SIAPA
YANG MENJAGA ALLOH DI KALA MUDA, MAKA ALLOH MENJAGA MEREKA DI MASA TUA
Begitulah
Alloh menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga-Nya. Mereka akan
mendapat penjagaan dari Alloh swt di masa tuanya, sehingga masa tuanya tidak
menjadi lemah. Alloh akan memberinya karunia berupa pendengaran, penglihatan,
tenaga yang kuat dan akal yang tetap cemerlang.
Terdapat riwayat
yang shahih dari Nabi saw, bahwasanya beliau berkata kepada Ibnu ‘Abbas ra2 ;
يَا غُلَامُ،
إِنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ...
“Wahai anak
muda, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat: jagalah Allah niscaya Allah akan
menjagamu..” (HR.
Tirmidzi, hasan shahih)
Ibnu
Rajab rh berkata, “Sebagian ulama mengatakan, “Setelah menghayati hadits ini,
aku menjadi gemetar dan hampir kehilangan akal. Sungguh sangat sayang sekali
jika tidak mengerti dan tidak faham makna hadits ini.”[1]
Kemudian Ibnu Rajab menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Makna jagalah
Allah niscaya Allah akan menjagamu, ialah: jagalah batasan-batasan Allah,
hak-hak-Nya, serta segala perintah dan larangan-Nya. Menjaga perkara-perkara
tersebut dengan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan dan
batasan-batasan-Nya, tidak melampaui apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang
diperbolehkan-Nya sehingga terjerumus ke dalam larangan-Nya...”[2]
Ibnu Rajab rh juga mengatakan, “Barangsiapa
yang menjaga Allah di saat masih kuat dan masih muda, Allah akan menjaganya
pada masa tuanya, dan pada saat tenaganya lemah. Allah swt akan memberikan
kepadanya nikmat pandengaran, penglihatan, tenaga yang kuat, dan akal (yang
jernih).”
Dulu di antara ulama’ ada yang umurnya
lebih dari seratus tahun, akan tetapi tenaga dan akalnya masih kuat. Suatu hari
ia lari dengan kencang, kemudian ada orang yang menegurnya, ia menjawab, “Anggota
tubuh ini di waktu muda kami jaga dari perbuatan maksiat, maka Allah swt
menjaganya di masa tua untuk kami...”
Kadang Allah menjaga keturunan seseorang sepeninggalannya
karena keshalihannya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ,
وَكَانَ
أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Sedangkan
ayahnya adalah seorang yang shalih.” (QS. Al-Kahfi: 82)
Maknanya bahwa, mereka berdua dijaga
Allah karena keshalihannya kedua orang tuanya.[3]
Sifat yang saya sebutkan ini merupakan
sifat para shahabiyat, seperti yang telah disebutkan dari Hisyam bin ‘Urwah
bin az-Zubair dari bapaknya, bahwa ia berkata, “Umur Asma’ binti Abu Bakar,
ibunya Abdullah bin az-Zubair telah mencapai sertus tahun, akan tetapi satu pun
giginya tak ada yang copot, dan tak seorang pun yang menoleh akalnya (masih
jernih).[4]
Dalam sebagian riwayat disebutkan,
لَمْ يَسْقُطْ
لَهَا سِنٌّ وَلَمْ يَفْسُدْ لَهَا بَصَرٌ وَلَا سَمْعٌ
“Satu pun giginya
tidak ada yang tanggal, mata dan pendengaranya belum rusak”[5]
Demikianlah yang terjadi pada Asma’
ra2, tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap
dirinya, karena ia telah menjaga Allah swt dengan selalu berbuat ketaatan dan
membela agama-Nya.
Klik yang ini juga:
PADA HARI ITU MULUT KITA TERKUNCI
PADANG MAHSYAR DAN POTRET HARI KEBANGKITAN
Klik yang ini juga:
PADA HARI ITU MULUT KITA TERKUNCI
PADANG MAHSYAR DAN POTRET HARI KEBANGKITAN
EmoticonEmoticon