Masalah
yang dihadapi setiap Muslim, bahkan setiap manusia, bahwa kehidupan dibatasi
oleh tahun, hari, bahkan detik. Manusia tak mampu menambah atau mengurangi
waktu barang sedetik. Sebesar apa pun tenaga yang dicurahkan seorang Muslim
untuk mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya, tetap saja jatah hidupnya di
dunia ini dibatasi waktu. Umur ummat Nabi Muhammad saw lebih singkat dibanding
dengan usia ummat-ummat terdahulu. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu
Hurairah ra , Nabi saw barsabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِي
مَا بَيْنَ سِتِّيْنَ إِلَي سَبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَالِكَ
“Usia umatku antara 60 sampai 70 (tahun). Sedikit di antara
mereka yang melebihi batas itu.” (HR. At-Tirmidzi)
Usia produktif manusia tidak lebih
dari 20 tahun seluruh umurnya. Sebagai contoh, salah satu dari kita diberikan
jatah hidup di dunia selama 60 tahun. Rinciannya, sepertiga dari usia itu
dipergunakan untuk tidur, dengan asumsi tidur selama 8 jam per hari. Lalu 15
tahun masa kanak-kanak sampai usia pubertas. Masa itu, seseorang belum memasuki
usia taklif (pembebanan kewajiban oleh syari’at). Yang tersisa tinggal sekitar
25 tahun. Dari 25 tahun itu, terambil waktu sedikitnya 2 tahun untuk makan dan
minum, buang hajat dan urusan-urusan mendesak lainnya. Jika ia melakukannya
sekitar 2 jam per hari, maka sisa umurnya sekitar 23 atau hampir sepertiga
umurnya. Itulah waktu yang ia harus pergunakan semaksimal mungkin untuk
memperoleh kebaikan. Waktu yang sangat singkat, tentu saja. Karenanya,
dibutuhkan sejumlah kiat untuk menjadikan umur lebih produktif dalam waktu
singkat tersebut.
Esensi kehidupan seorang manusia
adalah putaran masa yang tersusun atas detik-detik waktu. Waktu memiliki nilai
yang sangat berharga bagi seorang Muslim. Maka seorang Muslim harus mampu memenej
waktu sebaik mungkin agar tidak merugi karena telah menyia-nyiakannya.
Waktu-waktu yang kita miliki harus melahirkan berbagai manfaat untuk kehidupan
dunia dan akhirat kita.
Merupakan perbuatan yang sangat bodoh
jika ada orang yang membakar uangnya setelah ia bersusah payah mengumpulkannya.
Merupakan perbuatan yang sangat konyol ketika ada seseorang membuang emas dan
perhiasannya di tempat sampah setelah ia membanting tulang dan memeras keringat
untuk mendapatkannya. Mereka dikatakan bodoh dan konyol karena telah
menyia-nyiakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupannya.
Waktu adalah modal utama kehidupan.
Penghamburan dan penyia-nyiaan waktu di dunia ini sama halnya dengan
penghamburan dan penyia-nyiaan kehidupan itu sendiri. Tentunya tidak ada orang
yang lebih bodoh sekaligus konyol daripada orang yang telah menyia-nyiakan
kehidupan yang hanya sekali dan sesaat ini.
Ibnul Qayyim rh berbicara tentang
waktu:
“Waktu,
pada hakikatnya adalah umur bagi manusia. Ia adalah modal kehidupan yang abadi
di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, juga sebagai modal kehidupan yang
sengsara di dalam adzab yang pedih di neraka. Waktu itu secepat perjalanan
awan. Barangsiapa yang waktunya semata untuk Alloh swt dan senantiasa berada di
jalan-Nya, maka waktu itu menjadi nafas dan umurnya. Sedangkan yang digunakan
selain itu, maka hal itu di luar hitungan dalam hidupnya. Karena ia menjalani
hidup ini bagaikan kehidupan binatang. Jika dia menghabiskan waktunya dalam
kelalaian dan angan-angan yang semu, maka kematian baginya lebih baik daripada
hidupnya.” (Al-Jawabul Kafi, 184)
Seorang ulama tabi’in, Hasan Al-Bashri
rh mengungkapkan tentang esensi diri kita dan waktu, “Engkau hanyalah kumpulan
waktu, setiap kali waktu berlalu, maka setiap kali itu pula sebagian dari
dirimu hilang berlalu.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “ Dunia itu hanya
3 hari: hari kemarin, tentu sudah berlalu… hari esok, mudah-mudahan masih bisa
kau temui dan hari ini, beramallah hari ini.” (Siyar A’lamin Nubala, 4/585)
Wahai saudaraku kaum Muslimin..
manfaatkanlah umur yang Alloh berikan kepada kita untuk beramal shalih
memperbanyak bekal kehidupan akhirat sehingga kita terhindar dari kerugian.
Rasululloh saw mengingatkan kepada ummatnya jangan sampai menjadi orang yang
merugi,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَ كَثِيْرٌ
مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak orang mengalami kerugian karena
keduanya; yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)
Ibnul Jauzi rh berkata, “Adakalanya
seseorang sehat, tapi tidak punya waktu luang karena sibuk bekerja. Juga
adakalanya seseorang punya waktu luang, tapi tidak sehat. Jika seseorang punya
waktu luang dan berbadan sehat, tetapi di malas melakukan ketaatan kepada
Alloh, itulah orang yang rugi. Dunia itu ladang akhirat dan di dalamnya
terdapat bisnis yang keuntungannya terlihat di akhirat. Barang siapa
menggunakan kesehatan dan waktu luangnya, itulah orang yang patut ditiru. Dan
barangsiapa menggunakan keduanya dalam maksiat kepada Alloh, itulah orang yang
rugi.” (Fathul Bari, 11/230)
Rosululloh saw memotivasi kita agar
mencapai lima target sebelum datang lima perkara yang menyulitkan. Rosululloh
saw bersabda,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ:
شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغَنَاءَكَ قَبْلَ
فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شًغْلِكَ، وَحَيَتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Raihlah/perhatikan lima masa sebelum datang lima masa; masa
muda sebelum datang masa tuamu, saat sehat sebelum datang saat sakitmu, saat
kaya sebelum datang saat fakirmu, saat luang sebelum datang saat sibukmu dan
saat hidup sebelum datang saat kematianmu.” (HR. Hakim, shahih
dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas mengingatkan kita,
bahwa kita harus mengisi masa-masa produktif kita untuk hal-hal yang bermanfaat
bagi kehidupan akhirat. Jika kita lalai dari masa produktif tersebut maka akan
datang masa sulit yang tak mungkin kita dapat meraih kebaikan sebagaimana pada
masa produktif. Timbangan amal kebaikan sangat berpengaruh bagi keselamatan di
Hari Kiamat.
Merupakan kerugian yang sangat besar
jika seseorang mendapati umurnya melekat di badannya akan tetapi ia jauh dari
nilai-nilai iman dan amal shalih serta melalaikan nasihat dari saudaranya.
Alloh swt berfirman:
وَالْعَصْرِ* إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ* إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ*
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Sayyid Qutub rh berkta, “Hakikat utama
yang diikrarkan dalam surat ini adalah seluruh manusia di sepanjang zaman,
tidak ada lagi jalan yang membentang kecuali satu manhaj yang menguntungkan dan
satu jalan yang membuat sukses, yaitu manhaj yang batasannya ditulis di dalam
surat ini (Al-‘Ashr) dan jalan yang rambu-rambunya digambarkan dalam surat ini
pula. Selain ini semua tidak ada lagi selain kerugian dan kehancuran.” (Fii
Dzilallil Qur’an; 6/3964)
Semakin merasa bahwa umur yang kita
miliki sangat penting dan sangat berharga ketika kita sadar akan datangnya hari
penghisaban, dimana kaki-kaki kita tidak akan bergeser sampai kita ditanya
beberapa pertanyaan. Rosululloh saw bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ حَتَّي يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ
فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ
أَبْلَاهُ
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari
kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya
untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia
infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia rentakan.” (HR.
Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Anas ra , Nabi saw
bersabda, “Jika kiamat datang, sementara di tangan salah seorang kalian ada
anak pohon kurma, lalu ia mempunyai kesempatan untuk menanamnya sebelum kiamat
terjadi, hendaklah ia tanam, dengan demikian ia akan mendapat pahala.” (HR. Ahmad)
Kunjungi juga yang ini:
EmoticonEmoticon