KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA

Januari 11, 2015
Ilmu bisa mengangkat derajat seorang hamba sahaya hingga mendudukannya bersama para raja.

            Dalam Ash-Shahih, disebutkan bahwa Nafi’ bin Al-Harits pernah mendengat Umar bin Khaththab di Usfan –Nafi’ pernah diangkat oleh Umar sebagai gubernur di Mekah. Nafi’ bertanya, “Siapa yang Anda angkat menjadi gubernur Mekah sekarang?” Umar menjawab, “Ibnu Abza.”

            Nafi’ bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?”
            Umar menjawab, “Salah seorang budak kami yang dimerdekakan.”
            “Anda mengangkat mantan budak sebagai pemimpin orang Mekah?” Tanya Nafi’ keheranan.
            “Dia seorang qari’ (pandai membaca al Qur’an dan memahami isinya) dan pandai ilmu far’id,” Jawab Umar menimpali.
            Umar kemudian berkata, “Sesungguhnya Nabi saw pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah memuliakan sekelompok orang dengan ilmu ini, dan Allah juga merendahkan sekelompok orang dengannya’.” (HR. Muslim)

            Ibrahim Al Harbi mengatakan, ‘Atha’ bin Rabah adalah budah seorang wanita dari Mekah yang gerowong hidungnya.” Namun, Sulaiman bin Abdul Malik, Sang Amirul Mukminin, mendatangi ‘Atha’ bersama dua anaknya. Mereka kemudian duduk di sisi Atha’ yang sedang shalat. Usai shalat, ‘Atha’ menemui mereka. Mereka tak henti-hentinya bertanya kepada ‘Atha’ mengenai manasik haji (ibadah-ibadah dalam haji), sementara ia duduk memunggungi mereka.

            Sulaiman berkata kepada anaknya, “Berdirilah!” Mereka pun berdiri. Ia melanjutkan, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian berhenti menuntut ilmu, karena aku tidak akan pernah melupakan betapa rendahnya harga diri kita di hadapan budak berkulit hitam ini.”

            Al-Harbi bercerita bahwa Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash membenamkan lehernya ka arah tubuhnya, sementara kedua pundaknya mencuat keluar, keduanya seperti anak panak. Lalu ibunya barkata, “Anakku, janganlah kamu duduk besama suatu kaum, kecuali jika membuatmu terhormat di antara mereka. Karena itu, tuntutlah ilmu, sungguh ia akan mengangkat derajatmu.”

            Muhammad bin Abdurrahman kemudian diangkat menjadi hakim di Mekah selama 20 tahun. Al-Harbi menlanjutkan ceritanya, “Apabila para lawan Muhammad bin Abdurrahman duduk di depannya, mereka semua gemetar sampai Muhammad bin Abdurrahman berdiri.”

            Abdullah bin Dawud berkata, “Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rh berkata, ‘Ini hadits mulia, barang siapa menginginkan dunia dengan ilmu, maka ia akan mendapatkannya. Barangsiapa menginginkan akhirat dengan ilmu, ia juga akan mendapatkannya’.”

            Sufyan bin Uyainah bertutur, “Orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang tinggi derajatnya di sisi Allah dan hamba-hamba-Nya. Mereka adalah para nabi dan ulama.”

            Tiada kebanggaan kecuali bagi para ahli ilmu

            Mereka penunjuk orang-orang yang meminta petunjuk.

            Tingkatan setiap orang ialah apa yang ia anggap baik

            Musuh ahli ilmu adalah orang-orang bodoh.

            Beruntunglah dengan ilmu niscaya kamu hidup selamanya

            Orang-orang bodoh telah mati sedangkan ahli ilmu akan tetap hidup.



KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA



 Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Miftahu Daaris Sa’adah menguraikan empat puluh keutamaan ilmu dibanding harta. Kami akan menyebutkan sebagiannya secara ringkas. Di antaranya:
1.    Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.
2.    Ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus dijaga oleh pemiliknya.
3.    Harta habis jika diinfakkan (dibelanjakan), sementara ilmu semakin bertambah jika diinfakkan.
4.    Pemilik harta akan meninggalkan hartanya jika mati, sedangkan ilmu akan dibawa hingga ke alam kubur.
5.    Ilmu bisa mengatur harta, sedangkan harta tidak bisa mengatur ilmu.
6.    Ilmu dibutuhkan oleh para raja dan lainnya, sedangkan harta hanya dibutuhkan oleh orang-orang miskin dan yang membutuhkan.
7.    Harta bisa dimiliki oleh orang mukmin atau kafir, baik atau buruk. Sementara ilmu yang bermanfaat hanya bisa dimiliki oleh orang mukmin.
8.    Jiwa menjadi bersih karena banyaknya ilmu dan mulia karena memperoleh ilmu. Adapun harta tidak bisa membersihkan jiwa dan menyempurnakannya. Bahkan jiwa akan terus merasa kurang, kikir, bakhil dan rakus karena banyaknya harta.
            Keutamaan seseorang terhadap ilmu adalah inti dari kesempurnaannya. Ketamakannya terhadap harta adalah inti dari kekurangannya.
9.    Harta selalu mengajak pada kezhaliman dan kesombongan, sedangkan ilmu mengajak pada tawadhu’ dan pelaksanaan ibadah yang benar.
10. Cinta ilmu dan mencarinya adalah pokok dari segala ketaatan, sedangkan cinta harta dan mencarinya adalah pokok dari segala kejelekan.
11. Ketaatan kepada Allah hanya dapat diperoleh dengan ilmu, sedangkan mayoritas orang yang durhaka kepada Allah disebabkan oleh harta.
12. Pemilik harta dipuji ketika ia mengeluarkan hartanya, sedangkan pemilik ilmu dipuji karena ilmu dan sifat yang menghiasinya.
13. Orang yang kaya harta, kekeayaannya pasti akan ia tinggalkan, serta merasa sakit dan sedih karena berpisah dengannya. Adapun orang yang kaya ilmu, kekayaannya akan abadi serta tidak menyebabkan sakit dan sedih. Jika demikian, kekayaan harta adalah nikmat semu yang mengakibatkan rasa sakit. Sementara kenikmatan ilmu adalah kenikmatan abadi yang tidak diiringi rasa sakit.

Kunjungi juga yang ini:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »