Idul Adha yaitu pada tanggal 9 Zulhijah adalah hari ‘Arafah hari yang tidak pernah Alloh membebaskan hamba-hamba-Nya dari Neraka dengan jumlah yang lebih besar daripada hari itu. Alloh meberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya dan setan tidak pernah terlihat lebih hina dan lebih kerdil daripada di hari ‘Arafah tersebut.

Kegembiraan kaum muslimin pada hari raya tersebut, bukan dengan berfoya-foya, banyak makan dan minum meskipun hal itu diperbolehkan, melainkan dengan berdzikir, bertasbih dan bersyukur kepada Alloh . Alloh  berfirman:
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Kegembiraan kita pada saat itu diwujudkan dengan shalat ‘Idul Fitri. Diriwayatkan dalam suatu atsar (perkataan) dari Ibnu Abbas dan atsar ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi; Ibnu ‘Abbas berkata: “Apabila pada hari Idul Fitri (telah datang Idul Fitri), maka para Malaikat turun ke bumi, mereka berdiri di ujung-ujung jalan seraya menyeru yang didengar oleh seluruh makhluk Alloh kecuali manusia dan jin, para malaikat itu berkata:
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ أَخْرِجُوْا إِلَي رَبِّ الْكَريْمِ يُأْتِي الجَزِيْمْ وَيَغْفِرُذَنْبَ العَظِيْمِ
Wahai ummat Muhammad, keluarlah kalian menuju Rabb Yang Maha Pemurah, Yang memberi balasan yang banyak dan mengampuni dosa-dosa yang besar.” Maka apabila kaum Muslimin telah keluar menuju tempat-tempat ‘Id, maka Alloh  berkata kepada para Malaikat-Nya:
مَا جَزَاءُ الأَجِيْر إِذَا عَمِلَ عَمَلًا 
Apa balasan seorang buruh jika ia sudah menyelesaikan tugasnya?” Para Malaikat menjawab:
إلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أَنْ يُوَفَّى أَجْرُهُ
Wahai Ilah kami dan sayyid kami, balasannya adalah disempurnakannya upah”  Maka Alloh  berfirman:
إِنِي أُشْهِدُكُمْ عَنِّي جَعَلْتُ ثَوَابَهُمْ مِنْ صِيَامِهِمْ وَقِيَامِهِم رِضَائِي وَمَغْفِرَتِي إِرْجِعُوْا مَغْفُرَانَكُمْ
Sesungguhnya Aku mempersaksikan kepada kalian wahai para Malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah memberi balasan mereka dari ibadah shiyam dan qiyam itu adalah ridho-Ku dan ampunan-Ku. Maka pulanglah kalian dalam keadaan terampuni.

Di detik-detik terakhir di bulan Ramadhan ini kita perbanyak istighfar, karena istighfar mempunyai fadhilah (keutamaan) yang sangat banyak. Di antara fadhilah istigfar adalah sebagai berikut:

~ Istighfar menutupi apa yang terkoyak dari amal shalih kita.
~ Istighfar dijadikan penutup bagi amal-amal shalih.
~ Istighfar dijadikan penutup bagi shalat fardhu setelah salam.
~ Istighfar dijadikan penutup bagi ibadah haji.  
~ Istighfar dijadikan penutup bagi shalat malam.
~ Istighfar juga dijadikan penutup bagi majelis-majelis.
   
      Pembaca yang budiman, yang lebih penting bagi kita adalah apa/bagaimana setelah Ramadhan? Tentunya hal-hal yang harus kita lakukan setelah Ramadhan adalah:

# Ikuti puasa Ramadhan ini dengan puasa enam hari di bulan Syawal.
Jadikan sepanjang tahun kita dengan ibadah puasa yaitu dengan cara kita sempurnakan ibadah shoum Ramadhan ini, setelah itu kita lanjutkan dengan enam  hari di bulan Syawal. Disebutkan dalam sebuah hadist shahih:
مَنْ صَا مَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالِ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim, 1164)

*Keterangan:
Dikatakan seperti satu tahun penuh karena satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipatnya. Puasa bulan Ramadhan sebanding dengan puasa sepuluh bulan dan puasa enam hari Syawal sebanding dengan puasa dua bulan. Jadi, jumlahnya sebanyak dua belas bulan. Sebagaimana dalam hadits Tsaubah dari Nabi , beliau bersabda:
مَنْ صَا مَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشْرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّتِ أَيَّامٍ بَعْدَ الفِطْرِفَذَالِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ
“Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, maka satu bulan sebanding dengan sepuluh bulan, ditambah puasa enam hari setelah Idul Fitri, berarti genap berpuasa satu tahun penuh.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa’I dalam al-Kubra dan Ibnu Majah)

Ada lagi shoum Senin–Kamis
Diriwayatkan dari Aisyah , ia berkata, “Rasulullah  suka melaksanakan puasa Senin dan Kamis” (Shahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’I dan Ibnu Majah)
Usamah bin Zaid  pernah bertanya kepada Rasullah  tentang puasa Senin dan Kamis, beliau menjawab:
ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيْهِمَا الأَعْمَالُ عَلَي رَبِّ العَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَاصَائِمٌ
“Keduan hari itu adalah hari di mana catatan amal diserahkan kepada Rabb semesta alam. Aku suka bila amalku diserahkan dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (hasan, diriwayatkan oleh an-Nasa’I, Ahmad, dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab)

Ada juga puasa tiga hari setiap bulannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah , ia berkata, “Kekasihku telah mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari pada setiap bulannya, dua rakaat shalat Duha, dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur.” (Shahih diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Puasa tiga hari yang disebut puasa bidh (putih) disunnahkan dilakukan setiap tanggal 13, 14, dan 15 dalam setiap bulannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi .
صِيَامُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ البِيْضِ صَبِيْحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
“Puasa tiga hari pada setiap bulannya, seperti puasa satu tahun penuh. Puasa Ayyamul Bidh adalah tanggal 13, 14 dan 15.” (An-Nas’i, Abu Ya’la, Ath-Thabrani, dan yang lainnya)

Ada juga puasa satu hari dan berbuka satu hari (puasa nabi Daud)
Ini adalah puasa yang terbaik dan paling dicintai oleh Allah . Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr , ia berkata, Nabi  bersabda:
أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَي اللهِ صَيَامُ دَاوُدَ ... وَكَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطرُ يَوْمًا
“Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud , …. …….. Beliau puasa satu hari dan berbuka satu hari.” (Shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Puasa Muharram, terutama tanggal 9 dan 10 (‘Asyura)
Disunnahkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram, berdasarkan hadits Abu Hurairah , Nabi  bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (Shahih diriwayatkan oleh Muslim dan An Nasa’i)

~ Sebagaimana kita menantikan bulan Ramadhan dengan kerinduan, maka lepaslah bulan Ramadhan ini dengan kesedihan dan ketaatan pula. Dan hari-hari setelah Ramadhan kita isi dengan ketaatan kepada Alloh, karena hari-hari tersebut pun adalah milik Alloh, baik hari-hari di bulan Ramadhan maupun hari-hari di luar Ramadhan.

~ Kita telah berpuasa dan shalat lail di bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala dari Alloh ), maka iman dan ihtisab ini hendaklah senantiasa menyertai kita di luar bulan-bulan Ramadhan. Shalat kita, tilawah kita, belajar kita, shadaqah kita, infaq kita hendaklah ­imanan wahtisaban.

~ Kita telah menjaga shalat kita pada bulan Ramadhan dengan menyempurnakannya dan mengerjakannya dengan khusyu, dengan senantiasa berjama’ah bagi yang laki-laki, maka pertahankanlah shalat kita di luar bulan Ramadhan dengan khusyu, tuma’nina, dengan berjama’ah pada hari-hari selepas Ramadhan, karena iqaamatush shalah (mendirikan shalat) tidak terbatas pada bulan Ramadhan.

~ Kita telah melaksanakan shalat malam pada bulan ramadhan yang penuh barakah ini, telah memakmurkan malam-malam kita dengan shalat tarawih, dengan shalat malam dan kita bersabar karena lamanya berdiri sang imam, maka ini menjadi bukti bahwa sebenarnya kita juga mampu melaksanakan yang seperti itu pada hari-hari di luar Ramadhan. Sebenarnya kita mampu untuk shalat lail sebgaimana kita mampu pada bulan Ramadhan, maka pertahankanlah semua itu, dengan berusaha melaksanakan sunnah-sunnah Rosululloh.

~ Engkau telah mengkhatamkan al-Qur’an, atau hampir khatam, atau bahkan lebih dari sekali, maka pertahankan amal yang baik ini dengan memperbanyak tilawah al-Qur’an, memperbanyak membaca kitabulloh.

~ Dan di bulan ramadhan ini kita telah mampu menjaga untuk tidak berbuat maksiat. Kita telah menjaga penglihatan kita dari memandang yang diharamkan Alloh, kita telah berusaha menjaga telinga kita dari yang diharamkan oleh Alloh, kita telah menjaga marah kita, kita telah menahan emosi kita, kita telah berusaha untuk santun dan sabar, maka pertahankanlah ini selepas bulan ramadhan karena segala maksiat baik mata, lidah, telinga dan yang lainnya tetap diharamkan baik di bulan ramadhan maupun di luar bulan ramadhan.

~ Kita telah berusaha menunjukan akhlaq-akhlaq islami pada bulan ramadhan, (murah hati, sedekah, infaq, memberi hadiah, menyebarkan salam, dll) kemudian telah banyak membasahi bibir kita dengan dzikir kepada Alloh, telah banyak mamanjatkan do’a pada bulan ramadhan, telah banyak melakukan imsak (menahan diri dari memperturutkan hawa nafsu). Maka mengapa kita tidak pertahankan akhlaq yang baik ini, akhlaq yang islami ini di luar bulan ramadhan? Sebab kita dituntut untuk imsak/menahan diri dari sifat yang tercela di sepanjang hari, kita dituntut untuk berakhlaq yang islami, kita dituntut untuk bermurah hati, peduli dengan orang-orang yang lemah, bersedekah, membasahi lisan kita dengan dzikir, memanjatkan do’a kepada Alloh, ini dituntut baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Karena tidak ada sesuatu yang dapat memberatkan mizan (timbangan) di akhirat kelak lebih dari pada akhlaq yang baik.

~ Pada bulan Ramadhan ini dengan karunia Alloh kita dapati diri-diri kita ini menjadi jiwa-jiwa yang hidup, dengan rahmat Alloh hati-hati kita menjadi hidup karena amal shalih, karena merasa diawasi oleh Alloh, karena ibadah di malam dan siang harinya, maka hati-hati ummat Islam menjadi bercahaya dan hidup, pada bulan Ramadhan iman mereka bertambah, ketaatan kita meningkat, maka pesan saya untuk diri saya yang lemah ini dan untuk saudara-saudara kaum muslimin seluruhnya hendaknya kita berjanji dengan diri kita sebelum berpisah dengan bulan Ramadhan bahwa selepas Ramadhan ini kita akan tetap dalam ketaatan kepada Alloh, bahwa selepas Ramadhan ini kita akan tetap meningkatkan ibadah kepada Alloh, bersungguh-sungguh meraih surga-Nya, berusaha keras menjauhi dari murka dan neraka-Nya. Kita berjanji kepada diri kita sendiri dan kepada Alloh untuk tidak akan terbesit ingin kembali kepada perbuatan maksiat serta memperturutkan syahwat.

~ Kesimpulannya adalah kita pertahankan segala amal shaih dan amal ibadah yang banyak kita lakukan di bulan Ramadhan. Kita tingkatkan kualitas taqwa kita kepada Alloh dengan memperbanyak ketaatan kepada-Nya.






[1] Seorang ulama dari kurun tabi’in. Pujian para ulama tentang dirinya, Abu Burdah mengatakan: “Aku tidak melihat seorangpun yang lebih mirip dengan para shahabat Nabi Muhammad  selain al-Hasan”
Abu Qatadah mengatakan, “Pergaulilah syaikh ini secara konsisten, karena aku tidak melihat seorangpun yang lebih mirip pendapatnya dengan umar daripada dia, yakni Al-Hasan”
Anas bin Malik mengatakan, “Bertanyalah kepada al-Hasan, karena dia hafal, sedang kami lupa.”




Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
HASMI-ku
AUTHOR
19 Juli 2014 pukul 00.50 delete

Silahkan dimanfaatkan dan disebarkan dengan mencantumkan sumbernya...:)

Reply
avatar
balmut
AUTHOR
13 Mei 2016 pukul 16.55 delete

Bentar lagi juga udah bulan puasa. Mari berlomba2 berbuat kebajikan.

Reply
avatar