KHUTHBAH JUM'AT: BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELEPAS RAMADHAN

Agustus 01, 2014

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللَّهُ تَعَالي فِي كِتَبِهِ الْكَرِيْم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧١)

أما بعد :

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍn ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.

Jama’ah shalat Jumu’ah rahimakumullah…
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Iman dalam arti meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan amal perbuatan anggota badan. Dan takwa dalam arti mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulillah shallallahu ‘alayhi wa sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya dan kepada orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.

Jama’ah shalat Jumu’ah rahimakumullah….
Ramadhan telah berlalu dari kita, dan kini kita telah memasuki bulan Syawwal, tepatnya tanggal 5  Syawwal. Sering terjadi kesalahan pandang pada sebagian kaum Muslimin, ketika Ramadhan berlalu dari mereka, mereka mulai loyo dan layu dalam beribadah kepada Allah. Padahal semua bulan dan hari-hari yang ada adalah milik Allah, dimana di dalamnya kita diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.

Saudaraku kaum Muslimin rahimakumullah…
Ramadhan memang telah berlalu, akan tetapi bukan berarti ibadah kita harus berhenti sampai di sini, masih banyak sekali bentuk-bentuk amalan yang dapat kita kerjakan untuk menambah pundi-pundi pahala sebagai bekal perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara ragam amalan dan sikap seorang Muslim selepas Ramadhan adalah sebagai berikut:
1.      Puasa enam hari di bulan Syawwal.
Dengan puasa enam hari di bulan Syawwal setelah kita menyempurnakan hitungan puasa di bulan Ramadhan, berarti kita telah menggenapkan ibadah puasa kita menjadi satu tahun penuh. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ صَا مَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَالِ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim, 1164)
Di dalam pelaksanaan puasa enam hari di bulan syawal ini ada beberapa faidah yang dapat kita petik (di antaranya adalah):
1)     Puasa syawwal seperti halnya shalat sunnah rawatib, ia dapat menutupi kekurangan dan menyempurnakan ibadah yang wajib. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Mula-mula amalan manusia yang pertama kali akan dihisab pada Hari Kiamat adalah shalat. Allah berkata kepada para Malaikat –sedangkan Dia Mahatahu‒ ‘Coba periksa shalat hamba-Ku, apakah ia menyempurnakan atau menguranginya?’ Jika shalatnya sempurna, maka dituliskan sempurna baginya dan jika shalatnya kurang, maka Allah berkata, ‘Periksalah apakah hamba-Ku melakukan shalat tathawwu?’ Jika ia mengerjakan shalat tathawwu, maka Allah berkata, ‘Sempurnakanlah shalat-shalat fardhu hamba-Ku dari shalat tathawwu’nya. Kemudian amalan-amalan lainnya diperlakukan seperti itu.” (Silahkan dilihat, Ta’zhim Qadar ash-Shalah)
2)     Mengerjakan puasa Syawwal merupakan tanda diterimanya ibadah puasa kita.
Jika Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal ibadah seorang hamba, maka Dia akan menunjuki amal shalih yang lainnya. Jika Allah menerima ibadah puasa Ramadhan kita, maka Dia akan menunjuki kita untuk melakukan amal shalih yang lainnya, seperti puasa syawwal ini.
Ada sesorang ulama yang mengatakan:
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan: “Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan”
3)     Melaksanakan puasa syawwal adalah wujud syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kita telah selesai melaksanakan ibadah puasa yang wajib, dan Allah telah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Maka sepantasnyalah kita bersyukur kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan yang lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, akan tepi beliau tetap memperbanyak shalat malam sampai kaki beliau bengkak-bengkak. Itu semua beliau kerjakan dalam rangka bersyukur kepada Allah atas nikmat pengampunan dosa yang telah diberikan kepada beliau. Ketika beliau ditanya oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang hal itu, maka beliau menjawab:
أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
“Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?”


2.      Ingatlah bahwa kita telah melaksanakan puasa dan shalat malam di bulan Ramadhan atas dasar iman dan ihtisaban (mengharap pahala dari Allah), maka iman dan ihtisab (ikhlas) ini hendaklah kita buktikan dalam setiap amal ibadah kita di 11 bulan yang lainnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ...(٥)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal perbuatan seseorang tergantung pada niatnya, dan se-tiap orang akan dibalas berdasarkan niatnya tersebut..” (HR. Muslim)

3.      Pada bulan Ramadhan, mayoritas kaum Muslimin telah mampu menjaga shalat-shalat mereka dengan baik, mengerjakannya dengan khusyu’, tuma’nina dan senantiasa berjama’ah bagi yang laki-laki, maka pertahankan prestasi ini di luar bulan Ramadhan. Sebab, iqomatush-shalah (mendirikan shalat) itu tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja.

4.      Kita pun telah melaksanakan shalat lail di bulan Ramdhan, bahkan kita mampu bersabar berdiri lama di belakang imam. Ini menjadi bukti bahwa sebenarnya kita mampu untuk melaksanakan shalat lail di selepas bulan Ramdhan, maka pertahankan semua itu dengan melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam yakni shalat lail tersebut.


5.      Mungkin Anda telah mengkhatamkan al-Qur’an, bahkan mungkin lebih dari sekali Anda mengkhatamkan al-Qur’an, atau minimal hampir khatam, maka pertahankan tilawah al Qur’an tersebut dengan memperbanyak membacanya di malam-malam hari kita. Ingatlah bahwa Puasa dan al Qur’an akan datang pada hari Kiamat memberi syafaat kepada para pelakunya.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيْهِ، وَيَقُلُ القُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيْهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Al-Qur’an memberi syafa’at pada hari Kiamat, Puasa berkata; ‘Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan syahwat pada siang hari, maka berikanlah syafa’at kepadaku untuknya.’ Al-Qur’an berkata: ‘Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari tidur  di malam hari, maka berikanlah syafa’at kepadaku untuknya. ‘Lantas keduanya memberi syafa’at kepada hamba tersebut.”  (HR. Ahmad)
 بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وِلَكُمْ

Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

6.      Kita juga telah menghiasi bulan Ramadhan dengan akhlaq-akhlaq Islami, seperti bermurah hati, banyak bersedekah, memberi hadiah, menyebarkan salam dan lain-lain. Kita pun telah banyak melisankan dzikir kepada Allah, banyak berdo’a kepada Allah, dan kita telah mampu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Lantas mengapa kita tidak mempertahankan akhlaq yang baik dan akhlaq yang mulia ini pada 11 bulan ke depan. Sebab kita dituntut untuk mengerjakan semua itu tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja.

7.      Kesimpulannya adalah kita pertahankan segala amal shaih dan amal ibadah yang banyak kita lakukan di bulan Ramadhan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا (٩٢)
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali..,” (An-Nahl [16]: 92). Maksudnya janganlah kita seperti apa yang diumpakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat tersebut, karena setelah kita merajut semuanya di bulan Ramadhan kemudian kita mengurainya kembali di bulan-bulan yang lainnya.
Kita tingkatkan kualitas taqwa kita kepada Alloh dengan memperbanyak ketaatan kepada-Nya. Karena sesungguhnya hikmah disyari’atkannya puasa adalah agar kita semua menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Seorang penyair mengatakan: laisal ‘id liman labisal jadid, walakinnal ‘id liman taqwahu tazid; “Hari raya ‘Id itu bukan untuk orang yang berbaju baru, tapi hari raya ‘Id adalah bagi mereka yang ketakwannya bertambah”.
bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@
اللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَات وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
$uZ­/u öÏÿøî$# $uZs9 $oYt/qçRèŒ $oYsù#uŽó Î)ur þÎû $tR̍øBr& ôMÎm6rOur $oYtB#yø%r& $tRöÝÁR$#ur n?tã ÏQöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»x6ø9$#
$oY­/u Ÿw ùøÌè? $oYt/qè=è% y÷èt/ øŒÎ) $oYoK÷ƒyyd ó=ydur $uZs9 `ÏB y7Rà$©! ºpyJômu 4 y7¨RÎ) |MRr& Ü>$¨duqø9$#
š!$oY­/u !$oY¯RÎ) $¨YtB#uä öÏÿøî$$sù $uZs9 $oYt/qçRèŒ $uZÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
!$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
عِبَادَ اللهِ:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وِالْإِحْسَانِ وَإِتَاءِذِي الْقُرْبَي ، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ


Kunjungi juga Materi Khutbah Jum'at berikut ini:



Artikel Terkait

Previous
Next Post »