Dalam Ash-Shahih, disebutkan bahwa Nafi’ bin
Al-Harits pernah mendengat Umar bin Khaththab di Usfan –Nafi’ pernah diangkat
oleh Umar sebagai gubernur di Mekah. Nafi’ bertanya, “Siapa yang Anda angkat
menjadi gubernur Mekah sekarang?” Umar menjawab, “Ibnu Abza.”
Nafi’ bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?”
Umar menjawab, “Salah seorang budak kami yang
dimerdekakan.”
“Anda mengangkat mantan budak sebagai pemimpin orang
Mekah?” Tanya Nafi’ keheranan.
“Dia seorang qari’ (pandai membaca al Qur’an dan memahami
isinya) dan pandai ilmu far’id,” Jawab Umar menimpali.
Umar kemudian berkata, “Sesungguhnya Nabi saw pernah
bersabda, “Sesungguhnya Allah memuliakan sekelompok orang dengan ilmu ini,
dan Allah juga merendahkan sekelompok orang dengannya’.” (HR. Muslim)
Ibrahim Al Harbi mengatakan, ‘Atha’ bin Rabah adalah
budah seorang wanita dari Mekah yang gerowong hidungnya.” Namun, Sulaiman bin
Abdul Malik, Sang Amirul Mukminin, mendatangi ‘Atha’ bersama dua anaknya.
Mereka kemudian duduk di sisi Atha’ yang sedang shalat. Usai shalat, ‘Atha’
menemui mereka. Mereka tak henti-hentinya bertanya kepada ‘Atha’ mengenai
manasik haji (ibadah-ibadah dalam haji), sementara ia duduk memunggungi mereka.
Sulaiman berkata kepada anaknya, “Berdirilah!” Mereka pun
berdiri. Ia melanjutkan, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian berhenti menuntut
ilmu, karena aku tidak akan pernah melupakan betapa rendahnya harga diri kita
di hadapan budak berkulit hitam ini.”
Al-Harbi bercerita bahwa Muhammad bin Abdurrahman
Al-Auqash membenamkan lehernya ka arah tubuhnya, sementara kedua pundaknya
mencuat keluar, keduanya seperti anak panak. Lalu ibunya barkata, “Anakku,
janganlah kamu duduk besama suatu kaum, kecuali jika membuatmu terhormat di
antara mereka. Karena itu, tuntutlah ilmu, sungguh ia akan mengangkat
derajatmu.”
Muhammad bin Abdurrahman kemudian diangkat menjadi hakim
di Mekah selama 20 tahun. Al-Harbi menlanjutkan ceritanya, “Apabila para lawan
Muhammad bin Abdurrahman duduk di depannya, mereka semua gemetar sampai
Muhammad bin Abdurrahman berdiri.”
Abdullah bin Dawud berkata, “Aku mendengar Sufyan
Ats-Tsauri rh berkata, ‘Ini hadits mulia, barang siapa menginginkan dunia
dengan ilmu, maka ia akan mendapatkannya. Barangsiapa menginginkan akhirat
dengan ilmu, ia juga akan mendapatkannya’.”
Sufyan bin Uyainah bertutur, “Orang yang paling tinggi
derajatnya di sisi Allah adalah orang yang tinggi derajatnya di sisi Allah dan
hamba-hamba-Nya. Mereka adalah para nabi dan ulama.”
Tiada kebanggaan kecuali bagi para ahli ilmu
Mereka penunjuk orang-orang yang meminta petunjuk.
Tingkatan setiap orang ialah apa yang ia anggap baik
Musuh ahli ilmu adalah orang-orang bodoh.
Beruntunglah dengan ilmu niscaya kamu hidup selamanya
Orang-orang bodoh telah mati sedangkan ahli ilmu akan
tetap hidup.
KEUTAMAAN ILMU ATAS
HARTA
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Miftahu
Daaris Sa’adah menguraikan empat puluh keutamaan ilmu dibanding harta. Kami
akan menyebutkan sebagiannya secara ringkas. Di antaranya:
1. Ilmu
adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan
orang-orang kaya.
2. Ilmu
menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus dijaga oleh pemiliknya.
3. Harta
habis jika diinfakkan (dibelanjakan), sementara ilmu semakin bertambah jika
diinfakkan.
4. Pemilik
harta akan meninggalkan hartanya jika mati, sedangkan ilmu akan dibawa hingga
ke alam kubur.
5. Ilmu
bisa mengatur harta, sedangkan harta tidak bisa mengatur ilmu.
6. Ilmu
dibutuhkan oleh para raja dan lainnya, sedangkan harta hanya dibutuhkan oleh
orang-orang miskin dan yang membutuhkan.
7. Harta
bisa dimiliki oleh orang mukmin atau kafir, baik atau buruk. Sementara ilmu
yang bermanfaat hanya bisa dimiliki oleh orang mukmin.
8. Jiwa
menjadi bersih karena banyaknya ilmu dan mulia karena memperoleh ilmu. Adapun
harta tidak bisa membersihkan jiwa dan menyempurnakannya. Bahkan jiwa akan
terus merasa kurang, kikir, bakhil dan rakus karena banyaknya harta.
Keutamaan
seseorang terhadap ilmu adalah inti dari kesempurnaannya. Ketamakannya terhadap
harta adalah inti dari kekurangannya.
9. Harta
selalu mengajak pada kezhaliman dan kesombongan, sedangkan ilmu mengajak pada
tawadhu’ dan pelaksanaan ibadah yang benar.
10. Cinta
ilmu dan mencarinya adalah pokok dari segala ketaatan, sedangkan cinta harta
dan mencarinya adalah pokok dari segala kejelekan.
11. Ketaatan
kepada Allah hanya dapat diperoleh dengan ilmu, sedangkan mayoritas orang yang
durhaka kepada Allah disebabkan oleh harta.
12. Pemilik
harta dipuji ketika ia mengeluarkan hartanya, sedangkan pemilik ilmu dipuji
karena ilmu dan sifat yang menghiasinya.
13. Orang
yang kaya harta, kekeayaannya pasti akan ia tinggalkan, serta merasa sakit dan
sedih karena berpisah dengannya. Adapun orang yang kaya ilmu, kekayaannya akan
abadi serta tidak menyebabkan sakit dan sedih. Jika demikian, kekayaan harta
adalah nikmat semu yang mengakibatkan rasa sakit. Sementara kenikmatan ilmu
adalah kenikmatan abadi yang tidak diiringi rasa sakit.
Kunjungi juga yang ini:
EmoticonEmoticon