Sebagian orang mengira, ketika berbagai kenikmatan banyak
tersebar, ketika itu pula umat ini akan lebih baik. Padahal hal ini adalah
anggapan yang salah. Para pemuda sahabat Nabi Muhammad saw telah menaklukkan
tiga perempat dunia, sementara ada salah seorang di antara mereka hanya
memiliki satu pakaian saja.
Rib’i bin ‘Amir datang di hadapan Rustum dengan membawa
tombak tumpul.
Para shahabat memasuki istana Kisra, dengan satu-dua
orang di antara mereka ada yang perutnya lapar.
Lalu apa yang kita peroleh dari perusahaan kita, istana
kita, mobil kita, taman kita, kebun kita, dan makanan kita?
Sesungguhnya hal terbanyak yang melalaikan jiwa seseorang
ketika orang itu hidupnya makmur dan sejahtera.
Salah seorang raja pernah menguasai Andalus (Spanyol)
dengan pasuka Aramram. Setelah ia meninggal dunia, anaknya yang
menggantikannya. Anaknya hidup mewah hingga melewati batas. Ia katakana, “Di
rumahku ada tujuh puluh dua hamba sahaya perempuan dan empat orang isteri.” Ia selalu
mendengarkan musik pagi dan sore.
Lalu datanglah Raja Eropa kemudian menaklukkan Andalus.
Raja yang masih muda tadi diikat di dalam penjara. Kemudian ibunya datang
menjenguknya. Ia pun menangis di depan pintu penjara. Ibunya berkata, “Menangislah
seperti para wanita. Kerajaanmu hilang. Engkau tidak menjaganya seperti para
pahlawan.”
Kita kaum Muslimin, apa tugas kita di dalam hidup ini? Mengapa
Alloh mengutus kita untuk manusia? Mengapa Alloh keluarkan kita dari kegelapan
menuju cahaya?
Ada seorang sahabat Nabi berkata, “Wahai Rasululloh,
jangan cegah aku masuk surga. Demi Alloh, aku pasti akan masuk surga karena aku
sungguh cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya. Aku tidak akan melarikan diri ketika
pasukan besar menyerbu.
Setelah hijrah tujuh tahun, Ja’far bin Abu Thalib datang
dari Al-Habasyah menuju Madinah. Apakah Rosululloh saw membalasnya dengan
hadiah berupa harta dan memberinya jabatan karena hijrahnya di jalan Alloh itu?
Tidak. Bahkan Nabi mengutusnya agar ia mengorbankan darah
dan nyawanya di jalan Alloh pada perang Mu’tah. Saat tangan kanannya putus,
dipegangnya panji pasukan dengan tangan kiri, dan dipeluknya.
Kemudian beberapa tombak menembus dadanya, yang membuatnya
kemudian gugur.
Beberapa saat setelah gugurnya Ja’far lantas Nabi
Muhammad saw bersabda, “Demi Rabb yang diriku berada di dalam genggaman-Nya,
aku telah melihat Ja’far bin Abu Thalib terbang di surga dengan dua sayap yang
dijadikan Alloh sebagai ganti kedua tangannya.” (HR. Al-Hakim)
Itulah sebabnya, setelah kematiannya, Ja’far diberi gelar
Ath-Thayyar, yang bisa terbang.
EmoticonEmoticon