SILATURAHIM

Juli 28, 2014

Makna Silaturahim
Kata silaturahim tersusun dari dua kata dari bahasa Arab, yaitu shilah dan ar-rahim. Shilah berarti menyambung dan rahim berarti rahim wanita, -digunakan sebagai bahasa kiasan hubungan kekerabatan‒. Jadi makna silaturahim adalah menyambung hubungan dengan kerabat. Dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa silaturahim yang sering diartikan dengan sembarang pertemuan dan kunjungan ke sesama teman yang tidak memiliki hubungan kerabat adalah tidak tepat.

MOTIVASI BERSILATURAHIM
Silaturahim merupakan salah satu syari’at Islam yang agung. Ia bukan hanya sekedar adat istiadat atau kebiasaan semata, namun lebih daripada itu silaturahim adalah salah satu perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu Allah sangat menekankan agar manusia saling menyambung hubungan kekerabatan atau saling bersilaturahim. Penekanan tersebut terkadang berbentuk perintah secara tegas, ganjaran bagi pelaksananya dan juga terkadang berbentuk ancaman keras terhadap pemutus silaturahim.

Berikut kita simak beberapa fadhilah/keutamaan bagi orang yang menyambung silaturahim:

1.      Silaturahim merupakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagai seorang muslim tentu tidak layak untuk mengabaikan perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Allah yang telah memerintahkan kita shalat, puasa, zakat, haji, jihad dan lain-lain, Allah juga memerintahkan kita untuk menyambung silaturahim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)
“…Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)

Dalam firman-Nya yang lain, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orang tua dan karib kerabat, dan substansi daripada silaturahim adalah berlaku baik terhadap kaum kerabat. Allah berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. An-Nisa: 36)

2.      Silaturahim merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala  dan hari Akhir. Dan keduanya ini (beriman kepada Allah dan hari Akhir merupakan pilar-pilar rukun iman yang enam).
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَه
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia bersilaturahim” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

3.      Di antara buah silaturahim adalah keluasan rizki dan umur yang panjang.
Setiap manusia menghendaki rizki yang luas dan umur yang panjang. Karena di dalam rizki yang luas terdapat kebaikan-kebaikan yang melimpah, seperti tercukupinya kebutuhan hidup dan kesempatan beramal jariyah dengan rizki yang Allah karuniakan kepada kita. Sementara umur yang panjang telah memberi kesempatan kepada kita untuk memperbanyak amal shalih sebagai bekal menuju alam Akhirat. Luasnya rizki dan panjang umur akan tercapai dengan bersilaturahim. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang menginginkan untuk diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik)

4.      Silaturahim akan mengantarkan seorang hamba kepada Surga dan menjauhkan dari Neraka.
Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari Radhiyallahu ‘nahu:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَارَسُول اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ صلي الله عليه وسلم: تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Seorang pria berkata, ‘Wahai Rasulullah, sampaikan kepadaku suatu amal yang bisa memasukkan diriku ke dalam surga dan menjauhkan diriku dari neraka’. Maka Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Engkau menyembah Allah dan engkau tidak menyekutukan sesuatu apa pun dengan-Nya, engkau mendirikan shalat, engkau menunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahim.’” (Muttafaqun ‘alayh)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam  menjadikan silaturahim satu dari sejumlah sebab yang dapat memasukkan seseorang ke dalam Surga dan menjauhkannya dari Neraka.
Sesungguhnya orang yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga adalah orang telah beruntung[1]. Tidak diragukan lagi bahwa setiap muslim berupaya untuk menjadi orang-orang yang beruntung, yaitu di jauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga. Hal ini dapat dicapai melalui empat perkara berikut:
1)      Engkau menyembah Allah dan engkau tidak mempersekutukan apa pun dengan-Nya. Tidak melakukan syirik kecil maupun syirik besar.
2)      Engkau mendirikan shalat. Engkau menunaikannya dengan sempurna, berkenaan dengan waktunya dan dengan berjama’ah jika Anda adalah seorang pria.
3)      Engkau tunaikan zakat. Engkau menunaikan atas apa yang telah diwajibkan oleh Allah atas diri Anda berupa zakat berkenaan dengan zakat harta Anda yang diberikan kepada para pemiliknya yang berhak menerimanya.
4)      Engkau menyambungkan silaturahim. Dengan memberikan hak-hak para kerabat berupa silaturahim sebagaimana yang umumnya dikenal orang banyak.


Ancaman bagi orang yang memutus silaturahim.

Allah subhanahu wa ta’ala  sangat mencintai orang yang bersilaturahim sehingga Dia memberikan banyak keutamaan padanya. Sebaliknya Allah sangat membenci terhadap orang yang memutus silaturahim, sehingga Dia mengancam orang-orang yang memutus silaturahim. Di antara ancaman-ancaman tersebut adalah sebagai berikut:


1.      Orang yang memutus tali silaturahim akan mendapat laknat Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (٢٢)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (٢٣)
“Maka Apakah kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23)

Dia juga berfirman:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ (٢٥)
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Ra'd: 25)

2.      Di kehidupan dunia ini, orang yang memutus tali silaturahim akan terputus dari kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِيْ قَطَعَهُ اللهُ
“Ar-Rahim tergantung di Arsy, dia berkata, ‘Siapa yang menyambungku, Allah pasti menyembungnya, dan siapa yang memutuskanku, Allah pasti memutuskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
يَقُولُ اللهُ:مَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
“Allah berfirman, ‘Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku menyambungnya, dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku memutuskannya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

3.      Orang memutus tali silaturahim akan terhalang untuk masuk Surga.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk Surga, orang yang memutuskan tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bentuk-bentuk menjalin tali silaturahim
Silaturahim bisa dibangun melalui beberapa hal sebagai berikut:
1.      Dengan mengucapkan salam
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
صَلُوا أَرْحَامَكُمْ وَلَوْ بِالسَّلَامِ
“Sambunglah rahim kalian sekalipun hanya dengan megucapkan salam.” (HR. Al-Bazzar)[2]
2.      Saling mengunjungi.
3.      Saling bahu-membahu, membantu kerabatnya.
4




[1] QS. Ali Imran: 185
[2] Hadits ini lemah/dhaif karena dalam jalur periwayatannya terdapat Yazid bin Abdullah bin al-Bara` al-Ghanawi, dia adlah seorang yang dhaif.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »