Urgensi Umur Manusia

Januari 17, 2015


          Masalah yang dihadapi setiap Muslim, bahkan setiap manusia, bahwa kehidupan dibatasi oleh tahun, hari, bahkan detik. Manusia tak mampu menambah atau mengurangi waktu barang sedetik. Sebesar apa pun tenaga yang dicurahkan seorang Muslim untuk mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya, tetap saja jatah hidupnya di dunia ini dibatasi waktu. Umur ummat Nabi Muhammad saw lebih singkat dibanding dengan usia ummat-ummat terdahulu. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra , Nabi saw barsabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ سِتِّيْنَ إِلَي سَبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَالِكَ
“Usia umatku antara 60 sampai 70 (tahun). Sedikit di antara mereka yang melebihi batas itu.” (HR. At-Tirmidzi)

          Usia produktif manusia tidak lebih dari 20 tahun seluruh umurnya. Sebagai contoh, salah satu dari kita diberikan jatah hidup di dunia selama 60 tahun. Rinciannya, sepertiga dari usia itu dipergunakan untuk tidur, dengan asumsi tidur selama 8 jam per hari. Lalu 15 tahun masa kanak-kanak sampai usia pubertas. Masa itu, seseorang belum memasuki usia taklif (pembebanan kewajiban oleh syari’at). Yang tersisa tinggal sekitar 25 tahun. Dari 25 tahun itu, terambil waktu sedikitnya 2 tahun untuk makan dan minum, buang hajat dan urusan-urusan mendesak lainnya. Jika ia melakukannya sekitar 2 jam per hari, maka sisa umurnya sekitar 23 atau hampir sepertiga umurnya. Itulah waktu yang ia harus pergunakan semaksimal mungkin untuk memperoleh kebaikan. Waktu yang sangat singkat, tentu saja. Karenanya, dibutuhkan sejumlah kiat untuk menjadikan umur lebih produktif dalam waktu singkat tersebut.

          Esensi kehidupan seorang manusia adalah putaran masa yang tersusun atas detik-detik waktu. Waktu memiliki nilai yang sangat berharga bagi seorang Muslim. Maka seorang Muslim harus mampu memenej waktu sebaik mungkin agar tidak merugi karena telah menyia-nyiakannya. Waktu-waktu yang kita miliki harus melahirkan berbagai manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat kita.

          Merupakan perbuatan yang sangat bodoh jika ada orang yang membakar uangnya setelah ia bersusah payah mengumpulkannya. Merupakan perbuatan yang sangat konyol ketika ada seseorang membuang emas dan perhiasannya di tempat sampah setelah ia membanting tulang dan memeras keringat untuk mendapatkannya. Mereka dikatakan bodoh dan konyol karena telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupannya.

          Waktu adalah modal utama kehidupan. Penghamburan dan penyia-nyiaan waktu di dunia ini sama halnya dengan penghamburan dan penyia-nyiaan kehidupan itu sendiri. Tentunya tidak ada orang yang lebih bodoh sekaligus konyol daripada orang yang telah menyia-nyiakan kehidupan yang hanya sekali dan sesaat ini.

          Ibnul Qayyim rh berbicara tentang waktu:


“Waktu, pada hakikatnya adalah umur bagi manusia. Ia adalah modal kehidupan yang abadi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, juga sebagai modal kehidupan yang sengsara di dalam adzab yang pedih di neraka. Waktu itu secepat perjalanan awan. Barangsiapa yang waktunya semata untuk Alloh swt dan senantiasa berada di jalan-Nya, maka waktu itu menjadi nafas dan umurnya. Sedangkan yang digunakan selain itu, maka hal itu di luar hitungan dalam hidupnya. Karena ia menjalani hidup ini bagaikan kehidupan binatang. Jika dia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan yang semu, maka kematian baginya lebih baik daripada hidupnya.” (Al-Jawabul Kafi, 184)

          Seorang ulama tabi’in, Hasan Al-Bashri rh mengungkapkan tentang esensi diri kita dan waktu, “Engkau hanyalah kumpulan waktu, setiap kali waktu berlalu, maka setiap kali itu pula sebagian dari dirimu hilang berlalu.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “ Dunia itu hanya 3 hari: hari kemarin, tentu sudah berlalu… hari esok, mudah-mudahan masih bisa kau temui dan hari ini, beramallah hari ini.” (Siyar A’lamin Nubala, 4/585)

          Wahai saudaraku kaum Muslimin.. manfaatkanlah umur yang Alloh berikan kepada kita untuk beramal shalih memperbanyak bekal kehidupan akhirat sehingga kita terhindar dari kerugian. Rasululloh saw mengingatkan kepada ummatnya jangan sampai menjadi orang yang merugi,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak orang mengalami kerugian karena keduanya; yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

          Ibnul Jauzi rh berkata, “Adakalanya seseorang sehat, tapi tidak punya waktu luang karena sibuk bekerja. Juga adakalanya seseorang punya waktu luang, tapi tidak sehat. Jika seseorang punya waktu luang dan berbadan sehat, tetapi di malas melakukan ketaatan kepada Alloh, itulah orang yang rugi. Dunia itu ladang akhirat dan di dalamnya terdapat bisnis yang keuntungannya terlihat di akhirat. Barang siapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya, itulah orang yang patut ditiru. Dan barangsiapa menggunakan keduanya dalam maksiat kepada Alloh, itulah orang yang rugi.” (Fathul Bari, 11/230)

          Rosululloh saw memotivasi kita agar mencapai lima target sebelum datang lima perkara yang menyulitkan. Rosululloh saw bersabda,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغَنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شًغْلِكَ، وَحَيَتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Raihlah/perhatikan lima masa sebelum datang lima masa; masa muda sebelum datang masa tuamu, saat sehat sebelum datang saat sakitmu, saat kaya sebelum datang saat fakirmu, saat luang sebelum datang saat sibukmu dan saat hidup sebelum datang saat kematianmu.” (HR. Hakim, shahih dengan syarat Bukhari dan Muslim)

          Hadits di atas mengingatkan kita, bahwa kita harus mengisi masa-masa produktif kita untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat. Jika kita lalai dari masa produktif tersebut maka akan datang masa sulit yang tak mungkin kita dapat meraih kebaikan sebagaimana pada masa produktif. Timbangan amal kebaikan sangat berpengaruh bagi keselamatan di Hari Kiamat.

          Merupakan kerugian yang sangat besar jika seseorang mendapati umurnya melekat di badannya akan tetapi ia jauh dari nilai-nilai iman dan amal shalih serta melalaikan nasihat dari saudaranya. Alloh swt berfirman:
وَالْعَصْرِ* إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ* إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ*
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

          Sayyid Qutub rh berkta, “Hakikat utama yang diikrarkan dalam surat ini adalah seluruh manusia di sepanjang zaman, tidak ada lagi jalan yang membentang kecuali satu manhaj yang menguntungkan dan satu jalan yang membuat sukses, yaitu manhaj yang batasannya ditulis di dalam surat ini (Al-‘Ashr) dan jalan yang rambu-rambunya digambarkan dalam surat ini pula. Selain ini semua tidak ada lagi selain kerugian dan kehancuran.” (Fii Dzilallil Qur’an; 6/3964)

          Semakin merasa bahwa umur yang kita miliki sangat penting dan sangat berharga ketika kita sadar akan datangnya hari penghisaban, dimana kaki-kaki kita tidak akan bergeser sampai kita ditanya beberapa pertanyaan. Rosululloh saw bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّي يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ  وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia rentakan.” (HR. Tirmidzi)

          Diriwayatkan dari Anas ra , Nabi saw bersabda, “Jika kiamat datang, sementara di tangan salah seorang kalian ada anak pohon kurma, lalu ia mempunyai kesempatan untuk menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah ia tanam, dengan demikian ia akan mendapat pahala.” (HR. Ahmad)    


Kunjungi juga yang ini:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »