Makna Silaturahim
Kata silaturahim tersusun dari dua kata dari bahasa Arab, yaitu shilah
dan ar-rahim. Shilah berarti menyambung dan rahim berarti
rahim wanita, -digunakan sebagai bahasa kiasan hubungan kekerabatan‒. Jadi
makna silaturahim adalah menyambung hubungan dengan kerabat. Dengan begitu
dapat diambil kesimpulan bahwa silaturahim yang sering diartikan dengan
sembarang pertemuan dan kunjungan ke sesama teman yang tidak memiliki hubungan
kerabat adalah tidak tepat.
MOTIVASI BERSILATURAHIM
Silaturahim merupakan salah satu syari’at Islam yang agung. Ia
bukan hanya sekedar adat istiadat atau kebiasaan semata, namun lebih daripada
itu silaturahim adalah salah satu perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Oleh sebab itu Allah sangat menekankan agar manusia saling menyambung hubungan
kekerabatan atau saling bersilaturahim. Penekanan tersebut terkadang berbentuk
perintah secara tegas, ganjaran bagi pelaksananya dan juga terkadang berbentuk
ancaman keras terhadap pemutus silaturahim.
Berikut kita simak beberapa fadhilah/keutamaan bagi orang yang
menyambung silaturahim:
1.
Silaturahim
merupakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagai seorang muslim tentu tidak layak untuk mengabaikan
perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Allah yang telah
memerintahkan kita shalat, puasa, zakat, haji, jihad dan lain-lain, Allah juga
memerintahkan kita untuk menyambung silaturahim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا (١)
“…Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa:
1)
Dalam firman-Nya yang lain, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk berbuat baik kepada orang tua dan karib kerabat, dan substansi daripada
silaturahim adalah berlaku baik terhadap kaum kerabat. Allah berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي
الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا
فَخُورًا (٣٦)
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. An-Nisa: 36)
2. Silaturahim merupakan pertanda
keimanan seorang hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari Akhir. Dan keduanya ini (beriman
kepada Allah dan hari Akhir merupakan pilar-pilar rukun iman yang enam).
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَه
“Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia bersilaturahim” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu)
3. Di
antara buah silaturahim adalah keluasan rizki dan umur yang panjang.
Setiap manusia menghendaki rizki
yang luas dan umur yang panjang. Karena di dalam rizki yang luas terdapat
kebaikan-kebaikan yang melimpah, seperti tercukupinya kebutuhan hidup dan
kesempatan beramal jariyah dengan rizki yang Allah karuniakan kepada kita.
Sementara umur yang panjang telah memberi kesempatan kepada kita untuk
memperbanyak amal shalih sebagai bekal menuju alam Akhirat. Luasnya rizki dan
panjang umur akan tercapai dengan bersilaturahim. Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang menginginkan untuk
diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Anas
bin Malik)
4. Silaturahim
akan mengantarkan seorang hamba kepada Surga dan menjauhkan dari Neraka.
Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid
al-Anshari Radhiyallahu ‘nahu:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَارَسُول اللهِ أَخْبِرْنِي
بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ
صلي الله عليه وسلم: تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ
الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Seorang pria
berkata, ‘Wahai Rasulullah, sampaikan kepadaku suatu amal yang bisa memasukkan
diriku ke dalam surga dan menjauhkan diriku dari neraka’. Maka Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Engkau menyembah Allah dan engkau tidak
menyekutukan sesuatu apa pun dengan-Nya, engkau mendirikan shalat, engkau
menunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahim.’” (Muttafaqun ‘alayh)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menjadikan silaturahim satu dari sejumlah
sebab yang dapat memasukkan seseorang ke dalam Surga dan menjauhkannya dari
Neraka.
Sesungguhnya orang yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke
dalam Surga adalah orang telah beruntung[1]. Tidak
diragukan lagi bahwa setiap muslim berupaya untuk menjadi orang-orang yang
beruntung, yaitu di jauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga. Hal ini
dapat dicapai melalui empat perkara berikut:
1) Engkau
menyembah Allah dan engkau tidak mempersekutukan apa pun dengan-Nya. Tidak
melakukan syirik kecil maupun syirik besar.
2) Engkau
mendirikan shalat. Engkau menunaikannya dengan sempurna, berkenaan dengan
waktunya dan dengan berjama’ah jika Anda adalah seorang pria.
3) Engkau
tunaikan zakat. Engkau menunaikan atas apa yang telah diwajibkan oleh Allah
atas diri Anda berupa zakat berkenaan dengan zakat harta Anda yang diberikan
kepada para pemiliknya yang berhak menerimanya.
4) Engkau
menyambungkan silaturahim. Dengan memberikan hak-hak para kerabat berupa
silaturahim sebagaimana yang umumnya dikenal orang banyak.
Ancaman bagi orang yang memutus
silaturahim.
Allah subhanahu wa ta’ala sangat mencintai orang yang bersilaturahim
sehingga Dia memberikan banyak keutamaan padanya. Sebaliknya Allah sangat
membenci terhadap orang yang memutus silaturahim, sehingga Dia mengancam
orang-orang yang memutus silaturahim. Di antara ancaman-ancaman tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Orang
yang memutus tali silaturahim akan mendapat laknat Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ
تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (٢٢)أُولَئِكَ الَّذِينَ
لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (٢٣)
“Maka Apakah
kiranya jika kamu berpaling (dari jihad) kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23)
Dia juga berfirman:
وَالَّذِينَ
يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ
اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ (٢٥)
“Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Ra'd: 25)
2. Di kehidupan dunia ini, orang yang
memutus tali silaturahim akan terputus dari kasih sayang Allah subhanahu wa
ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ
تَقُولُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِيْ قَطَعَهُ اللهُ
“Ar-Rahim tergantung di Arsy, dia berkata, ‘Siapa yang
menyambungku, Allah pasti menyembungnya, dan siapa yang memutuskanku, Allah
pasti memutuskannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
يَقُولُ اللهُ:مَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ،
وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
“Allah berfirman, ‘Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku
menyambungnya, dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku memutuskannya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
3. Orang memutus tali silaturahim akan
terhalang untuk masuk Surga.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk Surga, orang yang
memutuskan tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bentuk-bentuk menjalin tali silaturahim
Silaturahim bisa dibangun melalui beberapa hal sebagai berikut:
1.
Dengan
mengucapkan salam
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
صَلُوا
أَرْحَامَكُمْ وَلَوْ بِالسَّلَامِ
“Sambunglah
rahim kalian sekalipun hanya dengan megucapkan salam.” (HR. Al-Bazzar)[2]
2.
Saling
mengunjungi.
3.
Saling
bahu-membahu, membantu kerabatnya.
4
EmoticonEmoticon